Senin, 12 September 2011

Berbagi Semangat Menulis (Copas dari WR 6)

Asma Nadia pernah melontarkan sebuah kalimat yang amat menggelitik, “Tak pernah ada ceritanya, seorang penulis mati terbunuh hanya gara-gara kualitas naskahnya jelek.” Ya, Asma benar. Mungkin anda akan dicela orang jika naskah Anda sangat buruk. Mungkin Anda disarankan untuk mencari aktivitas lain, tak ada gunanya jadi penulis. Kenyataan seperti ini memang menyakitkan. Tapi percayalah!
Naskah yang buruk itu tak akan pernah mencabut nyawa Anda.
“Saya merasa naskah saya jelek.” Ya, SAYA MERASA. Jadi, itu sebenarnya hanya perasaan Anda. Tapi apakah naskah Anda benar-benar jelek atau justru sangat bagus? Apakah Anda mau membuktikannya?
Anda bisa menjawab:
1.YA, saya mau, atau:
2.TIDAK!

“Di mana letak kejelekan naskah saya? Bagian mana yang harus saya perbaiki?” Jika mereka memberikan penjelasan yang
memadai, maka Anda telah menjalani sebuah proses belajar yang sangat luar biasa. Dan dari hal-hal seperti inilah Anda punya kesempatan untuk meningkatkan kualitas karya -karya Anda.

Lantas jika mereka mengatakan naskah Anda bagus, maka perasaan Anda yang kalah. Tapi sebagai seorang penulis, Anda adalah sang pemenang. Jika karya Anda
dipuji, disebut sebagai sebuah naskah yang sangat luar biasa, maka itu adalah modal
yang sangat bagus untuk mengikis rasa minder Anda. Pujian akan membuat kita bangga
(walau dalam taraf tertentu itu kurang baik juga), menimbulkan rasa percaya diri, dan
secara perlahan rasa minder akan hilang. Pujian adalah obat yang sangat mujarab untuk mengatasi rasa minder. Yang penting, jangan sampai terlena oleh pujian. Sebab terlena oleh pujian merupakan penyakit tersendiri pula.

Jadi, sebenarnya tak ada alasan untuk minder, bukan? Naskah Anda jelek atau bagus, ternyata hasil pengujiannya bisa menghasilkan obat yang sangat
mujarab untuk mengatasi penyakit kronis yang bernama minder itu. Ayo, sudahlah! Jangan katakan lagi “Saya minder dan tulisan saya sangat jelek”. Sepuluh tahun lagi, Anda mungkin bisa mengalahkan Agatha Christie dan Stephen King. Apa lagi yang Anda tunggu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar