Minggu, 25 November 2012

Kemana Semangatmu Wahai Pemuda?

Kemana Semangatmu Wahai Pemuda?
Oleh : Syarifah Zahrina Firda 

Generasi pemuda adalah generasi yang mempunyai beban bermacam-macam harapan dari generasi-generasi lainnya, terutama generasi sebelumnya. Hal ini dapat dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai generasi penerus, generasi yang akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya, generasi yang harus mengisi dan melangsungkan estafet pembangunan secara terus menerus.
Seiring berkembangnya zaman, para pemuda zaman sekarang belum mampu meneruskan perjuangan Rasullah SAW beserta para sahabatnya. Ini jelas sekali  karena pemuda sekarang lebih bangga menghafal lirik lagu daripada mengahafal ayat Al-Qur`an, mereka lebih bangga nongkrong di pinggir jalan atau di cafe-cafe yang keadaannya remang-remang daripada nongkrong di masjid atau lebih senang memegang handphone daripada memegang tasbih untuk mengingat Allah SWT. Mengapa ini bisa terjadi? Kemana semangatmu wahai pemuda untuk memperjuangkan islam?.
pemuda lagi.jpgJika melihat sejarah pada masa Rasullah SAW, ada seorang pemuda tangguh bernama Arqam bin abi arqom. Dia dengan tulus menjadikan rumahnya untuk halaqah pertama Rasullah SAW beserta para sahabat. Rumahnya digunakan untuk aktivitas dakwah secara sembunyi-sembunyi untuk kaum muslim. Padahal, jika kaum Quraisy mengetahui keberadaan rumahnya untuk aktivitas dakwah kaum muslim, habis sudah dirinya beserta rumahnya diserbu kaum Quraisy. Akan tetapi, bagi pemuda ini, kaum Quraisy bukanlah hal yang harus ditakuti melainkan diperangi untuk berjihad di jalan Allah SWT.
Pemuda zaman sekarang memang tidak perlu berjihad secara sembunyi-sembunyi. Tantangan zaman sekarang bukanlah seperti zaman Rasullah SAW, melainkan gaya hidup yang berlebihan dan dampak globalisasi teknologi dunia. Apa yang harus diperjuangkan para pemuda atas tantangan zaman masa kini?.  Jawabannya adalah para pemuda harus ingat satu hal yaitu berpegang teguh pada islam, mereka harus meyakini islam dan menumbuhkan rasa ketakwaan pada hati-hati mereka.
Jika ada 3 pilihan yang harus dipilih pemuda, pilihan mana yang harus dipilih?
1.      Menjadi jahat ditengah-tengah kejahatan.
2.      Menjadi baik ditengah-tengah kejahatan.
3.      Menjadi baik dan menebarkan kebaikan ditengah-tengah kejahatan.

Pilihan satu menunjukan bahwa pemuda memilih untuk mengikuti trend anak remaja lainnya di zaman sekarang dan tidak sanggup memberikan suatu perubahan yang baik bagi lingkungan sekitar.

Kemudian, pilihan dua menujukan bahwa pemuda memilih menjadi pemuda yang baik serta mengetahui hukum-hukum islam, tetapi pemuda ini tidak sanggup menyebarkan kebaikan tersebut bagi lingkungannya. Hasilnya, pemuda ini cenderung kebingungan atas perilaku kebaikannya sehingga ia menjadi plin-plan serta terkadang ikut-ikutan atas keadaan zaman sekarang.

Yang terakhir pilihan tiga menunjukan bahwa pemuda memilih menjadi pemuda yang baik dan mengetahui hukum-hukum islam serta mencoba mendakwah atas ilmu yang ia punya. Pemuda yang memilih pilihan ini berusaha tampil beda dari pemuda lainnya.

Dari tiga pilihan tersebut yang harus dipilh para pemuda adalah pilihan ketiga yaitu menjadi baik dan menebarkan kebaikan ditengah-tengah kejahatan. Pilihan ini memang mempunyai resiko berat karena pemuda seperti ini jarang ditemukan sehingga hanya sedikit pendukungnya. Akan tetapi, manfaat yang didapat sungguh manis sekali yaitu Allah SWT meridhainya serta mengangkat derajatnya ke tempat yang lebih mulia.

Maka dari itu, tunggu apa lagi wahai pemuda? Ke mana semangatmu wahai pemuda?. Ayo bangkit  menjadi pemuda tangguh untuk memperjuangkan islam ditengah-tengah tantangan zaman seperti ini? Semangat pemuda sangat dibutuhkan umat demi kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. 


*****
Syarifah Zahrina Firda, biasa dipanggil Firda. Lahir di Bekasi, 22 April 1994. Kegiatan sehari-hari sebagai mahasiswi Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) jurusan Ilmu Komunikasi adalah tempat menuntut ilmu dengan baik serta mengkaji islam untuk menjadi lebih baik bersama teman-temanku di Lembaga Dakwah Kampus. Cita-citaku adalah menjadi jurnalis atau penulis serta entrepreneur muslimah sejati, serta tidak lupa mempunyai motto dan prinsip hidup yaitu be your self dan terus mencari Ridha Allah SWT.
*Peserta Event "Ini Kultumku" edisi perdana

Pengumuman Hasil Event Ini Kultumku

Pengumuman Hasil Event Ini Kultumku
Bismillahirrahmanirrahim
Setelah melalui penghitungan, inilah dia poin tiap peserta

1. Syarifah Zahrina Firda - Kemana semangatmu wahai pemuda? #Jumlah nilai : 365
2. Erni Nuraeni Azizah - Bermimpilah! Karena mungkin sebagian dari mimpimu, adalah kehidupanmu saat ini. ##Jumlah nilai : 380
3. Nenny Makmun - Meraih Kesuksesan Dengan Hati #Jumlah nilai : 385
4. Nuri Aprillia Ramadhona - Mentarbiyahkan Cinta: Seperti Ran dalam Conan, Sylvester Stallone, atau Ubbad bin Bisyr#Jumlah nilai : 405
5. Saya Lisa Alishobat Ishomuddin – Remaja Kini #Jumlah nilai : 365

Dengan demikian, 2 peraih nilai tertinggi yang berhak mendapatkan hadiah adalah....
no 3 dan 4. Kepada Mba Nenny Makmun dan teh @Nur Aprilia Ramadhona. Mohon sms ke 0852233929033. Format, Bismillah -spasi- nama

Terima kasih untuk semua peserta. InsyaAllah, secara berkala kultum-kultum ini akan kami posting di Blog KPS.

Alaisallahu biahkamil hakimin
Tentu saja ada kekurangan, namun hasil ini tidak bisa diganggu gugat. Demikian semoga maklum. Nantikan "Ini Kultumku" berikutnya. Yang punya usulan tema silakan tulis di kolom komentar...

Sabtu, 17 November 2012

JAGA HATI YUK..... :D





"........ Ingatlah bahwa di dalam jasad ada segumpal daging, jika ia baik maka baiklah jasad seluruhnya, jika ia rusak, rusaklah jasad seluruhnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah HATI."

(HR. BUKHORY-MUSLIM)

Kamis, 15 November 2012

MERAYAKAN TAHUN BARU YANG ISLAMI


    Perayaan tahun baru semacam sudah tidak asing lagi bagi kita. Berbicara tentang tahun baru, yang muncul di benak kita adalah kembang api, petasan, terompet dan lain sebagainya. Bahkan mayoritas dari kita banyak yang merayakannya dengan pesta dan serangkaian kegiatan lainnya. 

            Namun sedikit sekali dari kita yang paham bahwa hal di atas tidaklah dibenarkan dalam Islam. Dan kebanyakan dari kita mengetahui bahwa tahun baru itu jatuh pada tanggal 1 Januari. Padahal tahun baru dalam Islam jatuh pada 1 Muharam. Inilah kekeliuran yang fatal. Lantas pantaskah kita ikut memperingati bahkan merayakan sesuatu yang bukan bagian dari Islam. Firman Allah dalam surat Al-Isra’ ayat 36:

            “Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggung jawabannya.”

            Jelas sekali dari ayat di atas Allah melarang kita mengikuti sesuatu yang tidak kita ketahui terlebih mengikuti hal yang jelas banyak mudharatnya. Mulai dari permasalahan petasan. Bunyi petasan hanya dapat menanggu ketenangan orang lain, itu artinya jika kita ikut memeriahkan tahun baru dengan petasan maka kita termasuk orang yang zholim karena telah membuat orang lain terganggu. Kemudian coba kita renungkan sejenak ketika mendengar bunyi petasan, bayangkan saudara-saudara kita di Palestina, bukankah di sana mereka berada dalam situasi yang menakutkan, bunyi petasan serupa dengan bunyi bom, betapa mereka merindukan keheningan dan kedamaian, mengapa kita yang berada di lingkungan yang tenang justru membuat keributan dengan bunyi petasan yang saling silang setiap kali memasuki tahun baru.

            Berlanjut ke permasalahan pesta dan berpergian untuk merayakan tahun baru. Tentu untuk membuat sebuah pesta dibutuhkan biaya yang besar, mengapa kita mau menguras kocek hanya demi sebuah pesta untuk menyambut atau bahkan merayakan tahun baru, yang lagi-lagi pada hakikatnya itu bukan tahun baru Islam.

            “Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.” Demikian firman Allah dalam Al-Isra’ ayat 26-27

            Semakin jelaslah bahwa merayakan tahun baru tidak memberikan manfaat sedikitpun. Dan perlu ditegaskan kembali bahwa tahun baru Islam jatuh pada 1 Muharam atau yang biasa disebut tahun baru Hijriyah. Lalu bagimana langkah merayakan tahun baru yang Islami?

            Alangkah baiknya jika momen tahun baru itu kita jadikan momen untuk mengintropeksi diri, mengingat kembali atas semua yang sudah kita perbuat selama setahun lamanya.

            “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap yang kamu kerjakan.’ (QS. 59:18)

            Tidak ada dari kita yang dapat menjamin bahwa dirinya terlepas dari dosa. Itulah sebab mengapa Allah memerintahkan kita untuk terus memuhasabah diri kita. Tidak hanya pada tahun baru saja, tetapi juga pada setiap malam. Memuhasabah diri jauh lebih bermanfaat dibandingkan merayakan tahun baru dengan petasan. Dan Allah sangat mencintai hambaNya yang bertaubat. Sebagaimana firman Allah:

            “(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan (malaikat) yang berada di sekelilingnya bertasbih dengan memuji Tuhannya dan mereka beriman kepadaNya serta memohonkan ampunam untuk orang-orang yang beriman, seraya berkata : “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu yang ada padaMu meliputi segala sesuatu, maka berikanlah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan agamaMu dan peliharalah mereka dari adzab nereka.” (QS: Gafir:7)

            Setelah usai memuhasabah diri ada baiknya jika kita memanfaatkan momentum tahun baru dengan menuliskan target-target kita untuk setahun ke depan, Islam membolehkan kita menuliskan rencana kita ke depan. Meski pada akhirnya rencana Allah itu jauh lebih baik daripada rencana kita. Setiap kita pasti punya target yang berbeda, tuliskan semua target itu pada secarik kertas dengan begitu kita akan tahu apasaja yang harus kita perbuat untuk selanjutnya. Cara ini juga diharapkan dapat membuat kita lebih semangat dan dapat memanfaatkan waktu dengan sebaiknya.

            Tahun baru juga seharusnya dapat mengingatkan kita bahwa maut semakin dekat. Tidak satu pun dari kita yang mengetahui kapan Allah akan memanggil kita, dan masuknya tahun baru juga memiliki arti jatah umur kita berkurang. Dengan kata lain kita dianjurkan untuk senantiasa mengingat kematian, karena kematian selalu mengintai kita.

            “Dimanapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kokoh.” (QS. An-Nisa:78)

            Hidup itu singkat siapa yang dapat menjamin kita dapat hidup sampai terbenamnya matahari. Maka alangkah bodohnya jika kita sibuk dengan urusan duniawi saja.

            Maka mari kita jadikan tahun baru menjadi momen paling penting bagi kita, momen dimana kita bergegas menuju sebuah perubahan yag lebih baik dan menyiapkan diri dengan bekal kebaikan.

*Penulis adalah Tholibat Ma’had Abu Ubaidah bin Jarrah Medan 
           
           

Rabu, 14 November 2012

Resensi Buku : Muhammad Al-Fatih 1453

Resensi Buku : Muhammad Al-Fatih 1453

oleh Naylis El-Farihah  ·
Judul                : Muhammad Al-Fatih 1453
Pengarang       :  Felix Y Siaw
Tahun              : Cetakan pertama, Agustus 2011 / Ramadhan 1432
Penerbit           : Khilafah Press
ISBN               : 978-602-97164-1-2
              
       Berawal dari perkataan sang Rasul mengenai takluknya kontastinopel dalam cahaya Islam, Sultan Mehmed II menempa dirinya agar layak menjadi seorang panglima terbaik, seperti yang dikatakan oleh manusia terbaik sepanjang masa Rasulullah saw :
لَتُفْتَحَنَّ القُسْطَنْطِيْنِيَّةُ فَلَنِعْمَ الأَمِيْرُ أَمِيْرُهَا وَلَنِعْمَ الجَيْشُ ذَالِكَ الجَيْشُ
(Sungguh, Konstantinopel akan di taklukan oleh kalian. Maka sebaik-baik adalah pemimpinnya dan sebaik baik pasukan adalah pasukan yang menaklukannya)

Konstantinopel terletak tepat di tengah dunia, yang menjadikan pelabuhannya sebagai pelabuhan tersibuk pada masanya. Dari 20 km garis pertahanan kota, 13 km diantaranya berbatasan dengan laut dan hanya 7 km yang berbatasan dengan dataran.  Sebelah utara kota berbatasan dengan Selat tanduk, sebelah timur berbatasan dengan selat Boshporus, sebelah selatan berbatasan dengan laut Marmara, dan di sebelah barat inilah satu-satunya wilayah yang berbatasan dengan daratan. Maka dari itu Konstantinopel bagaikan mutiara di tengah perairan.

            Kota ini dijuluki juga sebagai “The City with Perfect Defense” karena 7 km garis pertahanan yang berbatasan dengan daratan itu merupakan tembok kokoh berlapis tiga dengan parit sedalam 10 meter dan lebar 20 meter di barisan dinding terluar yang akan menyiutkan nyali siapapun yang datang untuk menaklukan konstatinopel. Tembok ini berdiri dengan angkuhnya selama 11 abad tanpa ada satu pasukan pun yang mampu meruntuhkannya. Hanya ketika perang Salib 1204 kaum Kristen Eropa pernah menerobos dinding pertahanan kota melalui selat Tanduk Emas, namun sesudah itu, penduduk Konstantinopel bahu membahu merenovasi sehingga diding pertahanan mampu berdiri lebih kokoh daripada sebelumnya.

            Jika kondisi pertahanan konstantinopel sedahsyat ini,  pantas saja jika hanya panglima dan pasukan terbaik yang mampu menaklukannya. Mehmet II kecil, begitu antusias mendengarkan hadits rasul yang tiap malam dibacakan oleh ayahnya Sultan Murod II. Sehingga terekam dalam otak bawah sadarnya bahwa dirinya lah panglima terbaik yang akan menaklukan Konstantinopel, dirinyalahh yang akan menggoreskan sejarah emas untuk merelalisasikan kebenaran perkataan Rasulullah saw.

Usianya baru 16 tahun ketika ia mampu menguasai 8 bahasa guna melayakkan dirinya untuk menaklukan Konstantinopel, ia pun tak pernah meninggalkan shalat malam semenjak akhir baligh hingga akhir hayatnya, karena ia yakin, ibadah serta kedekatan dirinya dengan Rabbul Izzati sangat mempengaruhi ketercapaian visinya untuk menaklukan Konstantinopel.

Ia mempersiapkan segalanya dengan sangat matang padahal usianya kurang lebih 21 tahun. Ia membuat meriam terbesar yang pernah ada pada masanya. Ia juga mampu menciptakan kejutan-kejutan dahsyat dalam setiap strategi perangnya, memotivasi setiap pasukkannya untuk menjaga iman serta ibadah agar Allah berkenan membantu dalam penaklukan ini.

Bersama 250.000 pasukan Sultan Mehmed II berangkat dari Edirne menuju tembok kokoh berlapis 3. Diantaranya ikut serta ahli perang, ahli pembuat meriam, ahli pembuat terowongan bawah tanah, ahli batu serta ulama guna membimbing setiap pasukan agar tidak keluar dari jalur syariat Islam.

Dalam buku ini penulis menuliskan secara detail bagaimana sengitnya pertempuran yang berlangsung selama 54 hari serta kejutan-kejutan apa saja yang dihadirkan oleh Sultan Mehmed II sang penakluk terbaik. Buku ini menghadirkan atmosfir kesemangatan Sultan Mehmed II dalam diri kita, dalam hidup kita dan dalam setiap langkah kita sehingga kita juga layak menjadi al-fatih al fatih berikutnya.   

***
Mahasiswi UNJ, Pimpinan Redaksi KPS (Komunitas Pena Santri)

Minggu, 11 November 2012

Tentang Ahmad Fuadi : Dari Italia Persembahkan Kisah Anak-anak Sumatera Barat

Tentang Ahmad Fuadi : 
Dari Italia Persembahkan Kisah Anak-anak Sumatera Barat

Jakarta, Radar Seni – Penulis novel best-seller Negeri 5 Menara dan Ranah 3 Warna, Ahmad Fuadi, berangkat ke Italia setelah terpilih sebagai Resident Writer di sebuah program prestisius Bellagio Center. Tak hanya Fuadi, beberapa seniman dan akademisi dari seluruh dunia juga mengikuti kegiatan yang didanai Rockefeller Foundation tersebut. Salah satu penulis yang pernah menjadi resident di program ini adalah Michael Ondaatje, penulis novel English Patient yang kemudian diangkat ke layar lebar dan memenangi 9 piala Oscar tahun 1996. Dari Negeri Pizza itu, dia akan menulis kisah anak-anak Sumatera Barat.
Di Italia, Fuadi akan tinggal di sebuah villa di pinggir Danau Como di utara Italia. Di situlah Fuadi akan menulis novel terbarunya selama sebulan sejak 25 Oktober mendatang. Pria yang lahir 30 Desember 1972 ini memang ingin terus mengembangkan sayap, mencari semakin banyak pengalaman untuk meningkatkan kemampuan menulisnya.
“Saya sangat bersyukur bisa terpilih dan mendapat kesempatan langka ini. Menulis dengan suasana yang tenang dan tinggal 1 bulan di sebuah villa di pinggir salah satu danau terindah di dunia,” ujar Fuadi.
Menurut Fuadi, dari kamar villanya dia bisa melihat danau dan puncak-puncak Alpen di Swiss yang hanya berjarak beberapa kilometer saja. “Di Itali saya akan mulai menulis novel keempat saya tentang kehidupan anak-anak di Sumatera Barat,” imbuhnya.
Nantinya novel yang ditulis Fuadi di Italia akan bercerita tentang kehidupan anak-anak di pinggir Danau Maninjau, tempat kelahirannya. Meski settingnya lokal, namun ada pandangan global dalam tulisan itu nantinya.
“Kebetulan banget, ceritanya diilhami pengalaman saya lahir dan besar di pinggir danau di Minangkabau. Siapa kira saya dapat kesempatan menuliskan pengalaman ini di pinggir sebuah danau juga, tapi di Itali,” tutur suami Danya Dewanti ini.
Saat ini Fuadi tengah mengedit buku ke-3 dari trilogi Negeri 5 Menara. Novel ketiga Fuadi ini sedang memasuki penyelesaian akhir. Diharapkan pada awal tahun 2013 mendatang novel tersebut sudah bisa terbit. Novel tersebut akan bercerita tentang petualangan tokoh Alif setelah dia lulus kuliah. Dia akan melakukan pencarian banyak hal, seperti kerja, jodoh dan misi hidupnya.
“Settingnya di Jakarta dan Washington DC. Yang seru antara lain bagaimana Alif menemukan jodohnya. Tunggu saja awal tahun untuk lebih lengkah,” lanjut Fuadi memberikan sedikit bocoran.
Dia menyebut saat ini novel Negeri 5 Menara menjadi novel Indonesia terlaris sepanjang sejarah penerbit Gramedia Pustaka Utama. Novel itu bahkan sudah diterjemahkan ke bahasa Inggris dengan judul The Land of Five Towers.
Sedangkan buku keduanya, Ranah 3 Warna, sedang dalam proses penerjemahan. Selain itu Fuadi akan diundang menjadi pembicara di pameran buku terbesar dunia, Frankfurt Book Fair pada pertengahan Oktober. Dia juga akan menjadi pembicara di Singapore Writers Festival di awal November 2012.
“Semoga saya bisa ikut mengenalkan dunia buku Indonesia ke masyarakat dunia. Sudah saatnya kita giatkan literasi Indonesia untuk dunia,” harap Fuadi.
Profil
Ahmad Fuadi (lahir di Bayur Maninjau, Sumatera Barat, 30 Desember 1972; umur 39 tahun) adalah novelis, pekerja sosial dan mantan wartawan dari Indonesia. Novel pertamanya adalah novel Negeri 5 Menara yang merupakan buku pertama dari trilogi novelnya. Karya fiksinya dinilai dapat menumbuhkan semangat untuk berprestasi. Walaupun tergolong masih baru terbit, novelnya sudah masuk dalam jajaran best seller tahun 2009. Kemudian meraih Anugerah Pembaca Indonesia 2010 dan tahun yang sama juga masuk nominasi Khatulistiwa Literary Award, sehingga PTS Litera, salah satu penerbit di negeri jiran Malaysia tertarik menerbitkan di negaranya dalam versibahasa melayu. Novel keduanya yang merupakan trilogi dari Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna telah diterbitkan sejak 23 Januari 2011. Fuadi mendirikan Komunitas Menara, sebuah yayasan sosial untuk membantu pendidikan masyarakat yang kurang mampu, khususnya untuk usia pra sekolah. Saat ini Komunitas Menara punya sebuah sekolah anak usia dini yang gratis di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan.
Memulai pendidikan menengahnya di KMI Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogodan lulus pada tahun 1992. Kemudian melanjutkan kuliah Hubungan Internasional diUniversitas Padjadjaran, setelah lulus menjadi wartawan Tempo. Kelas jurnalistik pertamanya dijalani dalam tugas-tugas reportasenya di bawah bimbingan para wartawan senior Tempo. Tahun 1998, dia mendapat beasiswa Fulbright untuk kuliah S2 di School of Media and Public Affairs, George Washington University. Merantau ke Washington DCbersama Yayi, istrinya—yang juga wartawan Tempo-adalah mimpi masa kecilnya yang menjadi kenyataan. Sambil kuliah, mereka menjadi koresponden TEMPO dan wartawanVOA. Berita bersejarah seperti peristiwa 11 September 2001 dilaporkan mereka berdua langsung dari Pentagon, White House dan Capitol Hill.
Tahun 2004, jendela dunia lain terbuka lagi ketika dia mendapatkan beasiswa Cheveninguntuk belajar di Royal Holloway, University of London untuk bidang film dokumenter. Penyuka fotografi ini pernah menjadi Direktur Komunikasi di sebuah NGO konservasi:The Nature Conservancy.
Ia adalah cucu Buya H. Sulthany Datuk Rajo Dubalang dan Buya Sulaiman Katik Indo Marajo.

*Dikutip dari www.radarseni.com

Jumat, 09 November 2012

Andai Waktu Bisa Kuputar Kembali (Cerpen)

Andai Waktu Bisa Kuputar Kembali (Cerpen)
Oleh: Rahadi W.

Panas sekali siang ini. Terik matahari serasa melelehkan isi kepala. Urat-urat darah di pelipisku sampai berdenyut-denyut. Pening. Sepertinya tak sanggup lagi aku terus berjalan. Bukan hanya kepalaku yang pening, perutku juga keroncongan. Tenagaku hampir tak bersisa lagi setelah berjalan kaki menjelajahi separuh kota ini, tanpa hasil.
Benar-benar tidak beruntung aku hari ini. Seharian tak ada satu orang pun memanggilku untuk menjahitkan sepatu. Padahal, sejak berangkat pagi-pagi tadi, tak ada uang sepeser pun di kantongku. Aku belum sarapan. Dan hingga sesiang ini, aku masih tak punya uang untuk membeli makan. Ah, nasib.... Menjadi tukang sol sepatu bukanlah pekerjaan yang kuinginkan. Jangankan mencukupi, untuk menambal kebutuhan makan saja tak terpenuhi. Apalagi di usiaku yang sudah hampir tujuh puluh tahun ini, pekerjaan seperti ini bisa membuatku mati mendadak di pinggir jalan. Tapi apa daya, aku tidak punya keahlian lain.
Aku mau beristirahat dulu sekarang, letih sekali rasanya. Emperan toko itu tampaknya cukup teduh. Tapi... bukankah itu toko bangunan Si Darta? Bah! Kalau ada tempat lain mending aku berteduh di tempat lain saja. Tapi toko-toko lain kepanasan semua empernya, hanya toko bangunan itu yang cukup teduh. Lagipula, ada pohon besar di sebelah tokonya.
Celingukan sebentar, tak kulihat pemilik toko itu. Merasa aman, aku pun duduk di pojok emperan toko. Aku bukan takut pada Darta, hanya malu. Aku tak mau ia melihat keadaanku sekarang. Dulu aku dan Darta sama-sama jadi kuli bangunan. Sekarang, setelah sama-sama tak kuat lagi kerja jadi kuli, aku beralih jadi tukang sol sepatu keliling. Dan Darta? Dialah pemilik toko bangunan ini. Kerjanya hanya duduk santai di balik meja kasir, tapi duitnya makin banyak saja.
Kok bisa ya? Bagaimana nasib kami berdua bisa mengarah ke ujung yang jauh berbeda? Ah, seandainya waktu bisa kuputar kembali, tentu takkan kubiarkan jalan hidupku berakhir begini.
Apa yang hebat dari Darta? Tidak ada, menurutku. Waktu sama-sama jadi kuli, akulah yang banyak mengajarinya. Tenagaku juga lebih kuat darinya. Bahkan, banyak orang menilai dia itu “malas” dan “cepat capek”. Darta juga mudah tersinggung. Pada suatu hari, kami − para kuli bangunan − sedang istirahat. Hari itu sangat panas, sehingga kami agak malas kembali bekerja. Lalu datanglah seorang mandor memaki-maki kami. Tidak ada yang sakit hati dengan makian itu kecuali Darta. Ia bersumpah akan mengubah nasibnya menjadi lebih kaya dari mandor itu, sehingga takkan dimaki orang lagi. Kami semua menertawakannya, bagaimana mungkin seorang kuli menjadi kaya?
Itulah salahku, cepat sekali bilang “tak mungkin”. Darta sebaliknya, baginya tidak ada hal yang tak mungkin sebelum dicoba. Dia mendatangi pemborong proyek tempat kami bekerja. Tiap sore seusai bekerja sebagai kuli, dia bekerja di rumah pemborong itu, tanpa digaji, dengan imbalan dia minta diajari cara menjadi orang kaya. Lucu sekali kedengarannya! Kami semua tertawa. Tapi beberapa tahun kemudian, kami tak bisa lagi menertawakannya, karena Darta telah berhasil menjadi orang kaya, seperti yang diinginkannya. Sedangkan kami, tetap jadi kuli.
Ah, seandainya waktu bisa kuputar kembali. Kalau sedari dulu aku bersikap seperti Darta, mungkin sekarang aku tak perlu berjalan kaki dari gang ke gang, menawarkan jasa menjahit sepatu yang rusak. Kalau Darta bisa, mestinya aku juga bisa, toh dia tidak lebih hebat dariku. Sayang, waktu tak pernah bisa diputar kembali. Maka di sinilah aku, membanting tulang di umur enam puluh tahun, sambil menyesali nasib setiap hari.
Sebuah mobil sedan BMW seri terbaru berhenti tepat di depan toko. Ah, ternyata pengemudinya seorang gadis cantik berbaju kurung dan berkerudung manis. Gadis itu turun dari mobil dan bergegas membuka pintu sebelahnya. Ia dengan telaten membantu seorang kakek-kakek turun dari mobil. Astaga! Orang tua itu... Munip! Temanku sekampung, dulu.
Ya betul, itu Si Munip. Aku membalikkan badan, bersandar ke dinding toko sambil menutup muka dengan topi burukku, pura-pura tidur. Aku tak mau Munip melihatku. Aku malu.
Munip adalah teman sekampungku dulu. Kami pernah akrab waktu masih sama-sama pemuda tanggung. Aku ingat, akulah yang mengajarinya main ukulele. Waktu itu jamannya lagi musim orang main musik keroncong. Kadang-kadang kami mengamen keliling kampung. Suaranya tidak istimewa, lebih bagus suaraku. Tampangnya juga tidak istimewa, lebih tampanlah aku, kurasa.
Pertemanan kami merenggang ketika Munip berkata bahwa ia jatuh cinta pada anak Haji Alwi, keturunan Arab itu. Sudah tentu, hampir semua pemuda di kampungku menaruh hati pada Laila, yang cantik jelita itu, tak terkecuali aku. Hanya saja, tak ada di antara kami yang berani terang-terangan menyatakannya. Maklum, Haji Alwi adalah orang terkaya di kampung kami. Tak mungkin Haji Alwi akan menikahkah Laila dengan kuli kampung miskin seperti kami.
Tapi gilanya Si Munip, dia tak mau dibilang “tak mungkin”. Ia membawa ukulelenya dan menyanyi di depan rumah gadis itu. Semula ia diusir oleh pelayan-pelayan Haji Alwi, tapi besoknya ia kembali lagi, dasar muka tembok! Ternyata Laila suka mengintipnya dari balik jendela dan jatuh hati padanya. Tak disangka, Haji Alwi kemudian memanggilnya. Munip diberi pekerjaan di toko kelontong mereka. Karena rajin bekerja dan jujur, Haji Alwi pun suka padanya, dan setahun kemudian ia sudah menjadi menantu keluarga itu.
Ah, seandainya waktu bisa kuputar kembali. Aku akan lebih dulu mendatangi gadis itu membawa ukuleleku. Aku lebih tampan dan suaraku lebih merdu. Seharusnya Laila jatuh cinta padaku, bukan Munip. Seharusnya aku yang sekarang naik mobil BMW itu, jadi menantu orang kaya dan punya istri cantik. Ah, seandainya waktu bisa kuputar kembali. Tak terhitung berapa kali aku mengatakan hal itu. Memutar waktu kembali... tapi itulah satu-satunya hal yang “tak mungkin” di dunia ini. Dan aku terlambat menyadarinya.
Dari balik topi burukku, aku mengintip Munip yang sedang digandeng tangannya oleh gadis cantik itu, berjalan menuju toko Darta. Pasti gadis itu adalah cucunya. Ck ck ck..., sampai pada wajah cucunya pun masih terlukis jelas kecantikan istrinya.
Tiba-tiba dari toko itu keluar Darta dan seorang pemuda tampan. Tampaknya sang gadis dan pemuda itu sudah saling mengenal. Mereka saling memperkenalkan Darta dan Munip. Lagak-lagaknya, kedua orang “bekas” temanku itu bakalan berbesanan.
Ketika keempat orang itu masuk ke dalam toko, hilang dari pandanganku, ada rasa hampa meletup dalam hatiku. Rasanya, aku telah ditinggalkan oleh dunia dan seisinya. Ah, seandainya waktu bisa kuputar kembali. Tapi sayangnya, itu tak mungkin. 

MALANG 21/09/2012