Selasa, 25 November 2014

PROFIL PONDOK PESANTREN LANGITAN

 PROFIL PONDOK PESANTREN LANGITAN


Pondok Pesantren Langitan adalah termasuk salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Berdirinya lembaga ini jauh sebelum Indonesia merdeka yaitu tepatnya pada tahun 1852 M, di Dusun Mandungan Desa Widang Kecamatan Widang Kabupaten Tuban Jawa Timur. Komplek Pondok Pesantren Langitan terletak di samping Bengawan Solo dan berada di atas areal tanah seluas kurang lebih 7 hektar serta pada ketinggian kira-kira tujuh meter di atas permukaan laut.
Lokasi pondok berada kira-kira empat ratus meter sebelah selatan ibukota Kecamatan Widang, atau kurang lebih tiga puluh iilo meter sebelah selatan i`ukota Kabupaten Tuban, juga berbatasan dengan Desa Babat Iecamatan Babat Kabupaten Lamongan dengan jarak kira-kira satu kilo meter. Dengan lokasi yang setrategis ini Pondok Pesantren Langitan menjadi mudah untuk dijangkau melalui sarana angkutan umum, baik sarana transportasi bus, kereta api, atau sarana yang lain. Adapun nama Langitan itu adalah merupakan perubahan dari kata Plangitan, kombinasi dari kata plang (jawa) berarti papan nama dan wetan (jawa) yang berarti timur. Memang di sekitar daerah Widang dahulu, tatkala Pondok Pesantren Langitan ini didirikan pernah berdiri dua buah plang atau papan nama, masing-masing terletak di timur dan barat. Kemudian di dekat plang sebelah wetan dibangunlah sebuah lembaga pendidikan ini, yang kelak karena kebiasaan para pengunjung menjadikan plang wetan sebagai tanda untuk memudahkan orang mendata dan mengunjungi pondok pesantren, maka secara alamiyah pondok pesantren ini diberi nama Plangitan dan selanjutnya populer menjadi Langitan. Kebenaran kata Plangitan tersebut dikuatkan oleh sebuah cap bertuliskan kata Plangitan dalam huruf Arab dan berbahasa Melayu yang tertera dalam kitab “Fathul Mu’in” yang selesai ditulis tangan oleh KH. Ahmad Sholeh, pada hari Selasa 29 Rmbiul Akhir 1297 Hijriyah.


 Pondok pesantren secara umum bagamanapun tipe dan latar belakangnya meletakkan pendidikan dan pengajaran sebagai tolak ukur bagi aktifitas-aktifitas lainnya. Dapat dikatakan bahwa pendidikan dan pengajaran merupakan jantung dan sumber kehidupan terhadap kelangsungan dan eksistensi sebuah pesantren.

1. TUJUAN
Tujuan pendidikan dan pengajaran di Pondok Pesantren Langitan adalah tidak lepas dari tiga pokok dasar:
a. Membina anak didik menjadi manusia yang memiliki ilmu pengetahuan agama yang luas (‘alim) yang bersedia mengamalkan ilmunya, rela berkorban dan berjuang dalam menegakkan syiar Islam.
b. Membina anak didik menjadi manusia yang mempunyai keperibadian yang baik (sholeh) dan bertaqwa kepada Alloh SWT serta bersedia menjalankan syariatnya.
c. Membina anak didik yang cakap dalam persoalan agama (kafi), yang dapat menempatkan masalah agama pada proporsinya, dan bisa memecahkan berbagai persoalan yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat

2. METHODOLOGI
Sebuah program tanpa didasari oleh methode yang baik tidak akan berjalan efektif. Bahkan kadang-kadang dapat berbalik arah dari orientasi semula. Pondok Pesantren Langitan selama kurun waktu yang cukup panjang ini telah menerapkan beberapa methode pendidikan dan pengajaran dalam sistem klasikal (madrasiyah) dan non klasikal (ma’hadiyah).

A. SISTEM KLASIKAL (MADRASIYAH)

Sistem pendidikan klasikal adalah sebuah model pengajaran yang bersifat formalistik. Orientasi pendidikan dan pengajarannya terumuskan secara teratur dan prosedural, baik meliputi masa, kurikulum, tingkatan dan kegiatan-kegiatannya.
Pendidikan dengan sistem klasikal ili di Pondok Pesantren Langitan (baik pondok putra maupun pondok putri) telah berdiri tiga lembaga yaitu Al Falahiyah, Al Mujibiyah dan Ar raudhoh.
Lembaga pendidikan Al Falahiyah berada di pondok putra, lembaga pendidikan ini henjang pendidikannya mulai dari RA/TPQ dengan masa pendidikan selama 2 tahun, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah, masing-masing masa pendidikannya 3 tahun.
Lembaga pendidikan Al Mujibiyah berada di pondok putri bagian barat. Adapun tingkat pendidikannya adalah mulai dari tingkat MI, MTs dan MA, masing-masing selama 3 tahun.
Lembaga pendidikan Ar raudhoh berada di pondok putri di bagian timur. Fase pendidikannya adalah mulai MI, MTs, MA, masing-masing selama tiga tahun.
Ketiga lembaga di atas satu sama lain memiliki kesamaan dan keserupaan hampir dalam semua aspek termasuk juga kurikulumnya, karena ketiganya berada di bawah satu atap yaitu Pondok Pesantren Langitan . Adapun kurikulum Pondok Pesantren Langitan dapat dibaca pada “Daftar Kurikulum Madrasah Al Falahiyah Pondok Pesantren Langitan”.
Sebagai penunjang dan pelengkap kegiatan yang berada di madrasah dan bersifat mengikat kepada semua peserta didik sebagai wahana mempercepat proses pemahaman terhadap disiplin ilmu yang diajarkan, maka di Pondok Pesantren Langitan juga diberlakukan ekstra kurikuler yang meliputi :
1. Musyawaroh atau Munadzoroh (diskusi)
Kegiatan musyawaroh berlangsung setiap malam mengecualikan malam Rabo dan malam Jum’at. Methode ini dimaksudkan sebagai media bagi peserta didik untuk menelaah, memahami dan mendalami suatu topik atau masalah yang terdapat dalam masing-masing kitab kuning.
Dari aktivitas ini diharapkan lahir sebuah generasi potensial yang memiliki pemikiran-pemikiran kritis dan berwawasan luas s%rta terampil dalam menyerap dan menggali suatu materi sekaligus mensosialisasikannya iepada masyarakat luas.

2. Muhafadhoh (hafalan)
Methodhe muhafadhoh atau hafalan adalah sebuah sistem yang sangat identik dengan pendidikan tradisional termasuk pondok pesantren. Kegiatan ini j5ga bersifat mengikat kepada setiap peserta didik dan diadakan setiap malam selasa. Adapun standart iitab yang dijadikan obyek hafalan (muhafadhoh) menurut tingkatannya masing-masing adalah ALALA, RO’SUN SIRAH, AQIDATUL AWAM, HIDAYATUSSIBYAN, TASHRIF AL ISTILAKHI DAN LUGHOWI, QOWAIDUL I’LAL , MATAN AL JURUMIYAH, TUHFATUL ATHFAL, ARBA’IN NAWWAWI, ‘I RITHI, MAQSHUD, ‘IDATUL FARID, ALFIYAH IBNU MALIK, JAWAHIRUL MAKNUN, SULAMUL MUNAWAROQ DAN QOWAIDUL FIQHIYYAH.

B. SISTEM NON KLASIKAL (MA’HADIYYAH)

Pendidikan non klasikal dalam Pondok Pesantren Langitan ini menggunakan methode wethon atau bandongan dan sorogan. Methode wethon atau bandongan adalah sebuah model pengajian di mana seorang kiai atau ustadz membacakan dan menjabarkan isi kandungan kitab kuning sementara murid atau santri mendengarkan dan memberi ma’na.
Adapun sistem sorogan adalah berlaku sebaliknya yaitu santri atau murid membaca sedangkan kiai atau ustadz mendengarkan sambil memberikan pembetulan-pembentulan, komentar atau bimbingan yang diperlukan. Kedua methode ini sama-sama mempunyai nilai yang penting dan ciri penekanan pada pemahaman sebuah disiplin ilmu, keduanya saling melengkapi satu sama lainnya.
Dalam pelaksanaannya qistem non klasikal (ma’hadiyah) ini dibagi menjadi dua kelompok:
1. Umum, yaitu program pendidikan non klasikal yang dilaksanakan setiap hari (selain hari Selasa dan Jum’at). Adapun waktunya beragam menyesuaikan kegiatan di madrasah. Pendidikan ini diasuh oleh Majlis Masyayikh, asatidz dan santri senior.
2. Tahassus yaitu program pendidikan khusus bagi santri pasca Aliyah dan santri-santri lain yang dianggap telah memiliki penguasaan ilmu -ilmu dasar seperti Nahwu, Shorof, Aqidah, Syariah. Program ini lebih populer disebut Musyawirin, diasuh langsung oleh Majlis Masyayekh. Adapun pelaksanaanya adalah setiap hari kecuali hari Selasa dan Jum’at, materi yang diajarkan adalah fan fiqh seperti Fathul Muin dan Mahalli, dan fan Hadits

Profil dianggit dari http://langitan.net/?page_id=79 info lebih lengkap kunjungi webnya... Rekomen dari Pangeran senja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar