Rabu, 08 Februari 2012

WAHAI PEMUDA, MENIKAHLAH...!!


Oleh: Fitri Arniza

            Kian suram saja potret muda-mudi Islam saat ini. Betapa tidak. Coba kita perhatikan prilaku remaja saat ini. Era globalisasi yang tengah kita rasakan saat ini ,seolah menjadikan mereka lalai akan pentingnya menjaga hubungan dengan lawan jenis.
            Remaja yang harusnya sibuk menuntut ilmu, kini berputar haluan menjadi sibuk menjalin hubungan dengan lawan jenis atau yang biasa disebut dengan pacaran. Ya! dapat kita ketahui bersama bahwa saat ini pacaran sudah sangat membumi di masyarakat kita, bahkan sudah menjadi hal yang lumrah. Mirisnya lagi, seseorang yang tidak melakukan pacaran dikatakan kurang pergaulan dan lain sebagainya. Sudah selayaknya perkara ini menjadi renungan bagi setiap kita. Adakah Islam membenarkan hal ini?
            “Dan janganlah kamu mendekati zina; zina itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’:32)
            Jelas dan tegas sekali firman Allah di atas. Islam sangat melarang keras adanya aksi pacaran yang justru marak dilakukan oleh muda-mudi saat ini. Sebab mustahil pacaran tanpa zina. Perhatikan saja perilaku orang-orang yang berpacaran, mereka sering kali menghabiskan waktu berduaan, berpegangan tangan bahkan saling bermesraan padahal jelas tidak ada ikatan halal di antara mereka.
            “Janganlah seorang laki-laki menyendiri dengan seorang perempuan, melainkan setan menjadi pihak ketiganya.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Al-Hakim)
            Kembali pada firman Allah dalam surah Al Isra’ di atas, Allah tidak mengatakan “janganlah kamu berzina” tetapi “janganlah kamu mendekati zina”. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa jangankan berzina, mendekatinya saja kita tidak diperkenankan. Dan satu-satunya jalan yang paling mendekati zina adalah pacaran. Inilah sebab mengapa islam tidak membenarkan pacaran bagi yang belum menikah.


Anjuran Menikah
            Ternyata Islam juga menawarkan solusi untuk permasalahan di atas.  Islam menganjurkan untuk segera menikah bagi mereka yang merasa siap secara lahir maupun batin, sebagaimana sabda Rasulullah Shollahu 'Alaihi Wasallam :
            “Wahai kaum pemuda, barangsiapa di antara kalian telah mampu, maka hendaknya menikah, karena ia lebih menundukkan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. dan barang siapa yang belum mampu, maka hendaknya ia berpuasa, karena puasa dapat mengekangnya.” (Muttafaq ‘Alaih)
            Kebanyakan dari kita enggan memilih menikah terlalu cepat dan kebanyakan alasannya adalah belum mumpuni dan ekonomi belum mencukupi. Tidak sepenuhnya salah jika kita beralasan demikian, tetapi ada yang perlu kita ketahui bahwa menikah adalah sunnah rasul yang dapat menyempurnakan setengah dari agama kita.
            “Jika seorang hamba menikah, maka ia telah menyempurnakan agamanya; oleh karena itu hendaklah ia bertakwa kepada Allah untuk separuh yang tersisa.” (HR. Baihaqi)
            Dan Allah juga menjawab tentang kekhawatiran kita terhadap rezeki ketika memutuskan untuk menikah, sebagaimana firman Allah Subhana Wa Ta'aalaa dalam surah Annur ayat ke 32.
            “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan, jika mereka miskin, Allah akan menjadikan mereka mampu dengan karuniaNya.”
            Lalu mengapa sebenarnya Islam menekankan pada kita untuk menyegerakan pernikahan. Beberapa point telah disebutkan di atas bahwa menikah adalah sunnah Rasul dan dapat membukakan pintu rezeki. Selain itu menikah juga dapat menjauhkan kita dari zina yang sunnguh setiap kita akan terjerumus di dalamnya.
            “Telah tertulis atas anak Adam nasibnya dari zina. Akan bertemu dalam hidupnya, tidak bisa tidak. Maka kedua mata, zinanya adalah memandang. Kedua telinga, zinanya berupa menyimak dengarkan. Lisan, zinanya berkata. Tangan, Zinanya menyentuh. Kaki, zinanya berjalan. Dan zinanya hati adalah ingin dan angan-angan. Maka dibenarkan hal ini oleh kemaluan, atau didustakannya.’ (HR. Muslim)
            Tak dapat dibayangkan jika kita terus-terusan melakukan perzinahan yang terkadang tidak kita sadari. Bisa jadi tauhid kita telah rusak karena zina, sebab ketika kita sibuk memikirkan seseorang dari lawan jenis, kita menjadi lupa mengingat Allah. Dan posisi iman pun mulai tergantikan dengan sosoknya. Waktu yang harusnya dipergunakan untuk ibadah justru dipenuhi dengan maksiat zina, lambat laun hati pun menjadi tertutup. na’udzubillahi min dzalik. Lantas maukah kita disebut sebagai orang musyrik karena telah 'menduakan' Allah dengan zina.
            “Wahai ummat Muhammad. Demi Allah saat hamba laki-laki berzina, dan saat hamba perempuan berzina, tidak ada yang lebih cemburu daripada Allah ta’ala. Demi Allah, wahai ummat Muhammad, seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui niscaya kalian akan lebih banyak menangis daripada tertawa.” (HR. Bukhori dan Muslim)
            Maka menikahlah! Dan semoga dengannya hati menjadi terpelihara dari zina dan menjadi penyempurna dien dari setiap kita.

Wallahu A’lam bishshowwab

*Penulis adalah Tholibat Ma’had Abu ‘Ubaidah bin Al Jarrah Medan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar