Minggu, 29 Juni 2014

Kultum Ramadhan : Keutamaan Puasa

Kultum Ramadhan : Keutamaan Puasa 

Oleh: Prito Windiarto



Tak syak lagi bulan ramadhan adalah bulan penuh keberkahan. Di bulan suci ini kita diperintahkan untuk melaksanakan ibadah puasa. Ibadah puasa spesial karena ia benar-benar jalur langsung antara seorang hamba dengan RabbNya. Ibadah ini langsung dinilai oleh Allah Sang Maha Kuasa. Rasulullah saw. meriwayatkan firman Allah swt. Dalam hadits Qudsi yang artinya, “Setiap amal manusia adalah untuknya kecuali puasa, sesungguhnya (puasa) itu untuk-Ku, dan Aku yang akan membalasnya.” (HR Ahmad dan Muslim).

Pada kesempatan ini izinkan saya akan memaparkan ulang keutamaan puasa yang dihimpun dari berbagai sumber.

Pertama. Puasa sebagai penghapus dosa-dosa.

Rasululah saw. bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan, karena penuh keimanan dan mengharap ridha Allah maka dosa-dosa yang telah lalu akan diampuni” (HR. Bukhori dan Muslim)

Selain itu, dalam hadits lain disebutkan bahwa, “Shalat wajib lima waktu, (dari) satu jumat ke jumat selanjutnya, (dari) Ramadhan ke Ramadhan, akan dapat menghapuskan dosa-dosa, selama dia tidak  melakukan dosa besar.” (HR. Muslim)

Dua hadits di atas jelas menunjukan bahwa jika kita berpuasa dengan sebenar-benarnya penuh keimanan, ikhlas demiNya dan mengharap ganjaran dariNya, maka dosa-dosa kita akan diampuni.

Kedua. Puasa adalah perisai (penghalang).

Dalam hadits riwayat Imam Ahmad disebutkan, “Puasa itu perisai (penghalang), yang akan menghalangi seorang hamba dari api neraka.” Hadits itu dikuatkan oleh hadits riwayat Imam Nasa’i, “Puasa itu penghalang, selagi ia tidak dirusak.”

Berdasarkan hadits itu kita meyakini bahwa puasa yang kita lakukan, selagi tidak dirusak, akan menjadi penghalang (perisai) dari api neraka kelak. Adapun hal-hal yang merusak puasa diantaranya adalah dusta, mengguncing, menfitnah, dan kemaksiatan lainnya. Karena itu sudah selazimnya  kita menjada puasa kita agar tetap bermakna. Rasulullah mengingatkan, “Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi tidak mendapatkan dari puasanya kecuali hanya rasa lapar. Dan betapa banyak orang yang shalat malam, tapi tidak mendapatkan dari shalatnya kecuali hanya begadang.” (HR Ibnu Majah)

Demikianlah, dua dari banyak keutamaan puasa ini semoga menjadi motivasi bagi kita agar bisa menjalankan puasa sebaik-baiknya,



Keutamaan Puasa (2)



Pada tulisan lalu sudah dijabarkan keutaman puasa yakni sebagai penghapus dosa-dosa dan sebagai penghalang dari api neraka. Berikut adalah keutaman puasa berikutnya.

Ketiga.  Puasa merupakan sebab tercapainya kebahagiaan dunia akhirat.

Rasulullah saw. bersabda.

“Ada dua kegembiraan bagi seorang yang puasa: kegembiraan saat dia berbuka dan kegembiraan saat berjumpa dengan Rabb-Nya di akhirat.” (HR Bukhori dan Muslim).

Begitulah, dengan berpuasa kita memberoleh dua kenikmatan. Kenikmatan pertama di dunia saat berbuka, dan kenikmatan kedua saat di akhirat, ketika bertemu dengan Rabb-Nya. MasyaAllah.

Keempat.  Puasa merupakan jalan menuju Surga

Imam Bukhori dan Imam Muslim meriwayatkan hadits yang cukup panjang berkenanan dengan ini. Rasulullah saw. bersabda.

“Sesungguhnya di surga nanti ada sebuah pintu yang dinamakan Ar-Rayyan, orang-orang yang berpuasa akan masuk Surga melalui pintu tersebut dan tak seorang pun yang akan memasukinya selain mereka. Dikatakan kepada mereka, “Di mana orang-orang yang berpuasa?” maka kemudian mereka berdiri dan dikatakan, “Tak seorang pun memasuki pintu tersebut selain mereka.” Maka, jika mereka telah masuk semua, pintu itu segera ditutup kembali dan tidak diperkenankan memasukinya selain mereka.”

Keempat. Puasa dapat memberi syafaat.

Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra., Rasulullah saw. bersabda. “Puasa dan Al Quran dapat memberikan syafaat bagi hamba pada hari kiamat. Puasa akan berkata, “Ya Rabb, aku telah mencegahnya dari makan dan syahwatnya sepanjang siang hari maka berikanlah syafaatku kepadanya.” Al Quran berkata, “Aku telah mencegahnya dari tidur pada malam hari maka berikanlah syafaatku kepadanya.” Lalu, keduanya pun memberikan syafaat.” (HR. Ahmad, Al Hakim, Ibnu Mubarok)

Kelima. Bau orang yang berpuasa leih harum dari kesturi

Rasulullah saw. bersabda, “Demi jiwa Muhammad di tanganNya, sungguh bau mulut orang yang sedang puasa itu lebih disukai Allah dari pada aroma kesturi.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Subhanallah. Betapa agungnya keutamaan ibadah puasa. Pada akhirnya, semoga kita dapat melaksanakan puasa sebaik-baiknya dan mendapatkan keutamaan yang istemwa tersebut. Aamin Ya Rabb. Wallahu a’lam bishowab.



*Prito Windiarto

Alumnus PPM Darul Huda, Banjar dan PP Arrahmaniyyah, Ciamis.

Pimpinan Umum KPS (Komunitas Pena Santri)

Kisah Berkesan Semasa Sekolah dan Mesantren

Kisah Berkesan Semasa Sekolah dan Mesantren

Nishfi Yanuar
 yang paling berkesan n tak pernah terlupakan adalah pengalaman 'ngantri' selama 'nyantri' di ma'had tercinta di bumi Reyog. apapun aktivitas dan kegiatan selama 24 jam selalu disertai pemandangan antrian. tak berlebihan jika kemudian ada istilah bahwa SANTRI bermakna SABAR ANTRI. bagaimana tidak, dari aktivitas bangun tidur sampai tidur lagi yang namanya antri tak akan pernah terlewati. mulai berjubel ngantri mandi, ambil wudhu, ambil makan, ambil minum, setrika baju, bahkan mau baca koran di papan baca aja harus ngantri juga. dan yang paling menyebalkan adalah saat (maaf) kebelet, toiletnya penuh, hadeeeh... tapi begitulah, ibarat dua sisi mata uang selalu ada dua hal yang beriringan. dalam antrian yang kadang menyebalkan di situlah kebersamaan ukhuwwah juga didapat. selalu ada canda di sela berkumpul menunggu antrian. tak jarang ide-ide ataupu solusi masalah tiba-tiba nyeletuk di depan pintu luar kamar mandi, tempat tongkrongan yang hits baget buat kaum santri sembari menunggu antrian mandi. di samping obrolan ringan kadangkala ada diskusi sesama santri, membahas muthola'ah, penampilan di muhadloroh, ada pula yang saling menyimak muhafadzah nadzam. intinya antri mengajarkan kita untuk juga menghargai waktu. jangan sampai waktu selama menunggu antrian terbuang sia-sia. harus memberikan jejak kebaikan. selain itu pepatah bahwa SANTRI adalah SABAR ANTRI agaknya memang benar adanya, dengan antri kita akan berlatih sabar, menghargai adanya proses, meletakkan hak sesuai tempatnya, tidak saling menyela meskipun kita tak pernah ada nomor antrian. apapun itu, kulantangkan that I LOVE TO BE SANTRI, thanks for my DEHA

Muhammad Amirudin
Ini kisahku: Sejuta harapku, dalam tafsir do’a sunyi tak bertepi; Tuhan… Dekap aku dalam Kasih-Mu…
Aku tak hendak mendustakan semua yang telah Tuhan berikan untukku, terlebih setelah aku dapat mencecap manisnya kebersamaan disebuah penjara suci yang bernama Pesantren.
Aku alpa, aku khilaf, meski aku tak pernah meminta semua itu, tapi inilah takdirku. Jalan yang telah Tuhan gariskan untuk diriku yang sedang menuntut ilmu.
***
Dulu, aku tak pernah menerjang larangan yang telah ditetapkan oleh Pesantren, namun lambat laun, cobaan itu kini datang juga…
Berawal dari yang katanya Solideritas dengan sesama teman senasib sepenanggungan. Aku terjebak dalam jerat yang bermuara penyesalan. Semua itu adalah salahku, kesalahan yang tak seharusnya aku lakukan.
Sejak kelas XII SMA, aku mulai jauh dengan pengurus yang membimbingku. Aku tak lagi mau ketika Beliau memanggilku untuk sekedar makan bersama atau bertanya tentang kegiatan belajarku. Aku terlalu malu jika harus bertemu dengan beliau, karena waktu itu aku berpikir bahwa aku tak lagi seperti yang dulu; selalu aktif mengikuti kegiatan di Pesantren.
Aku mulai suka ke Warnet atau ke RD –Rental Disk- untuk sekedar mengusir suntukku, yang semua itu jelas-jelas adalah larangan Pesantren di mana kami dititipkan.
Namun aku tak hendak menyalahkan teman-temanku yang kerap kali mengajakku, hingga tak jarang aku harus keluar masuk Kantor karena mendapat takziran* dari keamanan pondok.
***
Malam itu, Kembali nasib malang menimpaku, aku dan teman-teman satu genk tidak mengikuti kegiatan pengajian sorogan* dan bandungan*, kami tertangkap basah oleh keamanan Pesantren ketika sedang asyik melihat Film Action di Rental Disk yang berada tak jauh dari area Pesantren.
Betapa terkejutnya, ketika tiba-tiba Para pengurus itu masuk tanpa permisi, karena sebelumnya, meski kami sudah sering mendapat takziran dari pengurus, tapi itu semata-mata karena ada yang mengadukan Aksi kami. Dan kini, kami harus diarak langsung hingga ke kantor sekretariat.
Betapa malunya aku pada waktu itu, tepat pukul 00.00 WIB, kami semua harus berkumpul di Kantor pondok untuk diintrogasi satu persatu. Pengurus yang membimbing dan mengarahkan aku selama ini, ternyata duduk tepat didepan kami bersama pengurus-pengurus yang lain. Sorot mata tajamnya membuat aku seperti ditelanjangi, aku hanya bisa tertunduk, malu.
Malam itu, tercatat ada 26 Santri yang melakukan pelanggaran, dari pelanggaran main PS, Ke Warnet, dan seperti kami; Nonton Film di RD.
Berbagai pikiran merasuk kedalam benakku, aku tak pernah tahu, kapan tepatnya aku mulai berubah menjadi pembangkak, -selalu menerjang peraturan pesantren yang sudah ditetapkan-, sering bolos ngaji, dan kesalahan-kesalahan lain yang membuat aku semakin tak dipandang oleh pengurus, karena kata mereka kini aku telah B-e-r-u-b-a-h.
Setelah cukup lama mendapatkan nasihat dari para pengurus, akhirnya kami diijinkan untuk kembali ke kamar masing-masing. Tapi dengan catatan : bahwa besok pagi, tepat Pukul 07.00 WIB, kami harus sudah berkumpul lagi di Kantor Sekretariat untuk sowan menghadap Pengasuh, guna memohon maaf, dan meminta hukuman yang tepat untuk orang-orang seperti kami.
***
Adapun nanti, seberat apapun hukuman yang diberikan oleh Romo Kyai, aku akan menanggungnya dengan senang hati. Bukan aku bangga menjadi Santri teladan yang sering mendapatkan hukuman, tapi karena aku tahu, itu adalah kesalahanku yang harus dipertanggung jawabkan. Dan titik akhir dari kesalahan ini, adalah membersihan semua kamar mandi di Pondok Putra.
Yeah, setelah sowan kepada Romo Kyai, kami semua harus menerima resiko itu. Dan itu, adalah kado terindah dihari Ulang Tahunku yang ke 18. Miris sekali…
Setelah itu, aku mulai bertekad untuk memperbaiki diri. meski aku tahu, untuk mengembalikan citraku dimata semua dan kepercayaan pengurus-pengurus terhadapku itu sangat sulit, tapi aku terus berusaha. Tajdidun niyyah, Muhasabah binnafsi ; Intropeksi diri dan memperbaharui niatku ke pesantren.
Seperti halnya merubah suatu perkara yang baik menjadi yang buruk itu sangat mudah, tapi untuk merubah perkara yang buruk menjadi yang baik itu sangatlah sulit.
Mungkin aku memang bukan orang baik, tapi aku akan terus berusaha untuk menjadi orang yang baik-baik.
Pengalaman itu, mengajarkan aku arti kedewasaan dan tanggung jawab. Untuk tidak terulang kembali…
Tuhan, Engkau telah mengajarkan bagaimana caranya untuk bersyukur. Dan aku, tak akan pernah lelah untuk menguntai do’a, semoga Engkau tetap menuntutku di jalan yang Kau ridhoi…

Catatan ;
*Takzir ; Hukuman
*Pengajian Sorogan ; Membaca Kitab Kuning dengan disimak oleh Sang Guru
*Pengajian Bandungan ; Memaknai kitab yang dibacakan oleh Sang Guru



Aliem AL-Junayda
Kesan yang tak terlupakan tgl 12-14 Juli 2013 adl Ketika aku ditunjuk guru PAI untuk ikut LDK ROHIS SMA tingkat Nasional di Wisma Asrama Haji,Bekasi bersama 3 rekanku yg berbeda sekolah untuk mewakili Rohis dr Kabupatenku... di sana diberi materi bgaimana menjadi Khalifah/Pemimpin yg bijaksana, Alhamdulillah bgitu beruntungnya aku bertemu 0rang* hebat seperti Bpk Hasibullah Satrawi yg menerangkan bahwa 0rganisasi Rohis itu anti Radikalisme.Dan aku juga beruntung sekali dgn teman*ku yg super hebat,mereka saling berbagi pengalaman bgaimana menjadi s0s0k yg mandiri,mengajarkan Cara berwirausaha menghasilkan uang hasil keringat sendiri dan tdk terus menerus mengandalkan 0rang tua... disana kita di jadwal layaknya di P0npes,di Asrama pas hari puasa ,kita bersama baca ALQUR'AN,Sholat dan Sahur...".Dan yg kesan yg paling menyenangkan adl walaupun berbeda logat bahasa,suku atau pun ras kita saling menyatu karena kita semua adl SAUDARA... Dan silaturahmi kita tdk ptus walaupun kita tdk ktemu,kita masih calling*an .Hidayah yg dpt aku ambil adl Belajar menjadi Pemimpin yg amanah dan belajar kemandirian...menurutku dewasa tdk diukur dr faktor umur, tp dari bagaimana cara ia berfikir dan harus dilandasi dgn perbuatan".



Abu Usamah
Pengalaman yang tak terlupakan adalah ketika saya masih SD ada seleksi untuk mengikuti lomba tilawah tingkat SD. Ada 3 anak yang diseleksi oleh guru PAI, dan saya diminta untuk mengikuti seleksi tersebut. Seleksinya adalah setiap peserta diminta untuk membaca satu halaman Al-Qur'an, yang suratnya ditunjuk acak oleh guru PAI. Bagi yang salahnya paling sedikit maka dia yang akan mewakili sekolah. Padahal saya sama sekali tidak berniat untuk mengikuti seleksi ini, dan bahkan ketika giliran saya untuk membaca, saya sengaja untuk membuat kesalahan. Tapi ternyata justru dari ketiga peserta tersebut, saya satu-satunya peserta yang tidak ada kesalahannya ketika membaca. Hikmahnya adalah praktice makes perfect. Mungkin karena saat itu saya setiap sore ikut TPA, jadi hampir setiap hari saya membaca Qur'an. Yah meskipun nggak lancar, tapi ternyata ada hasilnya ketika ada ujian mendadak.

Anggi Putri W
Kisah masa putih abu-abu yang tak pernah lepas dari ingatanku. Sebuah pengabdian dan wujud kecintaan pada tanah air melalui kegiatan ekstrakurikuler Paskibra. Jujur saja, aku daftar di ekskul tersebut hanya kebetulan. Awalnya aku mendaftar tari, pramuka, dan PMR. Karena antara dua kegiatan tersebut harinya bersamaan, akhirnya aku pilih paskibra sebagai solusinya. Bukan solusi yang tepat, pikirku awal.
Banyaknya desas-desus bahwa ekskul Paskibra sangat keras, disiplin, dan terikat dengan peraturan yang membelit membuat diriku sedikit pesimis. Sekolahku satu-satunya sekolah yang tidak memakai pelatih dalam mengajar Paskibra di kotaku. Senior yang mengajar juniornya. Namun yang membuat aku bangga, sekolahku sering membawa piala kemenangan tiap kali perlombaan.

***
Hari lelahku dimulai pada saat matahari tepat di atas puncak kepala. Dahaga yang menggerogoti tubuh sengaja kutahan. Latihan, latihan, dan latihan. Itulah awal rasa menyesalku terjurumus dalam ekskul itu. Jika akan perlombaan, kami ditempa selama dua hingga tiga bulan. Latihan dimulai sepulang sekolah yaitu siang hari dan diakhiri hampir maghrib, begitu seterusnya. Pada saat titik kelelahanku, salah seorang temanku melakukan kesalahan gerakan. Untuk menjaga rasa korsa(kekompakan) kami menanggung hukuman bersama. Seperti biasa, push-up pun dilakoni bersama. Namun tak seperti push up pada umumnya. Ketika mengangkat badan, dengan posisi itu harus ditahan hingga ... entah, tak kutahu lamanya. Peluh bercucuran hingga senja pulang ke peraduannya, belum lagi kesalahan kesalahan yang mengekor berikutnya. Semua hukuman dikalikan dan ... tak kusangka! Hingga menembus angka 1546. Bukan angka yang sedikit.

"Jika kalian membawa piala juara 1, hutang dianggap lunas," ucap salah seorang seniorku. Dalam batinku berkata, "Penebusan yang luar biasa."

Kami pun satu pleton membulatkan tekad, lebih kompak dan merasakan susah senang bersama. Hingga hari H tiba, kami membawa piala juara 1, piala bergilir, dan piala the best formasi. Air mata mulai meluber seiring kegembiraan yang tercipta.
***
Kini aku menyadari, pembelajaran seniorku dulu sungguh luar biasa. Dengan kemasan tegas mereka bisa mendidik kami menjadi manusia luar biasa, bermental baja, tak takut dengan tantangan, dan tentunya menjadi sang juara. Hutang pun dianggap lunas! Senangnya
Tegas bukan keras
Itulah hikmah dan aku jadikan pengamalan kepada murid-murid atau pun adik-adik yang aku latih.

Munika Duri
 Aku telat untuk bisa mengaji dengan makhroj yang benar. Pada saat aku beranjak kelas 3 dan setelah UN aku menjadi penganggur, akhirnya ibu menyuruhku untuk mengaji ke ustadzah. Awalnya aku sangat senang karena aku belum pernah mengaji dipondok atau ke ustadzah , akhirnya awal berangkat aku mengajak kakakku untuk menemani hari pertamaku. Setelah sh0lat magrib aku berangkat tapi aku bingung kenapa kok sepi cuma hanya terdengar seperti ada yang membaca istigosah aku dan kakakku gak berani untuk mengganggu kami menunggu hampir lama tiba-tiba ada anak pondok laki-laki dan bertanya ada apa mbak aku menjawab jika aku inging belajar mengaji akhirnya kami beranikan untuk bersalam dan udah 5x aku mengucap salam tapi tak ada yang menggubris akhirnya istigosah sudah berhenti dan kami mengucap salam sekali lagi lalu dibuka pintunya dan aku langsung masuk untuk menunggu giliranku mengaji. Ustadzah menyuruh untuk membaca al fatihah setelah selesai tiba-tiba ustadzah menangis. Aku berpikir apa salahku banyak aku jadi bingung aku malu diumurku 18tahun aku tidak bisa mengaji akhirnya adzan isya' terdengar lalu kami berpamit untuk pulang. Aku memutuskan untuk sholat magrib dipondok agar aku juga bisa mengikuti kegiatan dipondok. Hari kedua aku mengaji masih belajar taawudz dan ternyata susah banget. Lidahku terlalu kaku untuk menghasilkan huruf tho'. Alhasil 2 hari baru aku bisa mengucapkan lafadz taawudz dan beranjak ke basmallah. Semakin hari mengajiku alhamdulillah semakin baik, semoga Allah mempermudah aku untuk membaca Al quran dengan lancar yang terpenting adalah niat dan hati kita.

Akhmad Fatoni Cerita ini terjadi saat aku kelas xi. Begini, kala itu pelajaran Fisika. Pelajaran yang menurutku itu cukup membuatku gerah. Sebab aku lebih suka pelajaran bahasa dan ilmu sosial.
Pelajaran Fisika, setelah istirahat. Kala itu, teman-teman kalau bolos kadang ke kantin. Kadang loncat pagar. Namun, aku dan beberapa temanku selalu punya cara yang santun untuk bolos. Yah, cara santun. Pilihan kami, OSIS. Setiap kita bolos selalu terstruktur. Kalau bosan di kantin, ya keluar sekolah. Tapi, kami tidak loncat pagar. Melainkan lewat pintu depan dan harus melalui pak satpam. Namun, bagi kami saptam bukan masalah.

Lah, waktu pelajaran Fisika datang, aku dan 3 temanku memilih bolos keluar. Kita beli es. Karena masih malas. Sampai jam pelajaran Fisika habis, kami ndak balik. Kita tidur di pondoknya Roji. Setelah bel pulang berbunyi. Kita balik ke sekolah. Lah, kejadian naas itu terjadi. Guru Fisika mencari kami. Beliau tanya guru piket, apakah kita mengantongi ijin. Dus. Kasus tertangkap. Kita tak berijin. Dan keesokan harinya, kita dipanggil. Namun, kita sudah punya senjata. Kita mengaku salah karena tidak ijin. Tapi kita bilang, mengurus persiapan buat perpisahan kelas xii. Dan aman. Kita ditegur, tapi lolos hukuman.

Achmad Yusuf Sinatriya
Kisahku di SMA awal aku sekolah
Dulu pernah suatu ketika setiap kali guru menerangkan suatu pelajaran, sama sekali tak ku hiraukan apa yang mereka terangkan. sebab, sebelum mereka menerangkan, 75% apa yang guru saya katakan, saya sudah memahaminya. jadi, tidak ada keinginan saya membahas / mempelajari suatu Ilmu dimana sudah saya pahami ketika itu. itu di masa lalu.
Setiap kali jam Istirahat berbunyi, satu tempat utama yang ku tuju adalah Masjid, karena kebetulah sekolah saya bersebelahan dengan sebuah masjid, salah satunya terbesar di surabaya. yaitu masjid kemayorang, yang terletak tepat di depan gedung DPRD Surabaya.
Saya berbeda di masa itu dari anak-anak ataupun kawan-kawan sebaya saya. normalnya setiap murid yang ketika bel sekolah berbunyi untuk istirahat, tempat terpenting yang mereka tuju adalah Kantin atau mungkin perpustakaan sekolah. tapi kalau saya, tidak. masjid tujuan utama saya ketika bel istirahat berbunyi.
Saking sukanya saya duduk beribadah di masjid, pernah selama 7 hari, setiap kali bel istirahat berakhir, sama sekali saya tak bergerak atau bergegas melangkahkan kaki untuk memasuki ruang kelas sekolah. entah karena apa, mungkin karena terlanjur nikmat kali ya dengan dzikir di dalam masjidnya, sekalipun panasnya bukan main udara ketika itu.
Dalam 7 hari itu sebelum menginjak hari ketujuh, sesekali pernah saya langkahkan kaki saya ke kelas, dan kebetulan jam mata pelajaran kimia sudah di mulai. guru pengajar mata kuliah berdiri di depan pintu bagian dalam kelas dengan wajah yang nampak begitu garang, walau perawakan tubuhnya pendek. Hehehe
Dia berkata, "darimana saja kamu kok baru masuk kelas?? setiap kali masuk jam pelajaran saya, kamu selalu saja tak pernah hadir / tak ada di kelas. lebih baik kamu keluar dan tak usah mengikuti mata pelajaran saya."
Dengan wajah mengiba saya menjawab dan mengatakan sejujurnya darimana saya, "bu, maaf jika saya tak pernah masuk jam mata pelajaran ibu, sebab saya selalu berada di dalam masjid setiap kali bel istirahat sekolah berbunyi untuk masuk."
Karena alasan yang logis dan wajah ibaku, akhirnya sang ibu guru mengerti dan memahami kondisi tentang mengapa saya tak pernah memasuki mata pelajaran seusai istirahat. beliau pun berkata, "yasudah kamu masuk sana, dan lain kali jangan di ulangi lagi seperti itu."
Aku menjawab "iya bu, Insya Allah tidak saya ulangi lagi."
Setelah itu, hari berlanjud hingga suatu ketika ada segerumbulan preman sekolah mengancam dan memalaki saya. pernah sempat terkena pukulan, tapi bagi saya pukulannya tak berasa, sebab saya sendiri anak silat yang sudah terbiasa terpukul dan terbanting dalam latihan.
Agak ketakutan juga sih dengan ancaman sepulang sekolahnya, akhirnya saya memutuskan untuk singgah di masjid selama pelajaran pasca istirahat berlangsung. ketika dzikir di dalam masjid, Alhamdulillah ada keajaiban muncul menghampiri saya. keajaiban itu berupa guru yang menghampiri saya. menegur saya untuk masuk kelas.
Karena sedikit bisa ackting, akhirnya guraian air mata ku tumpahkan dan ku katakan bahwa sedang ada masalah dengan keluarga, tapi itu bohong. mau tak mau saya di bawa ke BP atau kantor pembinaan siswa ketika itu. akhirnya saya cerita yang sejujurnya tentang masalah yang saya hadapi itu, tentang pengancaman preman gadungan sepulang sekolah.
Kak lama duduk di BP, akhirnya anak yang bersangkutan tiba di kantor BP dan di adili, layaknya di persidangan meja hijau. Hehehe
Setelah banyak berbincang tentang kesalahan preman tersebut, akhirnya preman tersebut meminta maaf padaku dan berjanji untuk tidak mengulangi hal yang sama lagi.
Kejadian ini, tepat di hari ketujuh selama masuk sekolah. dan bagiku, angka tujuh itu salah satu angka ajaib yang tak harus di yakini sih keajaibannya. Hehehe

Setelah itu, menjelang kenaikan kelas, preman itu mendapat pelajaran yang lebih berat lagi, yaitu tidak naik kelas. dan yang lebih membuatku bersyukur adalah ketika dia menyatakan ingin pindah sekolah dan tak bersekolah di sekolah tempat saya menimba ilmu itu.

Bagiku, itu adalah suatu keajaiban juga, karena di jauhkannya saya dari orang2 yang dzalim dalam hidup saya ketika itu.
The End

Selasa, 03 Juni 2014

Pengalaman Berkesan Semasa Mesantren dan Sekolah

Pengalaman Berkesan Semasa Mesantren dan Sekolah

Faiz Al-afify
 paling berkesan itu ketika saya mesantren di banten, saya pindah dari pesantren yg santri nya 3 orang termasuk saya ke pesantren yg santrinya rtusan... kerasa banget waktu saya baru masuk sekitar 3 bulan langsung di jadiin pengurus bahasa, ternyata ga selamanya guru dan lingkungan yang bagus dan kondusif membuat kita bener2 hebat, tapi yg paling berpengaruh itu seberapa hebat kita memanfaatkan keadaan untuk perkembangan kita. Pesan buat yg masih nyantri : jangan pernah mondok setengah setengah, karna ga akan menghasilkan apapun



Dani Yo Danis
 masa sekolah yang paling berkesan adalah saat ada pengumuman bahwa saya lulus UN SMA. tiada yang lebih keren daripada itu.



Entoni Putra
Ketika jadi peserta lomba pidato di Rohis tingkat sekolah. Bahwa berbicara di depan umum tidak semudah yang dibayangkan. Hanya bisa membuka dan menutup tanpa banyak isi pidato yang kusampaikan. Bahkan juri yang kulihat sesekali terlihat jengkel, karena aku banyak diam dalam penyampain isi pidato. Mungkin peserta terburuk yang pernah ada.
Aku memaknainya bahwa aku lebih baik dari siswa yang bukan peserta. Walau aku bukan lebih baik dari pemenangnya.



Yuliza Sachira
 Pengalaman berkesan sewaktu nyantri di ponpes aziddin medan yang masih membekas itu waktu dikeluarkan dari kelas bahasa arab gara-gara gak bawa kitab. Sebelum-sebelumnya ustadz dan kami para santriyah memang sudah sepakat bahwa selama proses belajar dan mengajar harus benar-benar serius dan konsentrasi termasuk membawa kitab dan mengerjakan tugas yang diberikan. Cuma waktu itu entah kenapa bisa salah bawa kitab, apes banget dah... Di awal-awal pelajaran, karena saya duduk di belakang, ustadz masih belum tau kalau saya gak bawa kitab. Ketahuannya ketika saya diminta menyambung bacaan teman
Ustadz gak marah, cuma dia meminta saya untuk berani bertanggung jawab dan komit sama keputusan bersama yang udah disepakati. Dengan lunglai saya keluar dari kelas. Semua mata memandang gak percaya. Rasanya malu banget

Saya menyesal harus keluar kelas dan ketinggalan materi pelajaran. Tapi dari kejadian itu, saya jadi lebih disiplin mempersiapkan buku dan kitab yang akan dipelajari esok harinya, dan tidak mau menunda-nunda mengerjakan tugas


Rahma As Syahidah
 Terlalu banyak kenangan semasa sekolah.Namun yang paling berkesan adalah hari itu.Hari di mana guru SD kelas 1 menjewer telinga seorang murid atas ketidakberaniannya menjawab pertanyaan.
Jeweran itulah yang membuat murid tersebut tumbuh menjadi seseorang yang berani,selama apa yang ia katakan adalah sebuah kebenaran.Dan murid tersebut adalah "aku".


Mariiah Ulfaa
Terlepas dari berbagai kegiatan di pesantren yang tentunya sangat baik, serta bisa mengenal dan tinggal bersama orang-orang di luar keluarga tapi bisa melebihi keluarga. Ehm, pengalaman paling berkesan bagi saya adalah ketika menjalani hukuman.

1. Waktu itu saya hendak berwudhu, dan sandal jepit saya ada yang menyamai. Saya sudah memberinya tanda dengan mencuil bagian depannya sedikit. Tetapi, sungguh, orang bangun tidur nyawanya belum utuh. Saya salah memakai sandal, dan itu ketahuan oleh teman saya yang sandalnya itu saya pakai.

Alhasil, saya harus menjalani hukuman ghosop, karena meminjam tidak bilang-bilang (padahal saya tidak tahu). Tidak tahu, tidak berlaku di sana agar terlatih untuk lebih hati-hati. Ya, tentu saja tidak tahu itu dimaklumi bagi santri baru yang belum tahu ada aturan itu.
Sayapun menjalani hukumannya, dan sumpah itu memalukan sekali. Saya harus mengelilingi langgar khusus santri putri yang besar itu sampai 5x putaran. Walaupun, gedung santri putra berbeda. Tapi, langgar itu khusus putri itu terlihat jelas. Dan biasanya, santri putra menertawakan setiap kali santri putri menjalani hukuman ghosop yang mewajibkan mengalungkan sesuatu di leher, yaitu kertas kardus bertulisakan; saya ceroboh, dan sandal jepit yang sudah tertali jadi satu.

2. Gedung pondok terbuka, sehingga mewajibkan selalu berjilbab setiap keluar kamar. Menyebulkan kepala keluar walaupun badan masih di dalam pun bakal kena hukum. Hari itu, saya selesai sarapan, dan seenaknya saya keluar lupa memakai jilbab untuk membasuh tangan di kran air di depan. Eh, teman-teman berteriak-teriak. Saya bingung. Setelah saya sadar kalau gak pakai jilbab, hal pertama yang saya lakukan adalah menoleh ke gedung santri putra yang memang cukup jauh tapi lumayan kelihatan. Ah, beberapa santri di sana melihat saya. Dan saya pun berlari masuk ke dalam kamar.

Alhasil, saya harus mengepel seluruh lantai di pondok karena terlupa memakai jilbab.

Hikmahnya: melatih kebiasaan, dan selalu berhati-hati.




Risna Nilam Lutfia
 Hari ini libur, ma’had seolah tanpa penghuni..ya, minggu pagi di ma’had yang tinggal menyisakan santri kelas IX dan XII..tepat pukul 06.00 aku dan 5 org santri lainnya memutuskan untuk lari pagi..setelah itu kami tidak langsung kembali ke ma’had, kami lebih memilih untuk mengunjungi rumah kerabat dari salah satu santri di antara kami. Di sana, tidak ada hal istimewa yang kami lakukan selain sekedar bersenda gurah dan tertawa bersama, namun detik demi detik yang kami lalui bersama bagai nikmat yang tak mungkin dapat kami lewatkan. Tak terasa, hari itu berlalu begitu cepat, jam dinding di kamar itu menunukan pukul 15.25. Biasa saja memang dengan apa yang kami lakukan hari itu, tak ada yang salah keliatannya kecuali kepergian kami hari itu yang tanpa izin. Kemungkinan terburuk yang kami takutkan terjadi, salah satu ustadz (panggil saja ustadz x) memergoki kami berada di luar asrama sedangkan tidak ada izin keluar bagi kami hari itu, yang menjadikannya lebih parah adalah di saat bersamaan degan itu secara ajaib satri putra muncul dan tepat di belakang kami. Kami galau saat itu, kembali ke ma’had melalui jalan mana? Alas an apa yang akan kami siapkan untuk beralibi atas kenakalan yang kami lakukan? Semua tanya tentang apa yang akan terjadi kepada kami selanjutnya berputar-putar di pikiran kami. Sebelum sampai ma’had terlihat dari kejauha ustadzah x yang saat itu berkedudukan sebagai kepala sekolah SMP kami telah menunggu di tempat kami masuk dan keluar ma’had tanpa izin, alhasil terjadi petak umpet disusul dengan kejar-kejaran antara kami dan beliau sampai pada akhirnya kami menyerah, (tidak fair memang, kami yang tanpa alas kaki di kejar menggunakan kendaraan bermotor). Sesaat setelah itu kami disidang oleh beliau serta suaminya yang saat itu merupakan wali kelas kami, kartu Ujian Nasional kami hamper disobek saat itu, nasihat dan omelan-omelan yang menyiratkan kasih sayang mereka menjasi santapan kami. Tapi tidak cukup sampai disini persidangan yang harus kami hadapi, kami harus menghadap ustadz x yang memergoki kami tadi, beliau menasihati tak baik hukumnya santri putri dan santri putra melakukan hal seperti itu, sebenarnya masalah yang tidak kami mengerti. Santapan terlezat yang harus kami nikmati adalah nasihat dan omelan dari ustadzah-ustadzah riayah kala itu, kami berenam dimarahi habis-habisan di sini, membahas masalah yang sama degan apa yang ustadz x bicaraka sebelumnya, kini kami mengerti mengapa mereka semarah ini, mereka menyangka bahwa kami keluar tanpa izin anya untuk menemui santri putra yang saat itu dilihat ustadz x, tapi apa daya, kami tidak diberi kesempatan untuk menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya, final dari semua ini adalah kami medapatkan hukuman mebersihkan lingkungan ma’had dan memakai kerudung pelanggaran selama satu minggu penuh, 6 orang santri yang saat masuk ruang riayah menggunakan kerudung berwarna putih dan keluar menggunakan kerudung berwarna orange bertuliskan “kami pelanggar disiplin”
Hikmah yang bisa diambil dari cerita kenakalan kami ini adalah alangkah baiknya jika sebelum menghakimi dan memberi hukuman para tenaga pendidik memberi kesempatan santri untuk menjelaskan, dan untuk para sanatri peraturan ada bukan untuk dilanggar tapi dipatuhi serta dilaksanakan


Alfa Anisa
 Sesuatu hal yang paling terkesan saat di asrama adalah Bisa ghasab apapun dari teman. Ghasab sandal jepit slalu berulang tiap kali mau keluar ke masjid ataupun keluar asrama, sandal slalu hilang, lenyap, dan akhirnya semua sandal tak ada yg berada di depan asrama, karena di simpan pemiliknya masing2. Hikmahnya, Membiasakan tidak menerapkan budaya ghasab apapun itu dikalangan santri, atau anak pondokan.


Afiyah Asya Luvias
hal yang paling mengesankan bagiku selama hampir 8 tahun tinggal di pesantren adalah indahnya sebuah kebersamaan, karena hidup bersama teman-teman dengan berbagai macam karakter membuat hari-hari yang kujalani terasa selalu berwarna, tidak pernah kesepian,karena kami trbiasa mengerjakan sesutau dengan bersama-sama, terbiasa makan bersama, tidur bersama, dan belajar bersama-sama, dan yang membuatku merasa bahwa dunia pesantren memiliki banyak keunikan adalah aku bisa bertemu dengan orang-orang dari berbagai macam suku bangsa, sehingga dari situlah aku dapat merasakan bahwa pesantren itu adalah sebuah lembaga yang sangat unik, menampung berbagai macam orang dari suku, ras, dan status sosial yang berbeda, sehingga kita benar-benar harus menghargai sebuah perbedaan dan menjadikannya satu,tidak membeda-bedakan siapa si kaya dan si miskin, ataupun siapa si hitam atau si putih, semuanya sama.

Hal yang mengesankan lainnya adalah ketika aku tertantang untuk mengikuti kompetisi yang diadakan di pesantren yang pada saat itu aku merasa tidak mampu mengikutinya, karena belum pernah sama sekali melakukannya, yang diantaranya adalah ketika aku mencoba mengikuti perlombaan pidato 3 bahasa,dan aku mencoba untuk ikut berpartisipasi dalam lomba pidato bahasa Inggris dan tidak kusangka aku mendapatkan juara 1, kemudian ketika mengikuti perkemahan romadhon aku mengikuti perlombaan Cerdas trampil bersama 2 orang temanku, kembali mendapatkan juara 3, ketika mengikuti lomba drama kontes yang juga diadakan di pesantrenku, tidak disangka drama yang aku perankan mendapat juara 1dan aku mendapat predikat ''The best actress'', dan perlombaan terakhiryaitu MHQ mendapatkan juara 3, semua itu telah mengajarkanku bahwa tidak seharusnya seseorang itu merasa tidak mampu melakukan sesuatu dan memilih menyerah sebelum mencoba, padahal sejatinya semuanya bisa kita lakukan asal ada kemampuan, usaha, dan juga do'a.



Elly Layli
 Waktu kelas 5 SD pas pelajaran matikmatika. Dikasih tugas sama pak guru yg rumit. Waktu dikumpulin cm aku yg benar. Pak guru nggak memberi tahu bagaimana cara menjawab yg benar. Beliau menyuruh teman2 menanyakannya padaku. Mereka mengerubungiku. Ah, bangganya waktu itu. T'rus kata pak guru lukisan abstrakku, menunjukan kl aku adl anak yg selalu ingin tahu. Kelas 6 ikut Cerdas Cermat. Tapi, kalah  Waktu SMA terlambat masuk kelas, akhirnya disuruh pulang. Pengen nangis  Besoknya datang paling pertama di kelas. Semenjak itu nggak berani telat lagi

Hikmahnya, aku jd sk matikmatika dan mendapat kerja dibagian keuangankeuangan (nggak nyambung ya? Heheh. Kan sm ngitung angka sm ngitung uang シ) Tentang lukisan aku jd sk banget baca krn dengan membaca kita jd tahu. Cerdas cermat, hikmahnya jd berani untk berkompetisi. Telat? Sebenarnya nggak ada hikmahnya cm kasih tahu aja, heheh. Eh, ada jg hikmahnya, jd datang pagi2. Udah ah kepanjangan




Muyassaroh
 Masuk pesantren itu belajar tentang kehidupan yang sesungguhnya. Bila ingin hidup enak ya harus dimulai dari kerja keras atau nggak enak dulu. Dan saya ingat, kalimat yang diucapkan oleh Bu Nyai saat itu, santri yang ikhlas akan ketahuan saat pulang nanti. Kalau nggak jadi Kyai ya jadi orang kaya. Subhanallah, saya merasakan betul kalimat itu bukan sekedar ucapan. Saat di Pesantren, jangankan makan enak, punya piring saja Alhamdulillah. Entah ke mana piring-piring hilang tanpa jejak. Hihihi. Alhasil, makan dengan alas kresek adalah hal biasa. Makan bersama-sama dengan lauk seadanya. Minum air sumur yang kadang ada lumutnya. Kalau yang ber-uang ya bergaya. Makannya enak. Jajannya banyak. Pakaiannya bagus. Kalau sy pribadi sederhana saja. Bahkan kalau ingat penuh perjuangan. Orang tua membawa uang bulanan lalu mengatakan bahwa uang itu dapat dari berhutang. Beliau menyuruh segera membayarkan kewajiban takut habis untuk jajan. Sy sendiri, mendengarnya jadi hilang nafsu makan. Uang jajan sy tabung untuk membayar LKS di SMA. Bersyukur, nilai sy gemilang saat diniyah. Sempat menjadi santri teladan di tahun pertama. Rasanya itu lebih dari cukup sebagai bukti bahwa sy tidak main-main di pesantren. Alhamdulillah, setelah keluar dari pesantren kehidupan sy jauh lebih baik. Lebih tercukupi. Jadi, tirakat sy di pesantren nggak sia-sia. Insya Allah ikhlas. Allah maha tahu apa yang ada dalam hati kita. Bukan hal mustahil membalikkan yang di bawah ke atas atau sebaliknya. Kadang kasihan melihat teman-teman yang dulu di pesantren hidupnya enak banget, sekarang harus tertatih-tatih. Namanya hidup pasti ada ujiannya. Dan insya Allah semua ujian itu ada hikmahnya.



Sasyuko Van Danke
Pengalaman mengesankan yang takkan terlupakan ini terjadi dua bulan lalu. Tatkala aku ditunjuk seorang guru di sekolahku untuk seleksi lomba baca puisi. Aku pun meng-iya-kan penghormatan itu. Aku bersama 3 rekanku yang lain berkumpul di lab. kimia. Kami mengikuti seleksi tahap awal, dimana hanya akan dipilih 2 anak. Aku dan adik kelasku lah yang terpilih. Setiap pulang sekolah, ku luangkan waktu untuk latihan, namun aku merasakan seperti ada yang di anak emas-kan oleh beliau. H-1 kami menunggu penentuan yang akan mewakili sekolah, namun hingga hari H, tepatnya tanggal 13 maret belum juga ada keputusan. Pukul 06.30 kami berangkat. Sampai di aula perlombaan, aku dan adik kelasku itu duduk menunggu guruku yang sedang melakukan pendaftaran ulang. Akhirnya beliau menghampiri kami dan hanya berkata padaku "Ibu dan syukron lihat aja ya. Gapapa kan?" Aku hanya menganggukan kepala, mengumpat rasa kekecewaan dalam dada. Hikmah yang kudapat, aku lebih giat berkarya dan gencar ikut lomba tanpa menggantungkan sekolah.



Aris Rahman Yusuf
Kimia oh kimia. SMA aku sangat error di pelajaran IPA terutama kimia, padahal saat SMP nilai IPAku lumayanlah minimal selalu 7. Tapi semenjak SMA nilai IPAku selalu error kecuali Biologi. Pernah suatu ketika, saat aku kelas 2 SMA pernah dihukum guru. Aku dihukum menulis ulang soal dan jawaban sebanyak 7x, termasuk cara mengerjakan. Jenis soal pilihan ganda dan esay. Aku dihukum karena saat itu malas ngerjain PR, mungkin cuma kukerjakan 30% karena banyak yang nggak bisa. Saat itu aku jengkel, harus lembur mengerjakannya karena DL cuma sehari. Anehnya, kelas 3 aku masuk di IPA. Awalnya aku merasa paling bodoh di sini, tapi lama-lama aku suka. Apalagi saat terima rapor selalu 4 besar dengan nilai minimal 7. Hikmah yang dapat diambil: 1) Jangan benci ilmu/pelajaran. 2) Hukuman terkadang adalah salah satu cara meningkatkan kualitas jika diberikan dengan cara yang benar dan diterima dengan ikhlas jika memang kita salah. 3) Terkadang apa yang menurut kita buruk, sebenarnya adalah suatu jalan kebaikan.





Amy Dwiyan
 Pengalaman yang berharga hingga merubah hidupku sampai sekarang,terjadi awal kelas dua SMA.awal duduk di bangku kelas dua keinginanku untuk berjilbab semakin besar tetapi orang tua tetap melarang karena di tempat tinggalku jarang yang memakai jilbab.Akhirnya aku membohongi orangtuaku,kukatakan kalau di kelasku hanya aku yang belum memakai jilbab.Orangtua akhirnya mengijinkan aku untuk berjilbab,tetapi orangtuaku bukan golongan orang yang mampu sehingga aku disuruh bersabar hingga pertengahan semester.Keinginanku untuk memakai jilbab semakin besar hingga ku beranikan diri meminjam seragam bekas milik temanku yang kebetulan sudah tidak terpakai.Akhirnya aku mulai mengenakan jilbab di sekolah.Keinginan untuk berjilbab tidak hanya di sekolah tetapi aku ingin memakai di rumah jua dan itu membuat orangtuaku marah besar.Hari-hari yang kulalui tak pernah lepas dari airmata.orangtua selalu memarahiku untuk melepas jilbabku.Tetangga serta kerabatku mengejek dan mencela perubahanku.Untungnya masih ada teman-temanku yang selalu mendukung dan menasehatiku untuk tetap kuat.Dirumah hanya ada tiga pasang baju panjang sehingga setiap harinya aku hanya memakai baju itu secara bergantian.Aku yakin ALLAH pasti akan menolongku.Lama-lama aku sudah terbiasa dengan ejekan orang-orang.Setiap pagi aku bangun jam tiga untuk mebersihkan rumah,mengerjakan pekerjaan rumah sebelum orangtuaku bangun.Meskipun sampai di sekolah sering mengantuk tapi tetap aku lakukan setiap hari dan berharap orangtuaku melunak dan membiarkanku tetap dengan jilbabku.Dan usahaku tidak sia-sia,akhirnya orangtuaku tidak mempermasalahkan jilbabku.Bahkan mereka bilang jika ada rejeki akan membelikanku pakaian.Dan smapai sekarang aku masih setia dengan jilbabku meski kadang iman dalam hati ini masih pasang surut.



Purnama Si Lebah Madu
Waktu masih SMA aku termasuk murid yang pintar mata pelajaran Biologi, nilaiku selalu bagus. Suatu hari pada saat pelajaran praktikum, mungkin karena aku merasa bisa, muncul ego dan sombongku saat itu. Semua saran teman satu kelompok dan petunjuk pelaksanaan praktikum aku abaikan, jadi dech... Pakai aturanku sendiri, hehehe... Singkat cerita saat penilaian, MasyaAlloh... Hasil praktikum kelompokku ternyata paling jelek dan amburadul dibanding kelompok lain. Alhasil, satu kelompokku kena getahnya, nilai kami merah semua dan orang yang paling merasa berdosa adalah aku, hiks... Sejak saat itu aku jadi dibenci teman teman. Nilai Biologikupun jadi jelek terus hingga aku lulus, entah apa itu balasan buatku. Hikmah yang bisa aku ambil dari peristiwa itu adalah: "Apabila kita akan melakukan pekerjaan apapun, jangan pernah meremehkan saran positif dari orang lain, dan jangan sekali kali mengesampingkan prosedur prosedur pelaksanaan terkait demi kelancaran dan hasil yang memuaskan dan kita idam idamkan. Semoga tulisan ini manfaat buat semua... Thanks.



Muhimatus Al-Muttahada
(Manusia Bel) "Teng... teng... teng..." untuk kesekian kalinya bel berbunyi. "Ih... sebeeellll," kenapa belnya udah bunyi lagi, padahal tadi baru aja bunyi,"keluhku, Aku menjuluki diriku sebagai manusia bel, karena setiap aktifitas yang akan aku mulai di ma'had di awali dengan bunyi bel. segala aktifatasku di atur oleh bel. Ketika bel berbunyi aku harus bergegas menunaikan panggilannya, karena qismul 'amni sudah menghadang didepan kami dengan tongkat di tangan mereka. Waktu terus berlalu kini setelah aku lulus dari ma'had darul -ihsan al asry aku baru menyadari kalau bunyi bel yang selalu bertalu-talu setiap waktu mengajariku untuk disiplin, secara tak langsung bunyi bel yang sering berbunyi di ma'had dulu mengabariku betapa pentingnya waktu. andai waktu bisa terulang aku akan bangga menjadi manusia bell.



Iyka Swand
Bismillah, ikutan, Kak. Mungkin cerita ini terlihat meniru kisah Laskar Pelangi, tapi inilah kenyataannya. Pengalaman paling berkesan adalah ketika aku terpilih menjadi salah satu dari tiga orang yang terpilih yang mewakili sekolahku untuk mengikuti lomba cerdas cermat kimia di kabupaten. Bukan hal mudah mengikuti lomba tersebut, mulai dari pemberitahuan mendadak, persiapan yang setengah matang, hingga perjalanan menyeberangi laut untuk sampai ke tempat lomba kami lakukan. Bagi sebagian orang mungkin kami hanyalah murid dari sekolah tak berarti, dipandang sebelah mata karena hanya sekolah swasta dan terletak di sekitar hutan, tapi berkat perjuangan serta tekad kami berhasil masuk ke babak final. Nyali seketika ciut menghadapi dua SMA unggulan. Berkat ridho-Nya, tanpa dukungan, tanpa sorakan, hanya dengan setitik harapan kecil dan mata berbinar guru kimia kami, akhirnya aku dan dua orang temanku berhasil membuktikan bahwa kami layak menjadi salah satu juara, yakni juara tiga. Alhamdulillah.
Hikmah yang dapat diambil adalah ketika benar-benar berusaha dan berdoa, sekecil apa pun kita, kita dapat membuktikan bahwa kita bisa lebih dari yang pernah terbayangkan.