Jumat, 12 Juli 2013

KULTUM: BERSABAR DALAM PENANTIAN

KULTUM: BERSABAR DALAM PENANTIAN 

oleh :  Kartika Setianingrum
Bismillahirrohmanirrohim
Yaa nabi salam ‘alaika, yaa rosul salam, salam ‘alaika…..
Yaa habib salam, ‘alaika, sholawatulloh’alika
Menangkap ikan pakai baskom
Hadirin sekalian, assalamu’alaikum…
Robbisrohliisodrii wa yassirlii amrii wahlul’uqdatanmilisaanii yafqouhuu qoulii,
Yang saya hormati hadirin sekalian, para pejuang dakwah islam, bagaimana kabar hari ini?
(Alhamdulillah , luar biasa, ALLOHUAKBAR!!)
Alhamdulillah, puji syukur keharibaan Robb’izzati yang sampai saat ini selalu mendampingi langkah kita, memberikan segenap kekuatan sehingga kita mampu merasakan betapa besar nikmat yang telah Alloh limpahkan kepada diri kita.
Sholawat selalu kita senandungkan kepada kekasih Alloh, seorang utusan yang memberi risalah dakwah kepada umatnya, ialah baginda rosul Muhammad SAW,sehingga kita mampu berada dalam jalan yang penuh keberkahan ini.
Pejuang dakwah yang saya cintai, adakah yang tahu tentang VMJ?
Ya, Virus Merah Jambu yang menjadi virusnya para aktivis dakwah yang masih single dan dalam umur remaja menuju dewasa. Ada yang pernah terserang virus ini?
Semoga meskipun pernah terserang, antivirus dalam iman kita selalu aktif sehingga menjadi proteksi dan pelindung dalam ibadah kita.
Merupakan fitrah atas apa yang dinamakan cinta, keindahan yang hanya dirasakan dengan beragam warna, berbeda antara satu orang dengan orang lain mengenai bagaimana makna cinta itu. Menurut anti, bagaimana rasa dari sebongkah cinta?? Apakah seperti gula jawa? Yogurt?garam?atau bahkan cabai? Ya relatif atas jawaban cinta.
Para pejuang dakwah sekalian, dalam satu tahun kita menjumpai bulan Ramadhan dengan penuh keberkahan, sehingga dari setiap insan ingin selalu berlomba-lomba memperoleh pahala dan syafaat, rasa lapar, dahaga, lelah, lemas sering kita rasakan, terlebih pada saat siang terik. Seakan kita ingin meneguk air untuk menyiram kerongkongan yang kerontang, namun apa, apakah semua muslim melakukannya?bagaimana dengan kita?
Alhamdulillah seberat apapun aktivitas kita, namun ketika dihadapkan dengan puasa ramadhan, sekuat tenaga kita akan berjuang sehingga mampu bertahan hingga tiba waktu berbuka
Sekarang, kedua mata kita tak bisa menutupi atas keadaan remaja seumuran kita yang sering berjalan berdua, bergandengan tangan, sampai berani melakukan perbuatan zina, semoga kita selalu diampuni dan dijaga olehNya.
Bagaimana dengan para pejuang dakwah disini?
Akankah mau berbuka sebelum waktunya?
Ataukah sekuat tenaga bertahan hingga tiba waktu berbuka dan merasakan kenikmatan ketika dahaga itu terobati? insyaAlloh.
Sedikit kutipan dari Salim A Fillah”alangkah seringnya mentergesai kenikmatan tanpa ikatan , membuat detik-detik didepan terasa hambar. Belajar dari ahli puasa bahwa ada dua kebahagiaan baginya yakni saat berbuka dan saat Alloh menyapa lembut memberikan pahala”
Para pejuang yang selalu dilindungi Alloh, yuk kita tilik kehidupan asmara dari Nabi Muhammad SAW, beliau adalah manusia seperti kita yang juga pernah merasakan jatuh cinta. Ya, hanya cara yang membedakan antara kita dan beliau. Rosul mengiringi cintanya selalu atas dasar kecintaan yang lebih besar yakni kepada Robb’Izzati, cinta yang ia haturkan kepada Khadijah dan Aisyah ialah wujud cinta agung untuk Alloh, bersama para istrinya, beliau membina dan membawa keluarganya menuju Keluarga Asmara(asakinah, mawaddah, wa rahmah), dan itulah seharusnya dari kesejatian cinta itu.
Kutipan Anis Matta( dalam jiwa Sang Nabi ada dua cinta yang berbeda pada kedua perempuan terhormat itu. ketika beliau ditanya tentang orang yang ia cintai,ia mnejawab Aisyah. Tapi ketika beliau ditanya tentang cintanya pada Khadijah, ia menjawab”cinta itu dikaruniakan Alloh padaku”. Cintanya pada Aisyah adalah bauran dari pesona kecantikan. Maka Ummu Salamah berkata, “Rosul SAW tidak bisa menahan dirinya untuk bertemu dengan Aisyah”, tapi cintanya pada Khadijah adalah jawaban jiwa pesona kematangan Khadijah. Mengingat bagaimana kesabaran Khadijah untuk turut menyertai dakwah bersama Rosul, ia yang mendampingi jihad dan memberikan keteduhan dari kematangan bertindaknya.
Banyak anak muda bilang”aku gak bisa hidup tanpamu!!”lho , yang ngasih nyawa kan Alloh, kok kayak ceweknya saja yang ngasih nyawa.
Inilah kesejatian cinta yang sejak dini harus kita tanamkan, jangan sampai kita salah melangkah dipersimpangan sehingga tergoda untuk berbuka sebelum waktunya.
Astaghfirulloh, miris ketika barangkali masa lalu pernah kita khilaf, namun saat ini Alloh telah semakin membuka retina kita, jangan sampai kita pura-pura buta sehingga kita jatuh kedalamnya.
Pejuang dakwah yang selalu dirahmati Alloh,
Dalam QS. Ar-Rum:21
Dan diantara tanda-tanda kebesaranNya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dsn merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kebesaran Alloh bagi kaum yang berpikir
Sungguh Maha Sayang Alloh yang telah menitipkan rasa cinta itu kepada manusia, akankah kita memungkirinya? Jikapun masih meragukan rasa sayang itu, maka takkan pernah ada bayi yang hidup lantaran ketiadaan sayang itu akan membutakan hati seorang ibu sehingga dengan tega dibunuh bayinya.
Ikhwan dan akhwat fillah, masih panjang jalan kita untuk terus berdakwah dan memberikan prestasi kepada kedua orang tua, ingatkah jika kita masih berhutang kepada ayah dan ibu, akankah kita tega membayar budi itu dengan kekecewaan yang kita perbuat karena cinta yang salah merjemahkan?.
Tentunya tidak para hadirin, kita disini ialah hati yang telah dipilh oleh Alloh untuk semakin menafakuri kesejatian cinta itu. bersabarlah untuk menebus dahaga itu, bersabarlah karena tulang rusuk itu tidak akan pernah tertukar dengan yang lain.
Bahwa Alloh menjadi Sutradara terhebat yang telah merancang segenap skenario jalan cinta setiap hambaNya, dan sungguh semua akan indah ada masanya, percaya ???? insyaAlloh harus.
Dalam hadist menyatakan bahwa, barang siapa yang belum siap untuk menikah , maka berpuasalah. Memang betul dan menjadi harapan kita semua untuk merasakan ”Nikmatnya pacaran setelah pernikahan”, judul buku dari Salim A Fillah untuk kita yang masih dalam penantian itu.
Seperti apa sih suami/istri yang kita inginkan kelak?
Soleh/sholehah?
Cantik/cakep?
Pinter?
Berpenghasilan tetap?
Setia?
Sayang keluarga? Dll,
Tentunya kita berharap yang baik-baik dari calon kita kelak, nah….. sebelum itu, yuk kita bercermin dari diri kita.
Apakah kita sudah sholeh? Sudah sholehah? Terjaga amal ibadahnya? Berbuat baik kepada sesama?
Bersama kita instropeksi diri , seberapa jauhkah ikhtiar kita?
Alloh saja menjanjikan, laki-laki yang baik untuk wanita yang baik dan sebaliknya laki-laki yang buruk untuk wanita yang buruk.
Tergantung kepada kita sekarang,mau pilih yang mana, memiliki istri/suami yang baik atau yang pas-pasan? Semua tergantung pada ikhtiar dan doa kita.
Bagi yang ikhwan, sembari menjemput jodoh, sembari pula memperbaiki kualitas diri.
Bagi yang akhwat, sembari menanti, sembari pula meningkatkan kualitas pribadinya.
Magnet itu nanti akan tertarik dengan sendirinya, kemana arahnya, Alloh yang akan menuntun.
Jadi sekarang, masih ragu tidak ????
Tidak ya… insyaAlloh.
Ikhwan dan akhwat fillah,
Tidaklah memberatkan Alloh memberikan perintah, semuanya ialah untuk kita, karena Alloh sayang kepada kita sehingga Ia ingin menjaga kita.
Marilah kita beristighfar, jikalau sering hati kita meragukan, menduakan, melalaikan perintahnya, dan lalai dalam mengingatnya.(Astaghfirullahal’adzim)
Atas setiap aliran nikmat yang diberikan Alloh kepada kita sampai detik ini marilah kita berucap syukur Alhamdulillah…
Saya kira, cukup sekian penyampaian dari saya, mohon maaf atas segala khilaf, kebenaran hanyalah milik ALLOH semata.
Para pejuang dakwah, teruslah berjuang, Alloh telah mempersiapkan hidangan surga bagi yang pandai bersabar.
Subhanakallohumma wabihamdika,asyhadualailla haaillaanta, astaghfiruka wa atubuilaik..
Burung pelikan, burung cendrawasih
Cukup sekian, terimakasih
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

BIODATA
Kartika Setianingrum putri dari Sri Sumarni dan Arief budiman yang lahir di kabupaten Wonosobo, 22 November 1991. Saat ini masih merampungkan kuliahnya di Institut Pemerintahan Dalam Negeri(IPDN). Menulis menjadi bagian dari hidupnya kerena mampu memberikan ruh tersendiri dari setiap huruf yang ditulis. Dalam ikhtiar dan doa berharap bisa selalu memberikan yang terbaik untuk orangtua. Motto hidup: dimana kaki berdiri, disitu diri berprasasti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar