Minggu, 10 April 2011
SAAT AR-ROYYAN BERKELEBAT DI HATI
SAAT AR-ROYYAN BERKELEBAT DI HATI*
oleh Fathimatul Azizah*
Pesantren Mahasiswa Ar-Royyan. Tiba-tiba saja fragmen-fragmen tentangnya berserakan kembali. Belum juga berhasil kususun dengan rapi, sudah berseliweran di depan mataku. Rasa haru biru, manis, asin dan gurih campur aduk. Saya teringat sebuah azzam untuk membuat serial tentangnya: Ar-Royyan Putri with Love (Seru Bener jadi Santri). Sayangnya belum terwujud. Alasannya klise bersayap: saya sibuk. He..he.. :D Setelah kutelusuri, ternyata alasan yang paling mendasar adalah terjadinya kekacauan pada memori saya tentang karakter masing-masing santriwati di tiga jalur: Gaza, Ramalah, dan Jenin. Mungkin saking lamanya mengerami ide, ya? Semoga tidak sampai membusuk. Dan tepat pada saatnya akan terlahir serial yang cantik.
Dua tahun lamanya menghuni asrama santriwati plus hampir satu tahun jadi ‘kalong’ telah memberikan pelajaran yang berarti dalam hidupku. Kini kenangan tentangnya mengusik sedikit jedaku sebagai fulll time mom alias emak yang stay at home. Ini berawal dari undangan pernikahan yang kuterima Jum’at sore di salah satu ruangan Wisma Seni Taman Budaya Surakarta (TBS). Senior para santri alias pengelola pesantren putri sebentar lagi akan menggenapkan setengah dien. Dan bulan Juni 2011 keinginannya untuk mbangun ndeso alias pulang ke Banjarnegara akan benar-benar terwujud. Itu berarti saya akan semakin jarang melihatnya. Ah, yang penting Mb Her bahagia:D
Tanpa tinggal di pesantren, sebenarnya atmosfer pesantren telah saya rasakan sejak menginjakkan kaki pertama di Oslo. Di sekitar kampus UNS, banyak performance muslimah yang mencolok mata. Lalu lalang para jilbaber sudah menjadi pemandangan biasa. Ini hal yang sangat berbeda bila dibandingkan dengan fenomena di daerah, terkhusus my beloved hometown: Ngawi, di bilangan masa SMA-ku.
Lantas, apa yang membuat saya memutuskan untuk nyantri waktu itu? Padahal sebelumnya, mendengar kata pesantren saja membuatku ngeri. Terbayang bagaimana terkurung dalam penjara full time 24 jam nonstop. O, tidak! Sssst.. tapi pesantren mahasiswa tentu berbeda, kan? Pikirku sebelum masuk asrama.
Satu motivasi yang paling mendasar saat itu adalah: saya ingin memperbaiki bacaan Al-Qura’anku. Kusadari meski beberapa kali ikut tahsin selepas SMP, makhraj dan tajwid-ku masih sangat jauh dari sempurna. Kurikulum yang memang menarik membuatku semakin mantap menjadi salah satu bagian dari komunitas santri. Dan bukankah bergaul dengan orang-orang shalih juga menjadi salah satu obat hati?
Matsurat-an bareng, shalat berjama’ah, dirosah, ifthor, piket, kerja bakti, antri mandi, rihlah. Hm..hm.. apa lagi? Tak banyak yang akan saya tulis kali ini. Tak sanggup menuliskan tiap episode dengan rinci.
Semua begitu luar biasa. Dan akhirnya saya sampaikan ungkapan terimakasih tak terhingga kepada para Ustadz yang sudah memberikan banyak pembelajaran pada setiap dirosah, Ummi Yanti yang rela datang ke pesmi saat jadwal tahfidz (agar tak ada alasan kabur ^_^), para musyrifah yang baik hati dan tidak sombong, serta all Ar-Royyan Putri crew yang masing-masing memberi warna pada kipas cinta saya. Luv u all coz of Allah.
Saat Ar-royyan berkelabat di hatiku, kubisikkan rabithah sebagai pengikat rindu. Semoga keberkahan selalu tercurah untuk semua nama yang pernah begitu dekat dalam keseharianku. Meski raga tak selalu beriringan, semoga hati tak pernah tercerai. Selalu menyatu dalam satu bingkai cinta karena-Nya.
Sesungguhnya Engkau tahu
Indeed, You’ve known
bahwa hati ini telah berpadu
that these hearts have bonded
berhimpun dalam naungan cintaMu
forgather under Your love’s shelter
bertemu dalam ketaatan
gathering in obidience
bersatu dalam perjuangan
allied in struggling
menegakkan syariat dalam kehidupan
uphold Your order in this life
Kuatkanlah ikatannya
Strengthen the bonds
kekalkanlah cintanya
everlast the loves
tunjukilah jalan-jalannya
show the ways
terangilah dengan cahayaMu
enlighten with your light
yang tiada pernah padam
which never inextinguible
Ya Rabbi bimbinglah kami
O Lord.. guide us
Lapangkanlah dada kami
broaden our hearts
dengan karunia iman
with grant of belief
dan indahnya tawakal padaMu
and the beauty in trusting to You
hidupkan dengan ma’rifatMu
revive us by knowing You
matikan dalam syahid di jalan Mu
give us death as the martyr in Your path
Engkaulah pelindung dan pembela
You’re the protector and defender
(Rabithah)
Ngawi, 7 April 2011:00.07
dengan geng kecilku: mulai mengingat yang s4 terlupa
*Bisa juga dilihat di note facebook beliau
*sudah mendapat izin untuk di share
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar