Minggu, 02 Oktober 2011

Tiga Hal Penting Dalam Hidup





Oleh: Fitri Arniza

Siapapun di antara kita pastilah menginginkan sebuah kehidupan yang damai lagi berkah. Lantas sudahkah kita mengamalkan tiga hal penting yang diajarkan oleh Islam untuk menyikapi hidup ini? Dan apa sajakah tiga hal itu?

Point pertama yang terpenting adalah produktif. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna di antara makhluk lainnya. Ssesuai dengan firman Allah dalam Surah At-Tin ayat ke empat:

“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
Sebagai makhluk yang paling sempurna, tentulah kita telah diberikan potensi oleh Allah sebagai modal kita dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup ini. Allah memberikan potensi yang berbeda-beda pada setiap individu. Entah itu potensi berupa kecerdasan IQ maupun potensi dalam bentuk bakat-bakat tertentu yang sangat beragam jenisnya. Untuk itulah kita dituntut untuk menjadi pribadi yang produktif.
Salah satu potensi yang diberikan oleh Allah pada sebagian kita adalah kemampuan menulis. Wajib bagi kita untuk mensyukuri apabila kita diberikan potensi untuk bisa menulis, sebab Allah menjanjikan akan senantiasa memberikan pertolongan kepada hamba-Nya yang menulis. Sebagaimana yang terdapat dalam sebuah riwayat yang mengatakan : “Tiga orang yang selalu mendapatkan pertolongan dari Allah Swt. Pertama adalah seorang penulis yang senantiasa memberikan penawar. Kedua seorang mujahid yang senantiasa memperjuangkan agama Allah, dan yang terakhir adalah seorang yang menikah untuk menghindari zina.

Rasanya kita tak perlu berpikir panjang lagi untuk mulai menulis. Bukankah Allah mencintai hamba-Nya yang produktif? Bahkan kita dapat berdakwah lewat tulisan. Maka tak salah pula Gola Gong mengatakan “Jangan mau tidak menulis seumur hidup.”

Tidak hanya menulis, masih banyak potensi-potensi lainnya yang diberikan oleh Allah pada kita manusia. Yang terpenting adalah sejauh mana kemauan kita untuk terus menggali dan mengembangkannya sehingga kita dapat meraih predikat produktif.

“Siapa yang memberikan sesuatu kepadaKu dari apa yang telah Ku kurniakan itu dengan taat, niscaya Kusegerakan membalasnya dalam waktu singkat (dunia) dan Ku simpan baginya untuk waktu mendatang (akhirat).” (HR Rafi’I dari Abu Hurairah ra)

Demikianlah janji Allah pada hamba-Nya yang mau mengembangkan potensi yang telah diberikan oleh-Nya.

Islam tak hanya mengajarkan betapa pentingnya menjadi seorang yang produktif, tetapi juga sangat menganjurkan kita untuk hidup hemat. Salah satu dari nama-nama indah-Nya adalah Maha Kaya. Allah Swt. telah menganugerahkan berbagai macam kenikmatan di atas bumi ini. Cobalah sejenak kita renungkan berapa banyak kenikmatan yang telah diberikan pada kita. Tentulah kita tidak sanggup menghitung nikmat-Nya. Ini sesuai dengan firman-Nya dalam Surah ke 16 ayat 18 yang berbunyi:

“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Tetapi janganlah kita menjadi hamba-Nya yang kufur karena telah menghamur-hamburkan semua rezeki yang telah diberikan oleh Allah pada kita. Islam sangat menekankan pola hidup hemat. Suatu hari Rasullah Saw. pernah berwudhu dengan seorang bernama Jabir. Rasul melihat Jabir sangat boros dalam menggunakan air kemudian Rasul berkata “ Janganlah kamu boros dalam berwudhu.” Kemudian Jabir membalas perkataan Rasul “Mengapa ya Rasul?” Rasul Bersabda “Walaupun kamu berwudhu, gunakanlah air dengan hemat sekalipun kamu berwudhu di air sungai yang mengalir.”
Semakin jelaslah bahwa kita sangatlah dituntut untuk berhemat dalam hidup ini. Bahkan Rasul menyuruh pada kita untuk berhemat dalam hal kebaikan sekalipun seperti contoh di atas. Bahkan Allah pun sangat membenci hamba-Nya yang boros. Sampai-sampai Allah mengatakan orang –orang yang boros (mubajir) tak lain adalah teman setan. Na’udzubillah.

Lantas mengapa kita harus berhemat? Coba kita perhatikan orang-orang di sekeliling kita, bukankah masih banyak saudara kita yang kekurangan hidupnya? Untuk mendapatkan sesuap nasi saja mereka harus banting tulang, berpanas-panasan, bahkan ada pula sebagian mereka yang rela memungut sisa-sisa nasi yang berada di tempat sampah. Sedang kita yang hidup di garis kecukupan sering kali berlebih-lebihan dalam hal yang mubah. Padahal jelas sekali Allah memperingatkan kita dalam Surah Al-An’am : 141 “Dan Dialah yang menjadikan tanaman-tanaman yang merambat dan yang tidak merambat, pohon kurma, tanaman yang beraneka ragam rasanya, zaitun dan delima yang serupa (rasanya) dan tidak serupa (rasanya). Makanlah buahnya apabila ia berbuah dan berikanlah haknya (zakatnya) pada waktu memetik hasilnya. tapi janganlah berlebih-lebihan. Sesengguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

Contohlah kehidupan Rasullah yang senantiasa mendahulukan orang lain daripada dirinya sendiri. Demikian pula yang dilakukan oleh Aisyah r.a. Urwah bin Azzubair r.a berkata: “ Pernah siti A’isyah r.a. bersedekah lima puluh ribu, sedang bajunya sendiri bertambal.
“Barang siapa yang meninggalkan pakaian yang berlebih-lebihan karena tawadhu’ kepada Allah, padahal ia mampu sekiranya ia mau, maka pada hari kiamat akan disuruh pilih manakah perhiasan iman yang ia suka memakainya.” (HR. At-tirmidzi)
Dan point penting yang terakhir adalah meninggalkan warisan terbaik.

“Lebih baik meninggalkan generasi yang kaya daripada meniggalkan generasi yang miskin.” (Mutafaq ‘alaih)

Alangkah baiknya jika semasa hidup kita senantiasa beramal sholeh dan selalu berbuat kebaikan, kerana hanya Allah yang tahu kapan maut kita tiba. Maka sebelum kita wafat, tinggalkanlah sebuah kebaikan yang dapat memberikan manfaat pada orang lain.

Penulis adalah Tholibat Ma'had Abu 'Ubaidah Ibn Jarrah Medan

1 komentar: