Jumat, 14 Juni 2013

Kultum: Agar Dicintai Allah dan Manusia

Kultum: Agar Dicintai Allah dan Manusia
Dian Zarina Rahmi


Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Alhamdulillahi rabbil’alamin, segala puji hanya bagi Allah ‘Azza wa Jalla,
Begitu banyak nikmat yang tak terhingga selalu tercurahkan untuk kita,
maka jangan pernah kita lupa untuk terus mensyukuri nikmat dan segala karuniaNya,
selama kita masih menghirup udaraNya, selama kita masih meminum airNya, selama kaki kita masih menginjak bumiNya,
jangan pernah berhenti mencintaiNya, jangan pernah berani mendustakanNya,
karna cintaNya begitu indah, tapi ingat azabNya pun teramat pedih,
Allahumma sholli wa sallim wa baarik ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala aalih,
sosok manusia paling dicintai Allah yang dipilih sebagai nabi penutup, untuk menyampaikan risalah yang telah disempurnakanNya,
tanpa perjuangannya, mungkin kita tidak akan menikmati indahnya islam ini,
tanpa cintanya yang begitu besar pada kita, tak mungkin dia sebut kita di akhir hayatnya,
ummatii, ummatii, ummatii,
perbanyaklah sholawat untuk Rasulullah saw, ikuti dan amalkanlah sunnahnya sebagai bukti cinta kita pada Allah,
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
‘Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku (Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’. (QS. Ali Imran (3): 31)
Saudaraku yang mencintai dan dicintai Allah,
islam ini sesungguhnya agama yang penuh dengan cinta,
karna Allah sang pemilik dunia ini adalah maha pengasih lagi maha penyayang,
kasih dan sayang merupakan implementasi dari cinta itu,
Mari kita bahas sedikit hadist arba’in ke 31, agar dicintai Allah dan dicintai manusia,
Dari Abu Abbas Sahl bin Sa’ad Assa’idi r.a. dia berkata : seseorang mendatangi Rasulullah saw, maka beliau berkata, “wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku sebuah amalan yang jika aku kerjakan, Allah dan manusia akan mencintaiku”, maka beliau bersabda, “zuhudlah terhadap dunia maka engkau akan dicintai Allah dan zuhudlah terhadap apa yang ada di tangan manusia (dimiliki mereka) maka engkau akan dicintai manusia”(hadist hasan riwayat Ibnu Majah dan lainya dengan sanad hasan).
Subhanallah,
Saudaraku yang dimuliakan Allah,
begitu besarnya keimanan para sahabat hingga mereka bertanya kepada rasulullah saw bagaimana cara agar dicintai Allah dan manusia. Karna keimanan tidak akan sempurna jika kita hanya menjaga hablun minallah tanpa menjaga hablun minannas.
Zuhud bisa diartikan dengan meninggalkan segala sesuatu yang tidak bermanfaat untuk akhirat. Segala perbuatan yang kita lakukan bukan demi mendapatkan nilai duniawi tetapi untuk meraih ridho Allah SWT. Tapi bukan berarti kita lantas harus miskin, berpakaian lusuh, tidak makan, tinggal di rumah serba bocor, bukan. Allah justru secara tidak langsung memerintahkan kita untuk kaya karna kita diperintahkan untuk bersedekah dan banyak membantu orang lain, tapi bukan mencintai kekayaan dan menjadikannya orientasi hidup kita. Allah itu indah dan mencintai keindahan, maka tampillah rapi menggunakan pakaian yang bagus, tapi tidak berlebihan dan sesuai syari’at. Allah juga memerintahkan kita untuk tawazzun, menyeimbangkan kebutuhan jasmani dan rohani, maka kita harus menjaga kesehatan dengan mencukupkan gizi makanan yang kita konsumsi disamping terus beribadah padaNya.
Agar dicintai Allah tentunya kita harus menjalankan perintahnya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surah Az-Zariyat ayat 56 :
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. Az-Zariyat : 56)
Menyembah-Ku, atau beribadah kepadaku. Maka tidak ada yang kita lakukan di muka bumi ini yang lepas dari beribadah pada Allah. Syaik Ibnu Taimiyah Rahimahullah (w. 728H) mendefinisikan ibadah sebagai berikut :
“Bahwa Ibadah adalah mencakup di dalamnya  totalitas rasa cinta, mencakup di dalamnya  makna pujian, mencakup totalitas merendahkan diri, mencakup makna pengagungan, maka dalam ibadah terdapat cinta kepadaNya dan pujian kepadaNya atas segala bentuk kebaikan, dan dalam ibadah ada kerendahan pada malam hari terhadap keagunganNya dan kebesaranNya.”   (Al Fatawa Al Kubra, 7/348)
Totalitas rasa cinta pada Allah akan melindungi mata hati kita dari silaunya perhiasan duniawi. Memuji-Nya mengingatkan kita akan rendah dan hinanya kita tanpa-Nya yang menutupi aib kita. Mengagungkan dan membesarkan-Nya menjadikan kita tidak takut kepada selain Allah.
Saudaraku yang selalu mencintai sesama muslim karna Allah,
Zuhud terhadap milik manusia dapat diartikan tidak ada dalam hati kita keinginan maupun perhatian terhadap suatu kekayaan dunia yang dimiliki orang lain. Allah memerintahkan kita untuk mendermakan harta kita dan memelihara diri kita dari sifat kikir. Harta yang kita dermakan bukanlah sesuatu yang tidak kita cintai, tapi pilihlah yang terbaik dan paling kita cintai. Jika kita mengamalkannya, maka insya Allah sempurnalah iman kita dan cukuplah bagi kita ridho Allah. Hadist Arba’in ke 13, yang diberi judul “kesempurnaan iman adalah mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri” oleh Imam Bukhari berbunyi:
Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik r.a, pembantu Rasulullah saw, dari Rasulullah saw, beliau bersabda : tidak beriman salah seorang di antara kamu, hingga  ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri (hadist riwayat Bukhori dan Muslim).
Kita sesama muslim harus mencintai saudara kita tanpa melihat nasab maupun kedudukan. Cintailah muslim seakan kita satu tubuh, jika salah seorang tersakiti maka yang lain merasakannya. Bantulah semampu kita, ajaklah untuk sama-sama kita menjadi orang yang bertakwa dan bertawakkal pada Allah.
Wallahu a’lam bish shawab,
segala kebenaran datangnya dari Allah, dan kekhilafan datangnya dari diri saya sendiri,
Semoga kita menjadi hamba Allah yang selalu mencintai-Nya, hingga kitapun dicintai Allah dan manusia atas kehendak-Nya,,,
Wabillahi taufiq wal hidayah,
wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakatuh.

Kultum ini diikutkan dalam event “Ini Kultumku (KPS) Kumunitas Pena Santri.”
Saya Dian Zarina Rahmi, kelahiran Sidikalang, 8 Agustus 1990. Saya tinggal sementara di jl. Lingkar Kampus no.10, Limpok, Darussalam, Aceh Besar sebagai mahasiswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar