Sabtu, 27 April 2013

Kultum: Zaman Sekarang

Zaman Sekarang
Muhammad Faiz 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله العزيز الجبارالذى  خلق البشر  و ألهمهم الخير و الشر   فأ وهب الله المسلمين الأخيار  وأضل الكفار و أدخلهم النار
الصلاة والسلام علي سيد البشر  سنيدنا ونبينا محمد وعلى اله وصحبه ومن تبعهم إلى دار القرار ( أما بعد)

Puji syukur mari kita panjatkan kepada Allah yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa  yang memberikan bagi orang yang bertakwa pahala dan dan bagi yang bermaksiat dosa.

Sholawat serta salam mudah mudahan senantiasa tercurahkan kepada paduka manusia, Nabi akhir zaman, Nabi Muhammad S.A.W beserta para sahabatnya dan pengikutnya sampai akhir masa.

Saudara – saudara seiman dan seaqikah
Sebagai generasi muda zaman sekarang, kita mendapatkan tantangan yang sangat hebat, akses menuju hal–hal yang buruk sangat mudah, hal-hal yang dulu dianggap tabu, sekarang sudah di anggap lumrah. Saya pernah dinasehati oleh ibu saya atau lebih tepatnya diberi tahu aja kalau dulu di zaman beliau jika ada seorang wanita memakai baju ketat atau hot pants pasti dia akan merasa malu, karena semua mata tertuju padanya. Dan dia akan merasa bersalah, tapi zaman sekarang kalau ada wanita yang memakai pakaian seperti itu dan menjadi pusat perhatian dia nggak risih malah bangga, dan kalaupun dia merasa risih dia akan menyalahkan orang yang memperhatikannya dengan sebutan omeslah, piktorlah dan lainnya.

Selasa, 23 April 2013

Kultum: Indahnya Kesabaran

Indahnya Kesabaran
Oleh: Nenny Makmun

“Demi masa, sesungguhnya setiap orang merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh dan orang-orang yang saling menasehati dalam kebenran dan saling menasehati untuk menetapi kesabaran. (QS Al Ashr 103 : 1-3)
            Menjadi pribadi sabar bukan hal yang mudah, dibutuhkan suatu niat yang sungguh-sungguh dan kesadaran tinggi kalau kita akan lebih sabar menghadapi setiap gejolak kehidupan.
            Manusia tidak lepas dari ujian baik ujian kesedihan atau kebahagian. Pada dasarnya setiap kesedihan dan kebahagiaan adalah ujian dan keduannya butuh yang namanya kesabaran. Benarkah saat bahagia juga ujian?
            Jelas bila kita sedang sedih seperti yang aku alami lulus S 2 ternyata pekerjaan tak kunjung datang hampir dua bulan, karena gambling segera mengundurkan diri dari pekerjaan pertama.
            Aku benar-benar sempat sangat down karena tabungan dari uang resign sudah menipis dan beratus lamaran sudah disebar tapi belum ada yang lolos agar aku bisa dapat pekerjaan baru yang layak dengan ijazah S2 ku.
            Mama menasehati untuk sabar dan banyak berdoa saat aku hijrah ke Jakarta, kebetulan ada beberapa panggilan kerja.
            Di Jakarta menumpang di rumah saudara, teman secara bergantian mengikuti satu demi satu test panggilan dan juga menuai satu demisatu kegagalan test yang memang langsung diumumkan.
Pikiranku sudah putus asa. Ada untungnya kemana-mana aku bawa buku kecil tentang doa-doa dan artikel. Saat itu aku bawa buku-buku mini Abdullah Gymnastiar yaitu Indahnya Kesabaran, setiap jelang tidur aku baca-baca dan membangkitkan rasa sabar bahwa memang aku sedang pada titik ujian mencari pekerjaan atau tepatnya mengadu nasib.
Tanpa pernah diduga, semoga karena bagian dari sabar dan doa aku saat semua panggilan kerja yang aku penuhi ternyata gagal dan memutuskan pulang kampung saja aku di telephone salah satu perusahaan multinasional untuk interview dan tidak memakai lama hanya sehari wawancara besok sudah ada pengumuman lanjut wawancara kedua yang ternyata aku lolos langsung bekerja seminggu kemudian.
Sungguh Allah maha besar ternyata dibalik kesulitan-kesulitan di awal dibukakan jalan yang lain. Ini adalah kisah nyataku yang semoga bisa memotivasi sahabat-sahabt untuk bersabar saat apa yang kita inginkan belum tercapai. Bersabar adalah hal positif untuk terus kita berusaha.
Sekarangpun tetap aku bersabar karena apa yang aku raih, pekerjaan ternyata tidak sepenuhnya membuat kepuasan bathin. Aku bersabar untuk terus bertahan dan mencoba memperbaiki kineja, semoga juga menemukan atasan yang bijaksana mensikapi anak buah seperti diriku memahami beberapa kali aku sempat mengajukan resign. Inilah yang aku maksud bersabar juga kebahagiaan karena sudah memperoleh pekerjaan ternyata sembilan tahun belum merasa puas dengan yang terlewati karena tidak adanya penghargaan akan kerja keras.
Saatnya bersabar untuk terus berusaha menuai hasil, semoga Allah mau mengabulkan apa yang menjadi keinginan hati. Terus semangat berusaha mencapai resolusi 2013.
Akhirnya mudah-mudahan kita digolongkan menjadi ahli sabar. Karena ternyata kedudukan seseorang ditentukan oleh kualitas kesabarannya. “Wallahu ma’ashshaa-biriin”, “Dan Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS. Albaqarah 2 : 249).

  
                                                          Biodata Penulis
Copy (2) of pic09
Nenny Makmun - Alumni Magister Management Universitas Sebelas Maret Surakarta. Karyawati di salah satu perusahaan swasta. Menulis tanpa batas (Write without boundaries) dalam http://noorhanilaksmi.wordpress.com/. Buku terbit : Kumpulan Puisi Harian Online Kabari Indonesia – Romansa 36 (Leutika), Kumpulan Cerita Anak Anya dan Peri Biru (Leutika), Kumpulan Cerpen Dalam Sebuah Closet (Leutika), Kumpulan Cerita Anak Negeri Dongeng  Ketika Ketty Menjadi Nomor 2 (Leutika).
FB : Nenny Makmun – Twitter @ichandfay

Minggu, 21 April 2013

Kultum: Musibah itu Tanda Kasih Allah

Kultum: Musibah itu Tanda Kasih Allah

 Ardini Novi Wijaya

Mengapa aku selalu gagal dalam urusan cinta?
Mengapa hingga kini aku belum dapat jodoh?
Mengapa aku terlahir dalam keadaan miskin?
Mengapa aku selalu sengsara?
Mengapa tak ada yang peduli padaku?
Mengapa mereka hanya peduli dengan yang dekat saja?
Mengapa selalu musibah yang menjumpaiku?
Kapan aku akan bahagia?
Mengapa Tuhan?
Mengapa Engkau tak pernah adil padaku?

Mungkin yang seperti itu pernah kalian rasakan. Ketika sebuah keterpurukan mendatangi kita secara tiba-tiba dan ganas. Melumpuhkan semua semangat yang sebelumnya telah bersarang dalam diri dengan kuat. Membuat kita semakin menyalahkan Allah, Sang Maha Pengatur kehidupan.
Tahukah kalian? Semua yang terjadi pada saat ini adalah yang terbaik dari Allah.
Mari ingat kembali QS. Al-Baqarah: 216

Boleh jadi, kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah yang paling mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.

Allah mempunyai banyak cara yang tak terhitung untuk menunjukkan cinta pada hambaNya. Meski melalui sebuah musibah yang menurut manusia adalah kesialan, tapi sesungguhnya musibah itu adalah salah satu bentuk dari kasih sayang Allah.

Terkadang, manusia hanya berpikir dengan bahasa dunia saja. Bahasa yang menyuguhkan majas cinta duniawi. Penuh kemewahan, kebahagiaan, juga hidup dengan segala keinginan yang terpenuhi. Sedang Allah, Dia mengajarkan manusia bahasa akhirat. Bahasa yang menyuguhkan majas kekekalan. Menuju kebahagiaan yang hakiki, damai dan bahagia untuk waktu yang tak terbatas.
Namun, sebagian manusia tidak menyadari itu. Mereka lebih memikirkan bagaimana cara hidup enak dan mapan. Bahkan tak jarang mereka berpikir “Ah nanti saja kalau aku sudah kaya baru aku taubat.”
Nyatanya, setelah mereka memenuhi keinginannya, mereka melupakan Allah. Berbuat seenaknya dengan pikiran mereka.
 "Semuanya itu bisa dibeli dengan uang."
 Begitulah kira-kira cara mereka berpikir yang tanpa sadar telah dicontrol oleh syaitan.

Kawan,
Kita hanya hidup satu kali di dunia. Kehidupan dunia itu penuh dengan fatamorgana yang membingungkan dan mengacaukan mata dan pikiran kita.  Kuatkan iman kalian kawan! Jika kalian tak mau tertipu dan terbawa arus hitam ke dalamnya.

Hidup di dunia itu  hadir untuk membawa amal yang akan menentukan hidup kita yang sesungguhnya kekal selamanya. Menentukan Kebahagiaan atau kesengsaraan yang sesungguhnya. Surga atau Neraka.

Jangan kamu gelapkan apa yang telah terang di hadapanmu. Karena sesunguhnya terang itu datangnya dari Allah.
Dan jangan kamu terangkan apa yang telah gelap di hadapanmu. Karena gelap itu adalah peringatan dari Allah. Sesungguhnya Allah lebih mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.



Kirim Karyamu!

Kirim Karyamu!

Ahlan wa sahlan kepada pengunjung blog KPS (Komunitas Pena Santri)

Kami menerima kiriman tulisan berupa Cerpen, Cerbung, Puisi, Resensi* dan Artikel (kepenulisan / keislaman). InsyaAllah yang terpilih akan dimuat di blog KPS www.pena-santri.blogspot.com , www.penasantri2.wordpress.com
Silakan kirim ke email pena.kps@gmail.com dengan subjek: karyaku#jenis karya, contoh: karyaku#Puisi

Untuk sementara ini kami belum bisa memberikan honorarium bagi karya yang dimuat. Namun insyaAllah ada bingkisan menarik setiap bulan untuk pengirim karya terbaik.

Mari berkarya dengan pena
***
Untuk resensi, insyaAllah diampu oleh Kang Pirman.

Rabu, 17 April 2013

Lupa Lagi (Cerpen)

LUPA LAGI


“Sayang, kaos kakinya disimpan dimana?” teriakku setengah kesal dengan tangan masih sibuk mencari kaos kaki di lemari, lebih tepatnya mengacak-acak lemari.
“Di tempat biasa, di laci bawah kan tempat kaos kaki abang, masa lupa lagi,,!!”seru Aisyah dari dapur. Aku menepuk jidat “Owh iya,lupa”seruku malu sendiri. Buru-buru kumasukkan kembali pakaian yang acak-acakan itu ke dalam lemari tanpa aku rapikan terlebih dahulu dan mengambil sepasang kaos kaki di laci bawah. Belum sempat aku berdiri bangun, kepala Aisyah udah nongol di pintu kamar membuat aku terlonjak kaget.
“Kenapa? Kayak orang ngelihat hantu aja!!”tanyanya sewot ketika melihat kekagetanku.
“Eh,, ee,, emang,” ups, keceplosan. Aisyah melotot dengan muka garangnya.
“Eng, enggak, abang becanda Ay. Lagian tiba-tiba muncul, kan kaget” nyengirku.
“Abis abang kebiasaan tiap pagi nyari kaoskaki sambil ngacak-ngacak lemari, Ay kan jadi ekstra kerjanya. Sifat jelek abang tuh ilangin, masa tiap pagi terus nanyain kaoskaki di mana, kan udah di bilangin tempatnya di laci bawah. Tetep aja lupa”Aisyah terus ngomel sambil merapikan pakaian yang aku acak-acak. Aku hanya nyengir sambil menunjukkan dua jari membentuk “V”. Aisyah hanya cemberut menggeleng.
         Begitulah setiap pagi di rumahku selalu di awali dengan omelan cerewet Aisyah, isteriku. Sebenarnya bukan salah Aisyah juga kalau ia ngomel tiap pagi, karena memangsifat aku yang pelupa berat sehingga menjadi rutinitas pergi dan pulang kantor lupa nyimpen barang. Ditambah sifat aku satu lagi nggak bisa rapi, kalau nyimpen barang di manasaja. Tapi itu hanya akan berlangsung sebentar, toh cukup dengan minta maaf dan ia hanya tersenyum maklum.
         Seperti sore itu ketika aku pulang dari kantor. Kuketuk pintu rumah sambil mengucap salam, tapi lama tak ada jawaban. Mungkin Aisyah sedang sibuk di dapur, pikirku. Akupun langsung masuk dan duduk di kursi sambil membuka sepatu dan kaos kaki lalu minum secangkir teh yang telah disediakan Aisyah di meja. Aku beranjak ke kamar dan ganti baju. Tiba-tiba ku dengar suara Aisyah marah-marah diruangdepan. “Ada apa lagi sih?” gerutuku.
“Abang kebiasaan pulang kantor sepatu sama kaos kaki nggak di rapiin! Kan udah ada tempatnya, sepatu simpan di rak, kaos kaki di tempat cucian,,” teriaknya. Ups, lupa lagi dech, buru-buru aku menemuinya.
“Maaf Ay, abang lupa”ucapku malu-malu.                 
“Lupa lagi, lupa lagi, belum punya anak kok udah pikun. Gimana nanti kalau udah kakek-kakek ,jangan-jangan lupa lagikalau punya isteri” sahutnya dengan wajah cemberut.
“Ha ha,, Ay, Ay,, ada ada aja,, nggak bakalan lah . Masa sama isteri sendiri sampai lupa” ujarku memeluk punggungnya mesra.
“Abang lapar…  temenin abang makan yuk!” ajakku seraya menggandeng Aisyah ke meja makan. Aku makan dengan lahapnya. Ini yang aku sukai dari Aisyah, pinter masak. Masakannya super enak, bahkan aku sering banggain dia di depan teman-temanku. Makanya aku paling enggan untuk makan di luar rumah, menurutku masakan Aisyah tak kalah enaknya dengan masakan chef di lestoran mewah.
                                                                             ***
         Pagi itu aku melihat sesuatu yang beda pada Aisyah, seperti ada yang ia sembunyikan dariku, tapi entah apa. Aku tak bisa menebaknya.
“Ay sakit? Kok wajah Ay pucat dan lesu gitu? Kita ke dokter ya, biar abang antar!” tanyaku ketika kami sedang  sarapan.
“Enggak usah bang, Ay nggak apa-apa kok” jawabnya.
“Beneran nggakkenapa-napa?” tanyaku menyelidik
“Beneran kok, Ay nggak apa-apa,,” jawabnya cepat dengan senyum yang dipaksakan. “Anu,,Emm,,,Ay mau kerumah ibu boleh nggak?” lanjutnya.
“Lho bukannya baru dua minggu lalu dari sana? Jadwalnya kan bulan depan,,” aku balik nanya.
“Iya, tapi Ay kangen sama ibu, kebetulan mbak Sinta sekeluarga juga datang hari ini, tapi kalau abang nggak ngizinin juga nggak apa-apa.”
“Oh,iya deh boleh, tapi maaf abang nggak bisa ikut, pekerjaan abang lagi numpuk sekarang”
“Tidak apa-apa, biar Ay sendiri saja,,terima kasih ya bang” ucapnya dengan wajah sumringah
                                                                                ***
        Ku buka pintu rumah, mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan rumah, sepi. Aku berjalan mendekati meja makan. Aku tersenyum ketika kudapati di atas meja sudah tersaji makan malamku. Langsung kusantap habis makan malamku. Sambil makan aku melamun sendiri.
“Akhirnya gak bakal ada yangn gomel-ngomel tiap pagi dan sore untuk beberapa hari ke depan”gumamku senang.
        Seusai makan aku mencuci piring, kemudian ke ruang tengah. Aku tersenyum ketika melihat di ruang depan sepatu dan kaoskaki bekas tadi sore masih berantakan di bawah kursi.
“Kalau ada Aisyah pasti udah ngomel-ngomel” bisikku dalam hati. Kuambil sepatu dan kaos kaki kemudian menyimpannya di dapur.
      Malam itu udara begitu dingin menusuk tulang, membuatku enggan untuk beranjak dari kasur. Tiba-tibaaku teringat Aisyah, sedang ngapain ya dia di sana, pikirku. Biasanya kalau lagi dingin-dingin kayak gini pasti Aisyah membuatkan bubur kacang hangat, atau wedang jahe. Duh, kalau lagi nggak ada baru di pikirin, giliran ada dirumah kadang suka kesel juga. Eeh, tapi dipikir-pikir sih emang aku nya juga yang nyebelin, susah dibilangin, wajar juga kalau Aisyah marah, aku tersenyum sendiri.                                                                
       Adzan subuh yang berkumandang dari mesjid dekat rumah membuat aku terlonjak bangun. Langsung aku lari ke kamar mandi untuk berwudhu, setelah itu pergi ke mesjid. Seusai sholat subuh aku kembali menarik selimut, jadwalku tiap Minggu shubuh, tidur lagi.
            Whoaaamm...!!! aku menggeliat bangun. Kulirik jam di dinding, “wah udah jam 08.00 nih”seruku kaget. Setengah masih mengantuk ku paksakan bangun juga.
Sejurus kemudian aku telah larut dalam aktivitas rumah tangga yang jarang kulakukan, bahkan tak pernah sama sekali. Karena semua itu Aisyah yang mengerjakan, sementara aku paling-paling kalau lagi ada perabot rumah yang rusak baru urusan aku. Ternyata capek juga mengerjakan kerjaan rumah yang terkadang aku remehkan. Sambil terlentang menghilangkan capek yang lumayan mendera pikiranku menerawang ke mana-mana. Tak terbayang bagimana Aisyah setiap hari terus bergelut dengan rutinitas yang melelahkan ini. Bahkan masih harus melayani aku yang butuh  kesabaran ekstra. Ah, seharusnya aku lebih perhatian dengan dia, terlalu banyak dan capek ia bekerja. Mungkin sekali-kali aku harus ngajak dia refreshing, istirahat dari rutinitas yang menjemukan ini. Tiba-tiba pikiranku buyar ketika hidungku menangkap bau yang tak sedap. Hidungkumengendus-endus memastikan dari mana aroma bau berasal.   Woaaaaa, aku berlari kedapur.
‘’Masya Allah,,’’ akuberteriak kaget ketika melihat panci yang sudah kering tak berair, gosong. Akulupa kalau tadi sedang masak air. Cepat-cepat aku matiin kompor, untung gaks ampai meledak juga, pikirku. Tiba-tiba aku ingat Aisyah, aku rindu hadirnya, aku rindu senyum manisnya, rindu tatapan galaknya ketika aku lupa nyimpen, dan aku rindu omelan pagi dan sore darinya. Ah, kenapa rasa ini begitu menggebu-gebu, padahal baru kemarin ia di rumah ibu, besok juga udah pulang lagi. Tapi entahlah, aku begitu ingin sekali menyusulnya ke Lembang. Aku ingat sebelum berangkat wajah Aisyah terlihat berbeda, seperti ada sesuatu yang disembunyikannya, tapi apa. Pikiranku menerawang mengingat-ingat apakah ada sikapku yang telah menyinggung perasaannya. Apa jangan-jangan...
                                                                ***
         Akhirnya aku sampai juga di halaman yang cukup luas ini. Di depan sebuah rumah yang mewah alias mepet sawah aku berdiri. Aku memang nekat nyusul Aisyah ke Lembang. Kuketuk pintu rumah. Tak berselang lama,seseorang membuka pintu, ibu. Aku langsung mencium tangan mertuaku itu.
“Faris,,” ujar ibuyang cukup kaget melihat kedatanganku. Beliau mengajakku masuk
“Bagaimana kabar ibudan bapak sekeluarga?” tanyaku sambil masuk.
“Alhamdulillah sehat semua, kok nggak bilang-bilang dulu atuh kalau mau kesini?” tanyanya sambil menyiapkan minum untukku.
‘’Maaf bu, sayamendadak kesini nya” aku merebahkan diri di kursi.
“Oh, kebetulan atuh mbak Sinta dan anak-anaknya juga lagi di sini”
“Mana Aisyah, Kok nggak kelihatan?”
“Oh iya kebetulanAisyah lagi pergi ke pasar sama Sinta. Sebentar lagi juga pulang” jawab ibu.
Kami pun asyik mengobrol ngalor ngidul. Padahal dalam hati aku cemas banget takut kalau-kalau ibu menanyakan hal yang menjadi pertanyaan wajibnya setiap kami datang kesini, Aduh aku harus jawab apa. Tapi aku bisa bernafas lega setelah tak berselang lama, Aisyah muncul membawa sekeranjang sayuran, disusul mbak Sinta yang menggendong sikecil Nayla, kemudian berlalu ke dapur setelah menyapaku. Aisyah terlihat begitu kaget melihat kedatanganku, tiba-tiba wajahnya berubah pucat. Dengan masih kaget bercampur gugup ia mencium tanganku yang kusambut dengan senyum terindah ku (huh sok mendramatisir,,he)
“Abang kenapa ke sini?’’tanya Aisyah. Aku kaget dengan pertanyaan Aisyah, Aisyah pun tak kalah kagetnya. Kumajukan kedua bibirku beberapa centi kedepan.
“Eh maaf, maksud Ay, kok abang nyusul Aisyah, kenapa?” tanyanya sambil tersenyum tapi lebih tepatnya dibilang meringis.
“Enggak kenapa-napa, abang pengen nyusul aja,”jawabku sekenanya.
“Kapan nyampenya?”
“Setengah jam yang lalu’’
“Oh ya udah abang istirahat aja dulu, masih kecapekan kan. Ay masak dulu buat makan malam”suruhnya sambil berlalu ke dapur. Akupun langsung ke kamar merebahkan badan yang terasa remuk, pegal-pegal.
          Saat makan malam tiba, tiba-tiba hatiku dag dig dugtak karuan. Apalagi saat Ibu mulai bertanya-tanya tentang kehidupan kami. Ibuhanya tinggal seorang diri di rumah ini, bapak sudah beberapa tahun silam meninggal dunia, jauh sebelum aku menjadi bagian dari keluarga ini.
‘’Kemarin ibu tanya Aisyah tentang rumah tangga kalian” ujarnya.
Jleebbb… hatiku serasa berhenti berdetak. Aku menrunduk, kulirik Aisyah, yang dilirik asyik makan tak peduli. Aku manyun sendiri.
“Alhamdulillah, ternyata rumahtangga kalian sampai saat ini baik-baik saja,”lanjutnya. Aku menghelanafas lega, sepertinya tak akan terjadi sesuatu yang tak kuinginkan.
“Aisyah bilang kamu teh terlalu baik sama dia. Malah Aisyahnya yang sering bikin kesal kamu, Ibumah takut kamu terlalu membiarkan dia senaknya. Hapunten Aisyah ya kalau dia sering bersikap gak baik sama kamu, maklum atuh dia teh anak bungsu agak manja, jadi kalu ada salah tegur aja ya”. Aku tercekat, kenapa jadi kebalik ya ceritanya.
“Enggak kok bu, justru saya yang sering berbuat salah sama Aisyah, saya belum bisa jadi suami yang baik buat dia” jawabku menahan malu. Kok Aisyah nggak bilang yang sebenarnya ya sama ibu, pikirku. Ah, aku malu sendiri aku terlalu banyaksuudzon sama dia.
                Selepas makan malam, aku duduk santai di kursi teras rumah sambil menikmati udara malam dan suasana pesawahan yang terhampar depan rumah. Aisyah datang dengan membawa dua gelas wedang jahe, duduk disampingku.
“Abang bukannya lagi banyak kerjaan di kantor” tanya membuka obrolan.
“Iya, tapi abang sengaja cuti biar bisa ke sini, kan demi Ay,, hehe” jawabku yang disambut tonjokan Aisyah, Aw sakit juga ninjunya.
“Sebenarnya abang kesini sengaja mau minta maaf” ujarku mencoba untuk serius.
“Minta maaf karena apa?” tanyanya
“Abang tau kalau sebenarnya Ay marah sama abang kan? Gara-gara sifat abang yang pelupa,, terus Ay sengaja pengen ke sini untuk menenangkan diri. ‘’ Aisyah merunduk. Akumeraih tangannya.
“Abang minta maaf atas sifat abang, abang janji abang akan berusaha memperbaiki sifat jelek abang, tapi Ay kasih kesempatan dan waktu buat abang memperbaikinya.”.
Aisyah menatapku lekat, dimatanya berlinangan air mata yang sepertinya tak lama lagi akan jatuh.
“Bukannya Ay bencisama sifat abang, tapi Ay ingin abang ngerti dengan kerjaan Ay setiap hari, Ay capek kalau tiap hari harus ditambah dengan kerjaan beresin baju. Ay juga minta maaf kalau Ay sering ngomel dan cerewet sama abang, Ay minta maaf ya”
“Jadi Ay maafin abang?” tanyaku mendesak. Aisyah menganggukan kepala. Aku memeluknya erat. Kami menangis bersama.
“Minum dong wedangnya, ntar keburu dingin” Suruhnya. Aku langsung mengambil gelas wedangku.
 “Tapi kenapa Ay bohong sama ibu tentang abang?” tanyaku penasaran.
“Ay sengaja, Ay nggakmau membuat abang malu di depan ibu, biarlah Ay saja yang tau, dan biarlah kita saja yang tau problematika rumah tangga kita” katanya tersenyum.
“Terimaksih ya Ay, kamu memang isteriku yang paling baik,,” Tak terasa air mataku kembali melewati pipi.
“Udah jangan nangis lagi dong, ntar wedangnya jadi asin” candanya. Aku hanya nyengir.
          Keesokan paginya kami pulang ke rumah. Sampai di depanrumah ketika hendak membuka pintu Aisyah berteriak. Aku yang sedang keberatan dengan barang bawaan langsung bergegas mendekat.
“Ada apa Ay kok baru sampai teriak-teriak?” tanyaku heran. Kulihat wajah Aisyah memerah menahankesal. Dengan setengah kesal Aisyah memarahiku.
“Abang berangkat nggak kunci pintu? Lihat nih pintunya nggak terkunci,,” makinya seperti hendak nangis. Aku tercekat kaget. Waduh,,!! Iya aku lupa ngunci pintu kemarin
“Eh, iya Ay abang lupa ngunci, abang buru-buru waktu itu” kilahku tak ingin disalahkan.
Tanpa ba-bi-bu Aisyah langsung masuk memeriksa takut-takut kalau ada barang yang dicuri maling. Syukurlah setelah diperiksa semua barang-barang tak ada yang hilang sepertinya.
“Untung aja nggak ada maling yang masuk, kalau ada mungkin habis barang-barang kita, mana harta cuma segini-gininya” gerutunya.
“Iya maaf, yang pentingkan nggak kemalingan” jawabku dengan tampang watados.
         Bangun tidur aku dikejutkan dengan suara berisik dikamar. ketika kulihat,  Aisyah sedang sibuk menempelkan sesuatu di lemari. Aku beranjak dari kasur penasaran. ‘tempat kaos kaki’ aku membaca tulisan yang baru selesai di tempel Aisyah. Aisyah melirikku tersenyum.
“Nah mulai sekarang abang gak akan lupa lagi, ” katanya bersemangat.
“Terimakasih ya Ay,” ucapku haru.
“Selalu ada solusi di setiap masalah,” ujarnya tersenyum bahagia.
Aku tersenyum sambil berlalu untuk mandi. Tak lama kemudian aku berteriak dari dalam kamar mandi “Aya kulupa bawa handuk tolong ambilkan ya di gantungan kamar” teriakku. Sementara Aisyah berjalan ke kamar dengan menggerutu dan wajah kesal.




 #Annisa, penulis asal Ciamis Jawa Barat.

Senin, 15 April 2013

Berbagi itu Sederhana

Berbagi itu Sederhana

Berbagi itu sederhana. Sama sederhananya dengan memberikan senyuman kepada siapa saja yang kita temui, baik lawan apalagi teman. Maka, benarlah apa kata sang Nabi, “Senyumu kepada saudaramu adalah sedekah.” Sedekah itu, sebelas dua belas dengan berbagi.

Berbagi itu gampang, segampang menyodorkan kue cemilan yang kita beli di warung pinggir jalan kepada teman duduk kita. Meski awalnya basa-basi, jika niat kita tulus, maka hal tersebut bukanlah ‘basi’ melainkan kelak akan menjadi kebiasaan baik. Karena berbagi, selamanya baik ketika yang dibagikan adalah kebaikan.

Berbagi itu mudah. Semudah memberikan seribu rupiah, misalnya, atau lebih banyak lagi kepada anak-anak yang kebetulan kita temui di masjid sedang khusyu latihan beribadah. Jika tulus, maka yang kita bagikan itu, meski belum banyak, insya Allah akan menjadi pelecut baginya untuk terus berlomba dalam kebaikan.

Berbagi itu, sangatlah sederhana. Sesederhana ketika kita mengajak sahabat kita ke masjid saat adzan berkumandang, “Ayo bro, ke masjid. Shalat berjama’ah.” Jika tulus, sabar dan ikhlas, insya Allah, hal itulah yang akan menjadi jalan kebaikan bagi kita, juga siapa saja yang kita ajak.

Berbagi itu, sampai kapanpun tetaplah mudah. Semudah membali bakso halal lima ribu rupiah, kemudian ditaruh di dalam mangkok, ambil sedikit nasi di rumah, kemudian kita panggil sahabat, saudara, anak atau istri kita, “Ayuk, kita makan rame-rame baksonya.”

Berbagi itu, selamanya akan selalu sederhana. Seperti ketika mendapat rejeki lima belas ribu misalnya, kemudian membelanjakan yang sepuluh ribu untuk membeli susu sachet sebanyak enam bungkus, kemudian membagikannya kepada enam teman yang pertama kita temui. Maka, ketika itu rutin dilakukan, satu sachet susu itu sangatlah berbekas di hati sahabat kita.

Ya, karena berbagi bukan masalah jumlah. Tak perlu banyak untuk berbagi. Tak perlu ribet untuk berbagi. Karena berbagi, memang sangat sederhana.

Pun, dengan membagikan cerita kebaikan dengan harapan, yang mendapat bagian terinspirasi dan terpacu untuk terus berlomba-lomba di dalamnya.

Asalkan perlu diingat, yang saya maksud bukanlah berbagi suami dengan istri-istri berikutnya. :D :P :P :P

Copas dari: http://pirmanku.wordpress.com/2013/04/15/berbagi-itu-sederhana/

Sebelas Manfaat Membaca

Sebelas Manfaat Membaca

Menurut ’Aidh bin Abdullah al-Qarn, ada 11 manfaat membaca:

1. Membaca menghilangkan kecemasan dan kegundahan.

2. Ketika sibuk membaca, sesorang terhalang masuk dalam kebodohan.

3. Kebiasaan membaca membuat orang terlalu sibuk untuk bisa berhubungan dengan orang2 malas dan tidak mau bekerja.

4. Dengan sering membaca, seseorang bisa mengembangkan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata.

5. Membaca membatu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir.

6. Membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan meningkatkan memori dan pemahaman.

7. Dengan sering membaca, seseorang dapat mengambil manfaat dari pengalama orang lain, seperti mencontoh kearifan orang bijaksanan dan kecerdasan orang-orang berilmu.

8. Dengan sering membaca, seseorang dapat mengembangkan kemampuannya baik untuk mendapat dan merespon ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari disiplin ilmu dan aplikasi didalam hidup.

9. Keyakinan seseorangakan bertambah ketika dia membaca buku2 yang bermanfaat, terutama buku2 yang ditulis oleh penulis2 yg baik. Buku itu adalah penyampai ceramah terbaik dan ia mempunyai pengaruh kuat untuk menuntun seseorang menuju kebaikan dan menjauhkan dari kejahatan.

10. Membaca membantu seseorang untuk menyegarkan pikirannya dari keruwetan dan menyelamatkan waktunya agar tidak sia2.

11. Dengan sering membaca, seseorang bisa menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai model kalimat, lebihlanjut lagi ia bisa meningkatkan kemampuannya untuk menyerap konsep dan untuk memahami apa yang tertulis “diantara baris demi baris” (memahami apa yang tersirat).

*silahkan di repost, share, bagi pencinta buku
Copas dari FanPage Darwis tere Liye