Jumat, 09 September 2011

MENGHIDUPKAN HARI DENGAN AL-QUR'AN


OLEH : FITRI ARNIZA


“Umatku yang paling mulia adalah orang yang hafal Al-Qur’an dan mereka mengerjakan sholat pada malam hari.” (HR. Baihaqi)

Salah satu mu’zijat nabi Muhammad Saw adalah menerima wahyu berupa Al-Qur’anul Karim. Kitab penyempurna kitab-kitab sebelumnya. Sesuai dengan firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat keempat “ dan mereka yang beriman kepada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau dan mereka yakin adanya akhirat.”

Allah swt menurunkan Al-Qur’an adalah sebagai pedoman hidup bagi kita manusia, terdapat banyak pelajaran dan hikmah di dalamnya. Inilah salah satu bukti kecintaan Allah kepada Muhammad Saw. Berbahagialah kita menjadi umatnya, sebab Al-Qur’an ditujukan hanya pada kita-umat Nabi Muhammad Saw.

“Al-Qur’an adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan Rahmat bagi kaum yang meyakini.’ (QS. Jatsiyah:20)

Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa banyak sekali manfaat yang dapat kita ambil dari Al-Qur’an.Bahkan Al-Qur’an dapat menghantarkan kita menjadi keluarga Allah yakni dengan membaca, mendengarkan, memaknainya, serta menghafalkannya. Jika kita mampu mengamalkan keempatnya, maka gelar menjadi keluarga Allah pun akan mudah kita dapatkan. Dan ketika kita telah mendapat gelar keluarga, sungguh kemulian telah menjadi milik kita.

Jika ditilik dari kriteria untuk dapat menjadi keluarga Allah, maka jelas yang paling sulit kita laksanakan adalah menghafal. Tak banyak dari kita yang mampu mengahafalkan Al-Qur’an. Padahal pada hakikatnya setiap kita mampu mengahafal Al-Qur’an sebab Allah telah menganugerahkan kita otak yang luar biasa. Prof. Mark Ruzenzan dari Universitas California, bertahun-tahun melakukan riset tentang kapasitas yang dimiliki ingatan manusia. Ia menemukan bahwa kapasitas memori manusia sangat besar sekali dan tak seorang pun mampu menghitungnya. Dan otak manusia itu mampu melakukan 400 juta proses perhitungan setiap menit. Tidak hanya itu, otak manusia juga ternyata mampu memproses hingga 30 milyar informasi di setiap detik.

Kini jelas bahwa penyebab sulitnya dalam mengahafal bukanlah terletak pada kemampuan yang kita miliki, tetapi lebih kepada kemauan tulus yang lahir dari hati kita. Ketika kita sudah benar-benar memancangkan niat ingin menjadi seorang penghafal atau yang biasa disebut hafizh, maka Allah pun akan memudahkannya. “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran.” (QS. Al-Qamar: 17).

Selain niat yang tulus, diperlukan keseriusan yang luar biasa untuk bisa menghafalkan Al-Qur’an sebab para penghafal Al-Qur’an adalah orang-orang pilihan yang hatinya senantiasa terpaut dengan Allah swt.

“Hendaklah para pengahafal Al-Qur’an menghidupkan malamnya dengan membaca Al-Qur’an ketika orang lain sedang tidur dan siang harinya ketika orang lain sedang berbuka. Hendaklah ia bersedih ketika orang lain bergembira dan menangis ketika orang lain tertawa, berdiam diri ketika orang lain bercakap dan menunjukkan kekhusyu’kan ketika orang lain membenggakan diri.” (HR. Abdullah Bin Mas’ud)

Dan cara termudah dalam menghafal adalah dengan mendengar. Menghafal Al-Qur’an tak jauh berbeda dengan menghafalkan sebuah lagu atau mengahafal hal lainnya. Jika ditanya mengapa kita bisa hafal lirik sebuah lagu maka jawannya adalah karena kita sering mendengarnya. Demikian juga halnya dengan Al-Qur’an. Semakin sering kita mendengar lantunan ayat-ayat dalam Al-Qur’an, maka secara otomatis kita pun dapat menghafalkannya. Ir. Abdul Daem mengatakan hal ini dikarenakan telinga kita merupakan satu-satunya sarana input data yang terus bekerja meskipun kita tengah tertidur. Bahkan dengan mendengarkan kita juga mendapatkan pahala yang banyak.

“Barang siapa mendengarkan satu ayat Al-Qur’an akan dicatat baginya satu kebajikan yang akan berlipat ganda. Dan barang siapa membacanya, maka baginya cahaya di hari kiamat. (HR. Ahmad).

Namun kita juga harus memperhatikan hal apa sebenarnya yang membuat kita sangat susah dalam mengahafal. Ternyata penyebab utama sulitnya kita dalam menghafal adalah maksiat. Jika kita masih gemar bermaksiat, maka kemungkinan untuk menjadi seorang hafizh sangatlah kecil sekali. Sebab orang yang melakukan maksiat hatinya akan tertutup dan bagaimana mungkin hafalan dapat masuk ke dalam hati yang tertutup. Bahkan maksiat tak hanya membuat kita susah dalam menghafal, tetapi ia juga dapat merusak hafalan yang telah kita punya.

“Aku mengeluhkan buruknya hafalanku. “Jauhilah maksiat” pesan guruku. “Karena ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah bukan untuk pelaku dosa.”” (Imam Syafi’i).

Dapat kita simpulkan bahwa pada dasarnya menghafal bukanlah hal yang sulit, segalanya berpulang pada niat kita semula. Jika niat kita tulus karena Allah, maka insyaAllah Allah akan memberikan kemudahan pada kita. Semakin sering kita berinteraksi dengan Al-Qur’an maka ia semakin mudah untuk dijadikan kawan dalam kehidupan ini. Mari jadikan tiada hari tanpa Al-Qur’an, tidak hanya pada Ramadhan saja tetapi juga pada hari-hari lainnya.

Dan mari kita hidupkan hari kita dengan terus membaca, mempelajari, serta menghafalkan Al-Qur’an agar kita dapat menjadi keluargaNya. Karena bagaimana pun kesibukan dan kemampuan Anda, Anda adalah calon penghafal Al-Qur’an. (Ir. Amjad Qasim)


*Penulis adalah albanat di Ma'had Abu Ubaidah bin Jarrah Medan

1 komentar: