Jumat, 03 Mei 2013

Sharing Menulis: Resensi

Sharing Menulis: Resensi
Bersama Pirman*
.
Edisi perdana ini kita akan sharing perihal menulis resensi, sebagian menyebutnya review. 
Menurut KBBI pengertian sederhananya adalah: pertimbangan atau pembicaraan tentang buku; ulasan buku

Unsur sebuah resensi diantaranya
#Sekilas tentang penulis dan karyanya
#Sinopsis
#Pertimbangan baik/ buruk (kelebihan dan kekurangan)
#Bagi siapa buku tersebut cocok dibaca

*Nah, yang hendak sharing, hayu... Mungkin ada yang ingin tahu ke media apa saja resensi bisa dikirim? Lets Share. Atau pertanyaan lain, hayu!

Ini dia rangkuman sharingnya:

Tanya: Nadya Rahmadya Resensi itu kan bertujuan untuk menarik minat pembaca, bagaimana jika sebuah resensi terlalu menitikberatkan pada kekurangan buku? sah atau tidak?
Jawab: Pirman bahasa saya begini : resensi itu menulis kembali tentang buku yang kita baca. sesingkat mungkin, tapi menggambarkan seluruh isi buku. 
Yang objektif, cantumkan pula kekurangan dan keebihan2nya, sehingga pembaca menilai objektif, bukan lantaran pemihakan atau penolakan kita terhadap buku tersebut. 
saya kira garis besarnya seperti itu. mungkin nanti ada bab lain setelah kita berpikir : resensi ini untuk diposting dimana? blog? fb? media online atau media cetak?

#Ceritanya bakal panjang,  

begitu mba' 
Nadya Rahmadya 

Tanya: Prito Windiarto ada titipan pertanyaan nih kang Pirman, manfaat menulis resensi itu apa saja ya, berdasar pengalaman empiris mungkin
Jawab: Pirman akh Prito Windiarto : kirain nitip gorengan, hehehehe 
manfaat, setidaknya ada tiga : bagi penulis, penerbit buku dan media yang memuat resensi. 

bagi penulis : 


1. mengikat makna, jadi faham garis besar buku yang diresensi dan insya Allah ingatan akan buku tersebut mendalam.
2. jika resensi dimuat dimedia cetak, biasanya ada honor yang kita terima. jumlahnya pun lumayan, bisa untuk beli buku lagi, beli pulsa, atau nambahin infaq. 
3. dari penerbit buku terkait, biasanya kita juga mendapt imbalan. baik berupa honor atau kiriman buku lain yang bisa kita resensi lagi. 
4. kl diposting di blog, fb, dll, bisa semakin memperbanyak silaturahim. insya Allah bisa menambhakan berkah.  
untuk penerbit dan media pemuat resensi, kita bahas anytimw aja. intinya, bisa dijadikan ajang untuk promosi kedua belah pihak media sehingga semakin dikenal publik. 

Tanya: Yuli Anggraeni dari hasil searching resensi itu harus buat judul lagi ??
tapi kok di sekolah saya tidak di anjurkan membuat judul resnsi lagi , hanya dari judul novel, atau buku yang di resesi saja.
sah apa tidak jika tidak mebuat judul lagi ??
Ahmad Athoillah Kang Pirman makasih baru niat mndalami tulis menulis belum banyak pengetahuannya,, ini juga baru ngerti yg dibahas pas ada yg nulis '' ada honor '' he he

Jawab: Pirman Yuli Anggraeni : perlu dibedakan antara judul resensi dengan judul buku. setahu saya, tdk ada ketentuan baku. 
Judul resensi biasanya dibuat lebih menarik dari judul buku. Agar pembaca jadi lebih berminat dan penasaran 
Berdasarkan pengalaman, untuk di beberapa media online ada resensi yang sengaja diberi judul dengan judul bukunya, agar tdk ada double resensi dari satu buku. conothnya adalah dakwatuna.com 
Kalau di sekolah, berarti tergantung mau gurunya aja, kita turuti asalkan tahu esensinya,  

mas Ahmad Athoillah : saya juga masih belajar, untuk berbagi bisa di blog saya, fb dan di grup ini, 

Tanya: Yuli Anggraeni suatu novel atau karya berupa buku itu hasil karya orang lain
dan apa resensi bisa di publikasikan(di bukukan?) ??

Jawab: Pirman sejauh ini,setahu saya, belum ada resensi yang dibukukan.  karena sepertinya tidak akan laku di pasaran. 
Tanya:  Yuliza Sachira Selama ini kalau mereview buku yang saya baca, saya selalu mengabaikan poin 1. sekilas info ttg penulis dan 2. pertimbangan buku tersebut baik dibaca oleh siapa. Nah, tanpa dua poin tersebut, apakah review buku yg saya tulis bisa disebut review??

Jawab: Pirman Yuliza Sachira : jadi kalau resensi itu yang dibahas bukunya, bukan penulisnya.
Boleh mencantumkan sekilas tentang penulisnya.
Misalnya ketika saya meresensi bukunya ust Asa Mulchias yang berjudul Ada SInga Dalam Dirimu.
Dalam salah satu pargraf, saya menulis kurang lebih begini :
Buku yang ditulis oleh penulis muda kelahiran ibu kota ini ....... (Sekilas saja, kalau menceritakan penulis, jadi resensi penulis bukan resensi buku, hehehe )
atau, ketika saya menulis resensi bukunya dr Egha Zainur Ramadhani yang berjudul Sehat&Bugar Berobat dengan Alam, kurang lebih saya menulis begini :
Buku yang ditulis oleh dokter umum di RSUD Bangka Belitung ini berhasil menyajikan bahasa kedokteran yang rumit menjadi bahasa keseharian yang mudah difahami dan dipraktekan. ( Jad, sekali lagi : sekilas saja, jangan kebanyakan. )
Ini untuk konsumsi media cetak ya, kalau mau diposting di media pribadi, misal fb atau blog, nampaknya boleh-boleh saja karena standarnya selera. apalagi kalau penulisnya merupakan tokoh favorit kita. Hehehehe 

Tanya:  Prito Windiarto sip2, sudah semua kang @Pirman. Tapi ada pertanyaan titipan lagi nih, hehe. Mohon share contoh media yang menyediakan rublik resensi, ya berdasar pengalaman saja
Jawab: Pirman Mba' Anazkia Aja ini senior juga lho, 
Shine Fikri : kalau terlambat harus dihukum, hehehehe.  mohon saran jika ada yang kurang.
akh Prito Windiarto : kalau mau lengkap bisa search via google, atau tanya ke akh Untung Wahyudi 
Setahu saya :
Dakwatuna.com, untuk media online. Yang lain masih banyak lagi.
untuk cetak ada Medan Bisnis (Sumut) - pekanan tiap ahad, Harian Analisa (Medan)-pekanan tiap jum'at, Lembar Khazanah Sabili(bulanan), Majalah Dakwah Islam Al-Intima (bulanan), @Koran Jakarta (harian), Media Indonesia(pekanan), Kompas(Pekanan), Koran Sindo (Pekanan), dll.
yang tdk menyajikan resensi namun tidak menerima tulisan dari pembaca adalah Harian Umum Republika. Mereka hanya mempublish resensi dari redakturnya saja. 
Akh @Rasyid

Tanya:  Arline Safitri Mengirim resensi buku disertakan juga scan cover buku yang udah kita baca? atau mengunduh dari google? sebagai bukti bahwa kita sudah baca bukunya

Jawab: Pirman Arline Safitri : tergantung media cetak yang kita incar. Contoh : Analisa Medan, penulis harus mendatangi redaktur dan menyerahkan buku kepada redaksi sebagai bukti bahwa ia benar-benar telah membacanya. 
untuk media lain, biasanya cukup scan atau cari di google. tentu, sesuaikan dengan kemampuan kita. kalau memang tdk punya scan, bisalah kita ambil dari google, dengan catatan kita benar2 telah membacanya. 
btw, ada beberapa peresensi yang cuma cari data dari google tanpa membaca buku,  alhamdulillah, hal itu tidak saya lakukan.  saya menulis resensi lebih pada niat bahwa buku yang saya baca itu bagus. sehingga khalayak harus membaca juga. Biasanya, saya baca tuntas atau saya baca separuh agar bisa mengetahui gambaran umum buku.  Wallahu A'laam. 

Tanya: Indah Veny Mau ikut belajar..hoby bngt sih menulis..tp syang krjna sibuk
Jawab:  Pirman Mauliza Ida : silahkan ditambah jika ada yang kurang.
Indah Veny : luangkan waktu, jangan menunggu waktu luang. saya juga kerja 8 jam sehari. Dan semua tulisan itu, dilahirkan di sela sela rehat kerja atau sepulang kerja. Saya juga belum ada komputer. jadi suka nulis di buku, llau saya salin. Tidak malu juga untuk pinjam ke taman, yang penting u kebaikan dan bagi hasil.
#Jadi Cyrhat Dech, 

Tanya:  Mauliza Ida Kira-kira apakah ada patokan khusus dalam meresensi buku, atau cukup beberapa paragraf saja, asalkan mencakup isi keseluruhan?

Jawab: Pirman Mauliza Ida : kembali ke penjelasan semula : tentukan target. untuk konsumsi sendiri, konsumsi media cetak, tugas guru atau bagaimana? 
setelah jelas tujuannya, sesuaikan dengan standar yang ada di media2 terkait. karena masing2 media punya standarnya masing2.  

mungkin perlu dibuat diskusi khusus tentang Menulis Resensi Untuk Media Cetak akh 
Prito Windiarto 

Tanya:  Mauliza Ida Misalnya Resensi untuk lomba, dulu saya pernah ikut lomba resensi buku 7 keajaiban rezeki, karena saya belum pernah meresensi buku, makanya saya buat sesuai yang saya tahu seperti ringkasan gitu, ternyata hasil punya kawan-kawan lebih menarik. Saya salut bagi kawan-kawan yang bisa menciptakan gaya meresensi yang lebih menarik pembaca untuk segera membaca buku tersebut.
Mauliza Ida Misalnya Resensi untuk lomba, dulu saya pernah ikut lomba resensi buku 7 keajaiban rezeki, karena saya belum pernah meresensi buku, makanya saya buat sesuai yang saya tahu seperti ringkasan gitu, ternyata hasil punya kawan-kawan lebih menarik. Saya salut bagi kawan-kawan yang bisa menciptakan gaya meresensi yang lebih menarik pembaca untuk segera membaca buku tersebut.

Jawab: Pirman Mauliza Ida : kalau untuk lomba, ya sesuiakan dengan syarat yang ditentukan oleh juri. biasanya spesifik. mulai jumlah halaman, spasi, dan seterusnya. untuk wawasan saja, kalau lomba biasanya tergantung juri. yang menang berarti rejeki, yang kalah belum tentu buruk. itu cuma seleksi alam. jadi, meskipun belum rejeki, hendaknya kita mengambil pelajaran untuk semakin semangat belajar.
karena sejatinya, bisa memang karena biasa.  semakin banyak belajar, kita juga semakin tahu akan baik buruk dan seterusnya. 
Kalau mau resensi yang mantap, bisa diikuti di media2 cetak semacam kompas, sindo, tempo, republika, koran jakarta, dll. 
Satori Nayako : kalau terlambat bawa gorengan, biar gak ngantuk. hehehe  monggo mas, 
Sumber: Grup Menulis KPS (Komunitas Pena Santri) : http://www.facebook.com/groups/237432105401/


*Pirman, peresensi
Seorang Hamba Allah yang tengah mencari sebuah kesejatian hidup. Anak ketiga dari 8 bersaudara. Lahir pada 10 Jumadil Tsani 1408 H di Desa Mojo Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang Jawa Tengah. Pembelajar, suka nulis, jalan-jalan gratis dan berkumpul dengan orang sholih dan belajar berdagang ‘jendela dunia’
Bisa dijumpai di =
Blog: http://pirmanku.wordpress.com
Hp : 085773291640.
Email : fahri_2901@yahoo.co.id
Facebook : Pirman
Fans Page : Pirman
Dakwatuna : Pirman
Fimadani : Pirman
Twitter : Pirman
Mari bersilaturahim, mari berkarya, “Menyejarah atau Kalah”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar