Oleh:
Fitri Arniza*
Tidak terasa kita telah sampai pada hari-hari
terakhir bulan Ramadhan. Sebuah nikmat yang patut kita syukuri, sebab tiada
nikmat yang lebih indah selain nikmat bisa merasakan Ramadhan hingga akhir.
Namun yang menjadi perenungan untuk kita bersama adalah sudah sejauh apa kita
memaknai puasa kita dan sudahkah kita benar-benar termasuk golongan orang-orang
yang berpuasa, karena Rasullah SAW
bersabda:
“Betapa banyak orang yang berpuasa
namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan
dahaga.” (HR Thabrani)
Semoga kita tidak termasuk dalam
golongan orang yang dikatakan oleh Rasullah dalam hadits di atas. Aamiin.
Betapa banyak keberkahan yang kita dapatkan di bulan mulia ini jika kita
benar-benar memaknai ibadah puasa yang kita lakukan, di antaranya:
- Meningkatkan
Rasa Takut kepada Allah Ta’ala
Firman
Allah dalam hadits Qudsi :“Segala amalan anak Adam adalah untuknya kecuali
puasa. Sesungguhnya puasa adalah untuk-Ku dan Aku yang langsung membalasnya.”
Hadits
di atas mengingatkan kepada kita bahwa tujuan kita berpuasa adalah untuk Allah
Ta’ala semata. Sebab puasa memiliki nilai khusus di sisi Allah.
Bisa
jadi orang lain tidak mengetahui bahwa kita sedang berpuasa karena memang tidak
terlihat jelas secara zhahir, sehingga kecil sekali kemungkinan kita melakukan
puasa dengan tujuan riya’. Dan dari sinilah diharapkan lahirnya sebuah
keikhlasan.
Selain
nilai keikhlasan, puasa juga mendidik kita menjadi seorang yang ihsan yakni
orang yang senatiasa merasa dalam pengawasan Allah Ta’ala. Contoh, ketika kita
berpuasa tak seorang pun dari kita yang berani berbuka sebelum adzan maghrib
berkumandang, meskipun tak seorang pun yang melihat kita makan atau sekedar
minum. Inilah ciri seorang mukmin yang berpuasa ikhlas karena Allah semata. Ia
senantiasa merasa bahwa Allah selalu melihat gerak-geriknya. “…….dan Dia
bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Melihat apa yang kamu
kerjakan.” (QS. Al-Hadid:4)
Tiada
kenikmatan yang paling menentramkan hati selain nikmat takut kepada Allah,
karena ia akan menjadi kekuatan bagi kita. Pun hanya rasa takut yang mampu
mengantarkan kita pada derajat tinggi. Firman Allah dalam surah Yasin ayat 11.
“Sesungguhnya
engkau hanya memberi peringatan kepada orang-orag yang mau mengikuti peringatan
dan yang takut kepada Tuhan yang Maha Pengasih, walaupun mereka tidak
melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang
mulia.”
- Terhindar
dari Perkara yang Buruk
“…..
Puasa itu ibarat perisai. Pada hari melaksanakan puasa, janganlah orang yang
berpuasa mengucapkan kata-kata yang kotor, tidak sopan, dan tidak enak di
dengar , dan jangan ribut hingar-bingar bertengkar. Jika di anatara kalian
memakinya atau mengajak berkelahi, hendaknya katakan kepadanya: “Saya sedang
berpuasa….” (Hadits Qudsi Riwayat Nasa’I dan ibnu Hibban)
Point
penting yang dapat kita ambil dari hadits di atas selain keharusan bersabar
adalah kita akan dapat terhindar dari berbagai perkara buruk semisal
perkelahian dengan kita mengatakan “Saya sedang berpuasa” dan jika setiap kita
benar-benar menjaga nilai-nilai di atas, maka perkelahian atau maksiat lainnya
tidak akan muncul.
- Menumbuhkan
Rasa Syukur dan Kasih Sayang Terhadap Sesama
“Wahai
anakku, jika perutmu penuh sesak,
pikiranmu akan tidur dan nalar kebijaksanaan akan mandeg dan anggota tubuh akan
berat untuk melaksanakan ibadah.” (Luqmanul Hakim)
Tidak
dapat kita bayangkan jika Islam tidak mensyari’atkan puasa kepada kita. Manusia
yang rakus akan terus mengisi perutnya tanpa henti, sehingga membuatnya malas
beribadah, inilah yang terjadi jika Allah tidak mewajibkan kita untuk berpuasa.
Sebaliknya, kondisi lapar yang kita rasakan ketika berpuasa membuat kita
terdorong untuk memikirkan saudara-saudara kita yang kurang mampu.
“Tidak
sempurna iman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya
segala apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri berupa kebaikan”. [HR
al-Bukhâri dan Muslim].
Dengan
adanya kesadaran terhadap sesama, maka rasa syukur pun akan lahir dengan sendirinya.
Perlu digaris bawahi sekali lagi, nilai kesyukuran dan kecintaan terhadap sesama akan muncul ketika berpuasa. Inilah salahsatu hikmah besar yang
terkandung dalam berpuasa.
- Mengokohkan Ukhuwwah
“(Sambil berkata),
‘sesungguhnya kami memeberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharapkan keridhoan
Allah, kami tidak mengharapkan balasan dan terima kasih dari kamu.’” (QS:76:9)
Coba kita perhatikan
beberapa saat sebelum berbuka puasa, maka kita akan mendapatkan sebagian besar
dari kita, saling memberi makanan untuk berbuka, seolah-olah mereka ingin
berlomba-lomba dalam kebaikan. Potret semacam inilah yang banyak dinantikan
oleh umat saat ini. Dimana saat sekarang ini sudah sangat jarang kita saksikan
para tetangga saling bertukaran makanan, saling bertegur sapa, saling berkumpul
bersama di mesjid untuk menunaikan sholat maupun tadarusan. Satu hal yang
menjadi harapan kita bersama, jangan sampai hal ini hanya terjadi ketika
Ramadhan saja, namun tak ada salahnya jika kita menjadikan Ramadhan sebagai wadah
latihan bagi kita untuk terus melakukannya di kemudian hari.
- Mendapatkan Dua Kenikmatan
Orang yang berpuasa
maka baginya dua kebahagiaan yakni kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Kebahagian di dunia yang di dapat di antaranya adalah nikmat iman yang membuatnya
lebih khusyuk dalam ibadah dan itulah taufiq yang Allah berikan kepada orang
yang berpuasa, selain itu berpuasa juga menjadi
salahsatu sebab terkabulnya doa.
“Tiga doa yang tidak
ditolak oleh Allah Ta’ala, pertama orang yang berpuasa hingga ia berbuka, kedua
pemimpin yang adil, kemudian doa orang yang teraniaya. Allah mengangkat doanya
ke awan dan membukakan pintu-pintu langi. Demi kebesaran-Ku engkau pasti
Aku tolong meski tidak sekarang.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Kebahagiaan di dunia terjadi ketika
‘idul Fitri. Karena pada saat itu ia merasa bahwa telah sempurnalah ibadahnya,
dan ia telah berhasil melawati segala ujian yang Allah berikan.
Sedangkan kebahagian di akhirat
ialah ketika ia bertemu dengan Allah Ta’ala, saat itulah ia mengetahui bahwa
ibadahnya di terima oleh Allah. Dan ia berbahagia kerana Allah memberikannya
pahalanya yang begitu besar. Karena
“satu kebaikan (dibalas) menjadi sepuluh ganda sedang kejahatan dibalas
seimbang dengan dosanya atau Kuampuni sama sekali meskipun ia menghadap Aku
dengan kesalahan-kesalahan hampir sebesar bumi.” (Hadits Qudsi Riwayat
Thabrani)
Maka sekali lagi bersyukurlah kita
atas umur yang masih Allah berikan kepada kita, dengan harapan kita dapat
merasakan hikmah-hikmah yang terkandung di dalam bulan Ramadhan. Dan terakhir
‘Taqobbalallahu minna wa minkum wa ja’alna minal ‘aidin wal faizin’ (Semoga
Allah menerima (puasa) kita dan menjadikan kita kembali (dalam keadaan suci)
dan termasuk orang-orang ang mendapat kemenangan. Aamiin. Allahu A’lam.
* Tholibat Ma’had Abu ‘Ubaidah Bin Al Jarrah Medan.
finzahikari.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar