Rabu, 15 Agustus 2012

HIKMAH BESAR DI BALIK BERPUASA


Oleh: Fitri Arniza*

            Tidak terasa kita telah sampai pada hari-hari terakhir bulan Ramadhan. Sebuah nikmat yang patut kita syukuri, sebab tiada nikmat yang lebih indah selain nikmat bisa merasakan Ramadhan hingga akhir. Namun yang menjadi perenungan untuk kita bersama adalah sudah sejauh apa kita memaknai puasa kita dan sudahkah kita benar-benar termasuk golongan orang-orang yang berpuasa,  karena Rasullah SAW bersabda:

            “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR Thabrani)

            Semoga kita tidak termasuk dalam golongan orang yang dikatakan oleh Rasullah dalam hadits di atas. Aamiin. Betapa banyak keberkahan yang kita dapatkan di bulan mulia ini jika kita benar-benar memaknai ibadah puasa yang kita lakukan, di antaranya:


  1. Meningkatkan Rasa Takut kepada Allah Ta’ala
Firman Allah dalam hadits Qudsi :“Segala amalan anak Adam adalah untuknya kecuali puasa. Sesungguhnya puasa adalah untuk-Ku dan Aku yang langsung membalasnya.”

Hadits di atas mengingatkan kepada kita bahwa tujuan kita berpuasa adalah untuk Allah Ta’ala semata. Sebab puasa memiliki nilai khusus di sisi Allah.

Bisa jadi orang lain tidak mengetahui bahwa kita sedang berpuasa karena memang tidak terlihat jelas secara zhahir, sehingga kecil sekali kemungkinan kita melakukan puasa dengan tujuan riya’. Dan dari sinilah diharapkan lahirnya sebuah keikhlasan.

Selain nilai keikhlasan, puasa juga mendidik kita menjadi seorang yang ihsan yakni orang yang senatiasa merasa dalam pengawasan Allah Ta’ala. Contoh, ketika kita berpuasa tak seorang pun dari kita yang berani berbuka sebelum adzan maghrib berkumandang, meskipun tak seorang pun yang melihat kita makan atau sekedar minum. Inilah ciri seorang mukmin yang berpuasa ikhlas karena Allah semata. Ia senantiasa merasa bahwa Allah selalu melihat gerak-geriknya. “…….dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Melihat apa yang kamu kerjakan.”  (QS. Al-Hadid:4)

Tiada kenikmatan yang paling menentramkan hati selain nikmat takut kepada Allah, karena ia akan menjadi kekuatan bagi kita. Pun hanya rasa takut yang mampu mengantarkan kita pada derajat tinggi. Firman Allah dalam surah Yasin ayat 11.

“Sesungguhnya engkau hanya memberi peringatan kepada orang-orag yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan yang Maha Pengasih, walaupun mereka tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.”

  1. Terhindar dari Perkara yang Buruk
“….. Puasa itu ibarat perisai. Pada hari melaksanakan puasa, janganlah orang yang berpuasa mengucapkan kata-kata yang kotor, tidak sopan, dan tidak enak di dengar , dan jangan ribut hingar-bingar bertengkar. Jika di anatara kalian memakinya atau mengajak berkelahi, hendaknya katakan kepadanya: “Saya sedang berpuasa….” (Hadits Qudsi Riwayat Nasa’I dan ibnu Hibban)

Point penting yang dapat kita ambil dari hadits di atas selain keharusan bersabar adalah kita akan dapat terhindar dari berbagai perkara buruk semisal perkelahian dengan kita mengatakan “Saya sedang berpuasa” dan jika setiap kita benar-benar menjaga nilai-nilai di atas, maka perkelahian atau maksiat lainnya tidak akan muncul.

  1. Menumbuhkan Rasa Syukur dan Kasih Sayang Terhadap Sesama
“Wahai anakku, jika perutmu penuh sesak, pikiranmu akan tidur dan nalar kebijaksanaan akan mandeg dan anggota tubuh akan berat untuk melaksanakan ibadah.” (Luqmanul Hakim)

            Tidak dapat kita bayangkan jika Islam tidak mensyari’atkan puasa kepada kita. Manusia yang rakus akan terus mengisi perutnya tanpa henti, sehingga membuatnya malas beribadah, inilah yang terjadi jika Allah tidak mewajibkan kita untuk berpuasa. Sebaliknya, kondisi lapar yang kita rasakan ketika berpuasa membuat kita terdorong untuk memikirkan saudara-saudara kita yang kurang mampu.

            “Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya segala apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri berupa kebaikan”. [HR al-Bukhâri dan Muslim].

            Dengan adanya kesadaran terhadap sesama, maka rasa syukur pun akan lahir dengan sendirinya. Perlu digaris bawahi sekali lagi, nilai kesyukuran dan kecintaan terhadap sesama  akan muncul ketika berpuasa. Inilah salahsatu hikmah besar yang terkandung dalam berpuasa.

  1. Mengokohkan Ukhuwwah
“(Sambil berkata), ‘sesungguhnya kami memeberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharapkan keridhoan Allah, kami tidak mengharapkan balasan dan terima kasih dari kamu.’” (QS:76:9)

Coba kita perhatikan beberapa saat sebelum berbuka puasa, maka kita akan mendapatkan sebagian besar dari kita, saling memberi makanan untuk berbuka, seolah-olah mereka ingin berlomba-lomba dalam kebaikan. Potret semacam inilah yang banyak dinantikan oleh umat saat ini. Dimana saat sekarang ini sudah sangat jarang kita saksikan para tetangga saling bertukaran makanan, saling bertegur sapa, saling berkumpul bersama di mesjid untuk menunaikan sholat maupun tadarusan. Satu hal yang menjadi harapan kita bersama, jangan sampai hal ini hanya terjadi ketika Ramadhan saja, namun tak ada salahnya jika kita menjadikan Ramadhan sebagai wadah latihan bagi kita untuk terus melakukannya di kemudian hari.

  1. Mendapatkan Dua Kenikmatan
Orang yang berpuasa maka baginya dua kebahagiaan yakni kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kebahagian di dunia yang di dapat di antaranya adalah nikmat iman yang membuatnya lebih khusyuk dalam ibadah dan itulah taufiq yang Allah berikan kepada orang yang  berpuasa, selain itu berpuasa juga menjadi salahsatu sebab terkabulnya doa.

            “Tiga doa yang tidak ditolak oleh Allah Ta’ala, pertama orang yang berpuasa hingga ia berbuka, kedua pemimpin yang adil, kemudian doa orang yang teraniaya. Allah mengangkat doanya ke  awan dan membukakan pintu-pintu langi. Demi kebesaran-Ku engkau pasti Aku tolong meski tidak sekarang.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
            Kebahagiaan di dunia terjadi ketika ‘idul Fitri. Karena pada saat itu ia merasa bahwa telah sempurnalah ibadahnya, dan ia telah berhasil melawati segala ujian yang Allah berikan.

            Sedangkan kebahagian di akhirat ialah ketika ia bertemu dengan Allah Ta’ala, saat itulah ia mengetahui bahwa ibadahnya di terima oleh Allah. Dan ia berbahagia kerana Allah memberikannya pahalanya yang begitu besar.  Karena “satu kebaikan (dibalas) menjadi sepuluh ganda sedang kejahatan dibalas seimbang dengan dosanya atau Kuampuni sama sekali meskipun ia menghadap Aku dengan kesalahan-kesalahan hampir sebesar bumi.” (Hadits Qudsi Riwayat Thabrani)
            Maka sekali lagi bersyukurlah kita atas umur yang masih Allah berikan kepada kita, dengan harapan kita dapat merasakan hikmah-hikmah yang terkandung di dalam bulan Ramadhan. Dan terakhir ‘Taqobbalallahu minna wa minkum wa ja’alna minal ‘aidin wal faizin’ (Semoga Allah menerima (puasa) kita dan menjadikan kita kembali (dalam keadaan suci) dan termasuk orang-orang ang mendapat kemenangan. Aamiin. Allahu A’lam.

* Tholibat Ma’had Abu ‘Ubaidah Bin Al Jarrah Medan. 
finzahikari.blogspot.com  






Tidak ada komentar:

Posting Komentar