Jumat, 12 Juli 2013

Cerpen: Mengertilah Rinduku, Ibu...

Cerpen: Mengertilah Rinduku, Ibu...

Oleh: Dita Hersiyanti

             Hai, ibuku tercinta.

            Masih ingatkah ibu denganku, Alina, putri tunggalmu yang dulu pecicilan dan suka merepotkanmu ketika aku masih bayi?
            Mereguk kasih sayangmu melalui air susu yang seakan tiada habisnya bagiku, dan menangis dini hari demi mendapatkan perhatianmu untuk mengganti popokku, tanpa rasa jijik sedikitpun...
             Ketika menginjak usia kanak-kanak, lagi-lagi aku membuat ibu pusing dengan seribu satu cara, malas mengerjakan PR lah, tidak mau membantu ibu lah, lupa sikit gigi lah, pokoknya banyak sekali. Padahal, aku tahu, ibu selalu berusaha mengajariku berbagai hal, mulai dari pelajaran sekolah sampai urusan rumah tangga, seperti mencuci piring, membersihkan tempat tidur, dan sebagainya.
             Ternyata, jenis kelaminku sebagai wanita, tak membuatku bersikap anggun dan manis seperti yang ibu harapkan. Justru malah sebaliknya, dengan pergaulanku yang lebih banyak akrab dengan lelaki -ah, mungkin karena sifatku yang nyentrik sehingga dijauhi oleh kebanyakan anak perempuan, mungkin?-  aku malah menjadi gadis tomboy yang gemar menyetel musik rock tiap malam dikamar, sehingga ibu seringkali masuk ke kamarku dan malah mendapatiku sedang (berpura-pura) membaca buku. Ibu tahu tidak, ketika ibu keluar, tentunya aku selalu berjaga-jaga dengan earphone yang sudah kuhubungkan dengan pemutar musikku, agar tiap celotehan dan nasihatmu yang dulu kuanggap sangat menyebalkan, tidak kudengar sama sekali.
             Menginjak usia dewasa, kuakui, kenakalanku sedikit demi sedikit telah berkurang. Aku pun telah menemukan Reza, pria baik berusia setahun diatasku, yang bersedia menikahiku. Namun, semakin bertambahnya usia, dan kesibukanku sebagai istri dan pesanan online shop-ku yang menggunung, membuat perhatianku padamu terkikis. Apalagi setelah kami dikaruniai anak laki-laki kami, Vino,  otomatis kabar tentangmu hanya kudengar sekali lewat.
Benar, aku begitu sibuk, bu...
Setelah aku melahirkan anak pertamaku yang rasanya begitu nyeri dan merasakan nyawa serasa di ubun-ubun, aku baru menyadari, betapa besarnya perjuangan ibu untuk merawat serta membesarkan seorang anak. Begitu sulitnya, hingga terkadang ibu sampai harus mengorbankan waktu dan kesenangan ibu, hanya demi merawatku, seorang Alina yang bandel, agar bisa menjadi seorang ibu yang baik pula bagi anak-anaknya kelak. Apapun kebaikan yang kulakukan, sepertinya takkan cukup untuk membalas semua kasih sayangmu, bu. Takkan pernah cukup...
Ibu, surat ini kutulis untukmu, agar ibu dapat menyadari rasa sayangku yang besar terhadapmu, ah, mungkin sangat tidak sebanding dengan rasa sayangmu padaku. Rasa sayang ibu kepada anaknya, tak terhingga sepanjang masa...

With love,
Khalina Anjani


***


"Mas, ayo cepat...kita kan ingin bertemu ibu..." seruku  pada Reza yang sedang merapikan baju Vino, anak kami yang kini berusia 2 tahun.

"Sebentar lagi selesai...jangan lupa bawa suratmu!"

"Sudah kutaruh dalam tas, kok"
                       
Terdengar suara Vino yang menggemaskan dalam gendongan ayahnya "Acik acik...jalan-jalan..."

Reza membalas celotehan itu dengan lembut, "Iya Vino, kita mau jalan-jalan ketemu Nenek..."

Kami bertiga pun segera masuk kedalam mobil. Sepanjang perjalanan, Vino yang berasa di pangkuanku, tak henti-hentinya tertawa. Anak yang menggemaskan, pikirku. Aku sangat bersyukur karena dapat memberikannya yang terbaik.

Seperti apa yang selama ini ibu berikan padaku.

Mengingat ibu, tiba-tiba aku jadi sedih lagi...

Aku sangat tidak sabar untuk bertemu dengannya!
           
Reza yang menyadari bahwa sedari tadi aku melamun, membelaiku lembut dan berkata, ketika kami tiba di tempat tujuan, "Biar aku yang menggendong Vino, ya..."

"Iya, mas..."

Kami pun segera menyusuri jalan setapak yang tidak terlalu jauh, memastikan bahwa aku tidak lupa dengan letak kediamannya.

Nah, itu dia! Aku dan Reza bergegas menuju kesana.

Ya, tidak salah lagi.

Dialah ibuku tercinta, Annisa Muhairani, yang sangat kurindukan!

Kupegang surat yang telah kutulis dengan penuh kesungguhan hati tersebut dengan tangan bergetar.

"Aku sangat ingin ibu membacanya, agar ibu dapat mengerti rindu yang selama ini mengendap dalam jiwaku..." batinku penuh harap.

Setelah beberapa saat, Reza dan aku berniat untuk pamitan dengan ibu.

"Bu Annisa, kami pulang, ya..."

"Ibu, Alila pamitan dulu. Jaga diri ibu baik-baik. Kami selalu mendoakanmu..."
           
Reza pun segera berdiri dan menggendong Vino, sedangkan aku masih menatap rumah tempat ibu tinggal yang baru saja kubersihkan, tentu dengan bantuan Reza. Barusan juga aku dan Reza mendoakan ibu agar tetap menjaga kami dengan cintanya, dimana pun kami berada. Surat yang telah kutulis tadi pun, telah kuberikan padanya. Kuelus dengan penuh cinta, pahatan bertuliskan:


Annisa Muhairani
22-12-1967
10-3-2011


Kemudian, sambil menyusul Reza yang terlebih dahulu meninggalkan tempat ini, aku berharap semoga ibu dapat memaafkan semua kenakalanku di masa lalu, agar ia tetap tenang di sisi-Nya dan mendapatkan kemuliaannya sebagai seorang wanita yang berjuang membesarkan anaknya.

Selamat jalan bu, selamat hari ibu…

Alina sangat mencintai ibu…





Biodata:
Perempuan yang biasa dipanggil Dita ini dilahirkan di Palembang, 4 Mei 1996. Sangat menggemari dunia tulis menulis dan film animasi. Sedang berada dalam masa transisi antara siswi SMA Xaverius 1 Palembang dan mahasiswi President University, Cikarang. Mari bersua lewat Facebook: Dita Hersiyanti,  twitter @ditahersiyanti dan tumblr di hersiyantiditaa.tumblr.com



Tidak ada komentar:

Posting Komentar