Meski Hanya Seminggu -
Penulis : Novita Sekar Arum Sari
Bagaimanakah perasaan seorang anak 10 tahun tinggal sindiri dirumah dan hanya ditemani pembantu, orang tuanya sibuk bekerja di luar kota? bagaimana pula rasanya jika sahabat dekat, pergi meninggalkan kita? Silakan simak di cerpen yang ditulis oleh penulisnya saat masih duduk di kelas VII SMP . berikut cuplikannya:
Tiga hari lamanya aku hanya bisa terbaring lemah di ranjang putih. Hari ketiga aku merasa agak mendingan aku meminta bunda mengantarku berkeliling rumah sakit dengan kursi roda. Beliau membawaku ke taman rumah sakit. Aku bertanya tentang ayah yang hanya menjengukku sebentar pagi tadi. Seperti aku duga jawaban bunda tetap sama-ayah sibuk.
***
Aku tergopoh mendekati iqbal “ya iqbal ada apa?”
“tolong sampaikan pada orang tuaku, aku…..aku… sayang mereka”
“ya iqbal akan kusampaikan”
“bertahanlah iqbal, bertahan!”
Iqbal tak menjawab, ia terdiam. Kuteliti denyut nadinya. Masih berdetak..
“iqbal!!! ”Tanpa kusadari mataku meneteskan air mata. “Iqbal bangun…!!
Ayo kita pulang,” dia tetap tidak menjawab.
Iqbal tak sadarkan diri.. Aku hanya bisa menangis di pangkuannya.
Masih ada beberapa cerpen lainnya, penasaran? Semuanya ada di antologi cerpen komunitas pena santri, segera diedarkan, insyaAllah
Penulis : Novita Sekar Arum Sari
Bagaimanakah perasaan seorang anak 10 tahun tinggal sindiri dirumah dan hanya ditemani pembantu, orang tuanya sibuk bekerja di luar kota? bagaimana pula rasanya jika sahabat dekat, pergi meninggalkan kita? Silakan simak di cerpen yang ditulis oleh penulisnya saat masih duduk di kelas VII SMP . berikut cuplikannya:
Tiga hari lamanya aku hanya bisa terbaring lemah di ranjang putih. Hari ketiga aku merasa agak mendingan aku meminta bunda mengantarku berkeliling rumah sakit dengan kursi roda. Beliau membawaku ke taman rumah sakit. Aku bertanya tentang ayah yang hanya menjengukku sebentar pagi tadi. Seperti aku duga jawaban bunda tetap sama-ayah sibuk.
***
Aku tergopoh mendekati iqbal “ya iqbal ada apa?”
“tolong sampaikan pada orang tuaku, aku…..aku… sayang mereka”
“ya iqbal akan kusampaikan”
“bertahanlah iqbal, bertahan!”
Iqbal tak menjawab, ia terdiam. Kuteliti denyut nadinya. Masih berdetak..
“iqbal!!! ”Tanpa kusadari mataku meneteskan air mata. “Iqbal bangun…!!
Ayo kita pulang,” dia tetap tidak menjawab.
Iqbal tak sadarkan diri.. Aku hanya bisa menangis di pangkuannya.
Masih ada beberapa cerpen lainnya, penasaran? Semuanya ada di antologi cerpen komunitas pena santri, segera diedarkan, insyaAllah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar