Minggu, 27 Februari 2011

KISS 1

KISS (Kisah Indah Santri Salafi 1)*

oleh Binta Al-mamba**

Banyak yang bilang masa SMA adalah masa yang paling manis, kisah-kisah paling indah, hiasan masa remaja yang paling berkesan dan sejarah yang akan di bingkai dalam kenangan.
Namun jauh disini, disalah sudut bumi yang juga merasakan pembagian adil sorot hangat mentari pagi. Sudut yang jarang dilihat orang. Di dalam gerbang yang laksana benteng kokoh, dimana gembok besinya terlihat seperti belenggu kebebasan, dimana banyak orang menganggapnya penjara suci.
‘PESANTREN’.....pun disana menyimpan berjuta kisah yang indah, pun disana juga ada ukiran kenangan manis, unik dan tak terlalu picisan untuk digubah dalam karya pena.
Aku hanya ingin bercerita tentang apa yang pernah kurasa, betapa pernak-pernik perjalanan di arena pesantren terlalu sayang untuk hanya dikenang.
Aku ingin mendokumentasikan, gambaran irama pesantren tak seperti asumsi sebagian besar masyarakat luar. Banyak petikan hikmah dan pelajaran kehidupan yang dapat diambil. Ada banyak sekali.
Akhirnya, ada baiknya kukatakan sebagai awal tutur cerita. Bahwa “menjadi santri itu bukanlah pilihan yang mendatangkan penyesalan .................”. Barokah, tak pernah dapat dihitung dengan teori dan kalkulasi, yang dapat merasakan adalah hati.

Bint@ el-MamBa
LANGITAN






KISS 1 : UNTAIAN NADHOM PUJANGGA SHILIHIN


Dulu.........pernah terbesit rasa ngeri ketakutan yang dirasakan hampir semua anak yang ditawari pilihan untuk menempuh pendidikan salaf.
“Takut mbak, hafalannya itu lho iiihhh syeremm..... “
“Mana setiap hari disuruh menghafal terus.......trussssss. boleh nonton TV duuh ngebayangin aja aku sudah pusing........” beberapa asumsi senada banyak yang terdengar nyaring apa iyaaa......... ?
Awalnya aku juga merasakan ketakutan itu sekarang setelah aku menyelam sendiri, berat hanya dipermulaan, Semua kalah oleh niat, saat keraguan berbaur dengan tekat. Bayangkan saja menapaki anak tangga satu demi satu. Bayangkan saja seperti mengupas kepala menyobek serat demi serat.
Apabila niat sudah terpatri seluruh anggota fisik tinggal mematuhi apa kata hati, Seiring berjalannya asa dengan istiqomah dan tawakkal sebutir pun akan jadi segenggam.
Mayoritas pesantren yang menerapkan konsep salafy biasanya menggunakan sistim hafalan nadhom. Kalam-kalam ilmu yang dirangkai dalam bentuk syair. Agar supaya mudah mendendangkan dalam alunan berirama. Dan menyenangkan menghafalkannya.
Ada nadhom tentang Fiqih, Tajwid,Tauhid, Gramatika arab yang terdiri dari Nahwu, Shorof, Balaghoh, I’lal dan lain sebagainya. Adapun pengarangnya adalah pujangga-pujangga hebat yang sulit dicari bandingannya di zaman sekarang. Mereka adalah alim ulama’yang mencurahkan segenap pikirannya untuk kemaslahatan islam. Untuk menyebarkan ilmu syari’at tanpa memetik keuntungan sepeserpun dari hasil penjualan penggandaan karyanya. Yang mungkin jika diterapkan sistim royalty niscaya anak cucu mereka akan selalu dibanjiri keuntungan. Namun dapt kita saksikan, kitab-kitab karya mereka terus diterbitkan dari zaman ke zaman. Dipelajari, dikaji tak ubahnya lampu yang tak pernah padam.
Semua yang tersebut di atas adalah cerita dari guruku Syaikhina Abdullah Faqih Al-hajj. Cerita yang tidak hanya cerita. Syeh alim ‘allamah yang karya kitab-kitabnya kami kaji setiap hari bukanlah kaya sembarang orang. Tapi karya orang-orang pilihan dengan IQ yang pasti lebih superior dibandingkan enstein sekalipun. Orang-orang pilihan yang tidak mengharap apapun atas jerih payahnya kecuali mengharap ridho Allah SWT.
Kebiasaan di pondok kami adalah mengadakan ‘lalaran nadhoman’ setiap malam selasa ba’da maghrib. Semua santri berkumpul menurut kelasnya masing-masing. Bermacam irama kami coba dengan alat musik seadanya. Dentingan dari sendok, drum dari wadah galon kosong sampai menggebuk bangku pun jadi.
Hmmm.. kalau dibayangkan sih sepertinya norak. Tapi yang kurasakan... apa mungkin dapat kutemukan band seperti ini di tempat lain...? (hehehe...)
Ada rasa bangga, ada rasa puas. Saat seratus nadhom tadi kudendangkan tanpa membuka catatan sedikitpun. Begitu juga pasti yang dirasa semua teman-temanku. Mengingat bagaimana kemarin kami menghafal satu bait demi satu bait.
Aku semakin kagum memandang mereka senior-seniorku, para Ustadz, dan tentu saja Syaikhina pengasuh pondokku. Di dalam kepala mereka pasti sudah tersimpan berjuta beribu-ribu bait lengkap dengan makna dan keterangannya. Mereka sudah menapaki istiqomah muthola’ah dan ikhlas membagi ilmu dalam bilangan tahun yang tidak sedikit.
Dan perlu kukatakan pada semuanya. Manusia-manusia sekaliber mereka hanya dapat ditemui di sini... di penjara suci.

Langitan
Catatan kecil di pagi hari
*Dedikasi buat semua teman ldan alumni langitan (maaf tidak semua di tag)... dan buat yang lain sekedar berbagi pengalaman..
*Buat teman2 santri yang lain bila punya cerita unik tentang pengalaman jadi santri. Yuk share !!!


* Copas dari Fb, sudah mendapat izin dari penulisnya
** Binta Al-mamba, penulis asal jombang, email alhanuf.nadia@yahoo.com


@Admin : sahabat yang ingin menyumbang karya silakan kirim ke komunitaspena.santri@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar