Oleh:
Fitri Arniza
Kian suram saja potret muda-mudi Islam saat ini. Betapa tidak. Coba kita perhatikan prilaku remaja saat ini. Era globalisasi yang tengah kita rasakan saat ini ,seolah menjadikan mereka lalai akan pentingnya menjaga hubungan dengan lawan jenis.
Remaja yang harusnya sibuk menuntut
ilmu, kini berputar haluan menjadi sibuk menjalin hubungan dengan lawan jenis atau
yang biasa disebut dengan pacaran. Ya! dapat kita ketahui bersama bahwa saat
ini pacaran sudah sangat membumi di masyarakat kita, bahkan sudah menjadi hal
yang lumrah. Mirisnya lagi, seseorang yang tidak melakukan pacaran dikatakan
kurang pergaulan dan lain sebagainya. Sudah selayaknya perkara ini menjadi
renungan bagi setiap kita. Adakah Islam membenarkan hal ini?
“Dan janganlah kamu mendekati zina;
zina itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS.
Al-Isra’:32)
Jelas dan tegas sekali firman Allah
di atas. Islam sangat melarang keras adanya aksi pacaran yang justru marak
dilakukan oleh muda-mudi saat ini. Sebab mustahil pacaran tanpa zina.
Perhatikan saja perilaku orang-orang yang berpacaran, mereka sering kali
menghabiskan waktu berduaan, berpegangan tangan bahkan saling bermesraan
padahal jelas tidak ada ikatan halal di antara mereka.
“Janganlah seorang laki-laki
menyendiri dengan seorang perempuan, melainkan setan menjadi pihak ketiganya.”
(HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Al-Hakim)
Kembali pada firman Allah dalam
surah Al Isra’ di atas, Allah tidak mengatakan “janganlah kamu berzina” tetapi
“janganlah kamu mendekati zina”. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa
jangankan berzina, mendekatinya saja kita tidak diperkenankan. Dan satu-satunya
jalan yang paling mendekati zina adalah pacaran. Inilah sebab mengapa islam
tidak membenarkan pacaran bagi yang belum menikah.
Anjuran Menikah
Ternyata
Islam juga menawarkan solusi untuk permasalahan di atas. Islam menganjurkan untuk segera menikah bagi
mereka yang merasa siap secara lahir maupun batin, sebagaimana sabda Rasulullah
Shollahu 'Alaihi Wasallam :
“Wahai kaum pemuda, barangsiapa di
antara kalian telah mampu, maka hendaknya menikah, karena ia lebih menundukkan
pandangan dan lebih memelihara kemaluan. dan barang siapa yang belum mampu,
maka hendaknya ia berpuasa, karena puasa dapat mengekangnya.” (Muttafaq ‘Alaih)
Kebanyakan dari kita enggan memilih
menikah terlalu cepat dan kebanyakan alasannya adalah belum mumpuni dan ekonomi
belum mencukupi. Tidak sepenuhnya salah jika kita beralasan demikian, tetapi
ada yang perlu kita ketahui bahwa menikah adalah sunnah rasul yang dapat
menyempurnakan setengah dari agama kita.
“Jika seorang hamba menikah, maka ia
telah menyempurnakan agamanya; oleh karena itu hendaklah ia bertakwa kepada
Allah untuk separuh yang tersisa.” (HR. Baihaqi)
Dan Allah juga menjawab tentang
kekhawatiran kita terhadap rezeki ketika memutuskan untuk menikah, sebagaimana
firman Allah Subhana Wa Ta'aalaa dalam surah Annur ayat ke 32.
“Dan kawinkanlah orang-orang yang
sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba
sahayamu yang laki-laki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan, jika mereka
miskin, Allah akan menjadikan mereka mampu dengan karuniaNya.”
Lalu mengapa sebenarnya Islam
menekankan pada kita untuk menyegerakan pernikahan. Beberapa point telah
disebutkan di atas bahwa menikah adalah sunnah Rasul dan dapat membukakan pintu
rezeki. Selain itu menikah juga dapat menjauhkan kita dari zina yang sunnguh
setiap kita akan terjerumus di dalamnya.
“Telah tertulis atas anak Adam
nasibnya dari zina. Akan bertemu dalam hidupnya, tidak bisa tidak. Maka kedua
mata, zinanya adalah memandang. Kedua telinga, zinanya berupa menyimak
dengarkan. Lisan, zinanya berkata. Tangan, Zinanya menyentuh. Kaki, zinanya
berjalan. Dan zinanya hati adalah ingin dan angan-angan. Maka dibenarkan hal ini
oleh kemaluan, atau didustakannya.’ (HR. Muslim)
Tak dapat dibayangkan jika kita
terus-terusan melakukan perzinahan yang terkadang tidak kita sadari. Bisa jadi
tauhid kita telah rusak karena zina, sebab ketika kita sibuk memikirkan seseorang
dari lawan jenis, kita menjadi lupa mengingat Allah. Dan posisi iman pun mulai
tergantikan dengan sosoknya. Waktu yang harusnya dipergunakan untuk ibadah
justru dipenuhi dengan maksiat zina, lambat laun hati pun menjadi tertutup. na’udzubillahi min dzalik. Lantas maukah
kita disebut sebagai orang musyrik karena telah 'menduakan' Allah dengan zina.
“Wahai ummat Muhammad. Demi Allah
saat hamba laki-laki berzina, dan saat hamba perempuan berzina, tidak ada yang
lebih cemburu daripada Allah ta’ala. Demi Allah, wahai ummat Muhammad,
seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui niscaya kalian akan lebih
banyak menangis daripada tertawa.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Maka menikahlah! Dan semoga
dengannya hati menjadi terpelihara dari zina dan menjadi penyempurna dien dari
setiap kita.
Wallahu
A’lam bishshowwab
*Penulis adalah Tholibat Ma’had Abu
‘Ubaidah bin Al Jarrah Medan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar