Jumat, 21 September 2012

JAWABAN DAN PEMENANG KUIS BLOG KPS EDISI 02

Bismillahirromaanirrohiim.

Assalamu'alaykum,

Langsung saja kami beritahukan jawaban kuis KPS edisi 02 karena kami sudah mendapatkan pemenangnya. Dan jawaban yang tepat adalah:

1. Muadz Bin Jabal Rodhiallahu 'Anhu
2. Suroh Al An'am : 124 (Juz 8)
     Adapun yang menjawab Suroh Al Baqoroh dan Al Imron, coba perhatikan lagi, ada huruf "wauw" diantara kalimat Allah dengan kalimat Allah disebelahnya. 

3.  KPS didirikan pada tanggal 8 Agustus 2008. Pendiri KPS Prito Windiarto, Alex Kusmardani dan Asep Nurjaman.

Dengan menyebut Asma ALLAH, maka pemenangnya adalah ukhti Khanza dg nama blog Kh@NZ@ ZYREX@.

Baarokillahu Fiiki :D

Buat yang lain Jazaakumullahu lakum, semoga ilmunya berkah. Trus pantau ya blog KPS jangan patah semangat oceeyyy :)

#kepada ukhti yang beruntung silahkan sms ke no. 085223929033 dg format KPS (Spasi) NAMA (spasi) Pemenang kuis.

Untukmu wahai Muslimah: Wasiat Rasullah Kepada Wanita (Part.1)


WANITA DI SURGA DAN WANITA DI NERAKA

Dari Abu Hurairoh Rodhiallahu 'anhu, ia berkata: Ada seorang lelaki mengatakan "Wahai Rosullah, si Fulanah terkenal banyak sholat, puasa, dan sedekahnya. Sayangnya, ia suka menyakiti tetangganya dengan lisannya." Rosullah Shallahu 'Alaihi Wasallam bersabda "DIA DI NERAKA." Lelaki itu berkata lagi, "wahai rosullah, ada lagi si fulanah, dia terkenal sedikit puasa, sedekah dan sholatnya, tetapi ia suka memberi sedekah walaupun hanya sepotong roti dan tidak suka menyakiti tetangganya dengan lisannya." Beliau bersabda "DIA DI SURGA." (HR.Ahmad)

Sering sekali Islam mendorong wanita untuk berbuat baik kepada tetangganya, dan jangan meremehkan hadiah yang dia berikan kepada tetangganya walaupun sedikit. Dengan demikian menyakiti tetangga jelas haram hukumnya. Hal ini nampak jelas pada pertanyan lelaki tadi dan jawaban Rosullah. Si Wanita yang selalu berpuasa, mengerjakan sholat wajib, banyak sholat sunnah, da sedekah tidak memberikan manfaat pada dirinya sama sekali dan tidak menjadikannya masuksurga lantaran satu sebab saja, yaitu karena ia sering menyakiti tetangganya dengan lisannya. Jadi Islam ini di samping akidah, ada juga ibadah, akhlak, serta muamalah (cara bergaul). Runtuhnya salahsatu pilar ini akan berdampak banyak. Islam bukan sekedar agama  yang sempit dan terbatas pada pelaksanaan syiar-syiar di mesjid. Tidak, tidak seperti itu. Tetapi Islam tertuang dalam nilai ibadahnya dalam tingkah laku nyata. Di dalam sebuah hadits disebutkan

 "Sesungguhnya aku diututs untuk menyempurnakan kebaikan Akhlak." (HR Hakim)

Akhlak merupakan bagian tak terpisahkan dari Islam. Ia adalah salahsatu pilar utama Islam. Siapa yang perkataannya tidak terbukti pada perbuatannya, maka tidak ada kebaikan pada dirinya. Sedangkan menyakiti tetangga merupakan kejahatan besar yang pelakunya layak masuk neraka, dan seungguh neraka adalah sejelek-jelek tempat tinggal. Allah berfirman: 

".... Dan berbuat baiklah kepada tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh." 
(An-Nisa:36)

Lihatlah, Wahai Ukhti muslimah, sebegitu mendalamnya wasiat mengenai tetangga. Lihatlah pula kepada wanita yang tidak banyak sholat sunnah, puasa maupun sedekah, akan tetapi ia tidak menyakiti tetangganya dengan lisannya, bagaimana ia bisa berhak mendapatkan surga dengan kebaikannya kepada tetangga???

Sungguh, bersikap baik dalam bergaul dengan tetangga termasuk bagian dari iman. Sedangkan berbuat jahat kepada tetangga termasuk perbuatan maksiat, walau bagaimana pun tetangga itu. Yang diperintahkan adalah berbuat baik kepada tetangga. Kalau ia menjadi tetangga yang baik, sungguh merupakan keberuntungan baginya. Rosullah Shollu 'alihi bersabda :

"Empat hal yang termasuk kebahagiaan, yakni istri Sholihah, tempat tinggal yang lapang, tetangga yang baik, dan kendaraan yang nyaman. Dn empat hal yang termasuk kesengsaraan, yakni istri yang nakal, tetangga yang jahat, kendaraan yang tak layak, dan tempat tinggal yang buruk." 
(HR. Hakim, Baihaqi, Ibnu Hibban) 

Ketika seseorang diuji dengan tetangga yang jahat, hendaknya ia bersabar menghadapinya dan tidak menyakitinya atau membalsa kejahatannya. 

"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. 
(Fsushshilat: 34)

Setelah itu hendaklah ia mengucapkan:

"Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari tetangga yang jahat"

Rosullah bersabda:

"Berlindunglah kalian kepada Allah dari tetangga yang jahat di kampung di mana kalian tinggal. Karena tetangga yang berasal dari pelosok gunung pun tidak akan menetap bersamamu." 
(HR. An-Nasai) 

Allaahu Musta'an. Semoga bermanfaat 

#COPAS DARI KITAB 'WASIAT ROSUL KEPADA KAUM WANITA' KARYA 'AIDIL FATHI 'ABDULLAH
Al Qowam hlm. 112-115

Kamis, 20 September 2012

Kekurangan idea atau kebanjiran ide?

Kekurangan idea atau kebanjiran ide?

Minggu ketiga ini, bengkel menulis, diasuh mas Dwi Suwiknyo. Nah, banyak penulis (pemula) yang mengeluh susahnya dapat ide (inspirasi). Bagaimana solusinya biar kita kaya ide? *Atau mau sharing pengalaman, monggo...
Top of Form
Dwi Suwiknyo kabarnya justru pada kebanjiran ide, cuma nggak lekas ditulis.. :) ya?
Cahaya Terang Bagaimana agar tidak malas nulis saat masih belum ad fasilitas. Alias cuma lewat hp ato kertas?.
Prito Windiarto ya, benar mas Dwi Suwiknyo, banyak juga yang punya banyak ide, tapi idenya menguap bersama lamunan dan tak tertuliskan
Dwi Suwiknyo jadi, tak ada masalah dengan ide ya? *lalu di mana letak masalahnya, penulis memang harus menulis. cuma itu resepnya: menulis.
Prito Windiarto bisa rental mba Cahaya Terang, atau tuliskan ide2nya di kertas atau hp dulu... nanti kembangkan direntalan
Nunung Nurjanah Kalau aku ga bisa nulis fiksi, tp bisanya nulis pengalaman yg dialami sendiri. Yg jadi masalah, kata2 yg aku rangkai suka se enaknya ditulisnya ga tau aturan EYD, maklum penulis diary aku mah..
Adakah kakak2 yg punya buku panduan praktis buat belajar EYD?
Dwi Suwiknyo menulis aja, mengalir, lugas.. ntar kalo udah rampung, diprint bisa diedit atau minta temen yang edit.. so, easy writing aja..
Prito Windiarto Se7 dg mas Dwi. Buku EYD banyak ukh. Kalau mau minta bantuan sy ntk ngedit,selama bisa,selama sdang tdk sibuk, insyaALlah dibantu.
Dwi Suwiknyo kalo memang ingin swasunting/edit-sendiri, buku EYD murah di toko buku kisaran 5.000-7.500, download juga KBBI.pdf (kamus besar bahasa indonesia) & tesaurus gratis via google bisa sangat mendukung.
Nishfi Yanuar Hmm, ada yg legawa mau bantu editing nih. Ane blh ngantri gak, akh Prito?
Nunung Nurjanah Akh dwi : ok akhy siap, insyaAlloh.. Diary aku banyak bgt ceritanya kadang senyum2 sendiri waktu baca lg.. Lucu c masi imut2 dulu mah :D 
Akh prito : syukran akh, uda mau bantu.. Aku punya 1 naskah cerita perjalanan sekolahku da 10 hal polio Tp malu ah :D
Usman Alfarisi saya biasa jalan dulu untuk bisa mengalirkan ide. entah jalan keluar kantor, sekedar ngliatin mobil yang hilir mudik, atau mengunjungi teman. barulah ide tersebut bisa dituangkan ...
Akmal Zacky terkadang ada ide tapi bingung mengawalinya
Prito Windiarto Tapi ahsannya memang editng sendiri seperti kt mas Dwi, jd sambil blajar jg. Akh usman, bener juga.
Nunung Nurjanah Akh prito : Alhamdulillah segala puji bagi Alloh. Iya akh insyaAlloh mu belajar edit sendiri. Syukran jazakalloh :)
Akh dwi : syukran, jazakalloh atas ilmu dan infonya.. :)
Prito Windiarto hmmm... kata bang tere-liye (kalau tidak salah), kalau mentok di paragraf pertama, coba di paragraf 2, dll. yang pasti menulis dulu, biasanya malah nanti ada ide2 ditengah perjalanan menulis
Nunung Nurjanah InsyaAlloh :)

*Dikutip dari “Bengkel Menulis KPS edisi 2”, Link : http://www.facebook.com/groups/237432105401/

Senin, 10 September 2012

MEMINTA MAAF... SESEDERHANA ITUKAH? MEMAAFKAN... WAJIBKAH?

MEMINTA MAAF... SESEDERHANA ITUKAH?
MEMAAFKAN... WAJIBKAH?

Sebuah Renungan oleh Rahadi W.

                Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri telah usai. Pada umumnya seluruh umat muslim berbahagia pada hari ini. Setelah menunaikan ibadah puasa sebulan penuh, kita semua berharap rahmat dan ampunan Allah SWT akan melimpah bagi kita. Apalagi, pada hari lebaran, silaturahmi dan saling memaafkan sudah menjadi tradisi, yang biasa kita sebut "halal bi halal". Dengan halal bi halal, kita merasa bahwa telah pupus segala dosa karena diampuni Allah SWT dan dimaafkan sesama manusia. Maka, kita seolah terlahir kembali bagai bayi tanpa dosa. Kembali suci. Kembali fitri.
                Namun, benarkah akan selalu demikian?
                Bagi saya, pertanyaan itu selalu menggelisahkan hati setiap lebaran usai. Apakah Tuhan benar-benar mengampuni dosa-dosa saya? Bukankah pada umumnya dosa-dosa itu adalah pengulangan dosa-dosa tahun kemarin? Masihkah akan diampuni-Nya? Seringkali saya mendengar ustsdz-ustadz kita mengatakan bahwa Allah Maha Pengampun, takkan berat bagi-Nya mengampuni dosa-dosa manusia, seberapa pun besarnya. Namun bagian hatiku yang lain mengingatkan: Sebagaimana tidak ada dosa besar bila segera disusul dengan taubat, maka tidak ada dosa kecil bila dilakukan berulang-ulang. Ah, entahlah... Bagaimanapun juga, itu adalah rahasia Tuhan, tak seorangpun yang mengetahui keputusan-Nya sebelum hari kiamat datang. Yang bisa kita lakukan adalah memohon ampun dan memohon ampun lagi, di setiap waktu dan kesempatan.
                Dan satu lagi, yang lebih menggelisahkan hati, yaitu tentang meminta maaf kepada sesama manusia. Setiap kali saya mengucapkan permintaan maaf (tidak lupa diiringi kata-kata "lahir dan batin") hampir selalu jawaban yang saya dapat adalah "sama-sama..." atau semacam itu. Apakah itu artinya semua teman-teman, keluarga, sanak-famili, handai-taulan... sudah memaafkan kesalahan-kesalahan saya? Walaupun sepanjang tahun saya telah menjadi orang paling menyebalkan bagi mereka?
                Ya, itulah masalahnya. Saya menggelisahkan hal itu karena pernah mendengar bahwa Allah tidak akan mengampuni dosa seseorang terhadap sesamanya sebelum orang yang didzaliminya memaafkan. Bagaimana saya tahu bahwa orang sudah memaafkan saya? Tentang hal ini, ada seorang teman yang bilang, “Lho... kan mereka sudah bilang ‘sama-sama’, berarti kita sudah saling memaafkan toh?” Teman saya itu juga mengatakan bahwa kewajiban kita adalah meminta maaf. Apabila orang yang dimintai maaf itu tidak mau memaafkan ya biar saja, malah itu akan menjadi dosa bagi yang bersangkutan.
                Wah, benarkah demikian? Cepat selesai dong urusannya!
                Cukup bagi kita mengulurkan tangan untuk bersalaman, kemudian mengucapkan "mohon maaf lahir dan batin ya..." maka selesailah urusan kita dengan orang yang kita dzalimi, sengaja ataupun tidak. Tak peduli sebesar apapun kedzaliman yang pernah kita perbuat terhadapnya. Tak masalah apakah ia menolak memberi maaf, atau di bibir memberi maaf tapi dalam hati menolak. Tidak penting lagi, karena kita telah melaksanakan kewajiban untuk minta maaf. Begitukah?
                Banyak dalil yang diajukan teman-teman mengenai hal ini, bahwa seorang muslim harus menjadi seorang pemaaf. Banyak hadits Nabi dan ayat Al-Qur'an yang membahas tentang ini. Misalnya QS. Al-A'raaf 199: Qudzil 'afwa wa'murbil 'urfi wa-a'ridh 'anil jaahiliin. Artinya: "Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari orang-orang bodoh (jahil)". Ada juga contoh mengenai sahabat Nabi, Abu Bakar Ash-Shidiq r.a. yang menghentikan santunan terhadap orang yang terlibat dalam huru-hara fitnah terhadap putrinya, Aisyah r.a. Betapa Allah langsung menegur tindakannya itu melalui ayat Al-Qur'an. Mengapa kita tidak menjadi pemaaf? Tidakkah kita suka kalau Allah mengampuni dosa-dosa kita?
                Sesaat saya merasa tenang mendapat penjelasan seperti itu. Tapi suatu hari saya teringat pada sebuah hadits Nabi yang berkaitan dengan hal ini. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Namun ia juga datang membawa dosa kedzaliman.  Ia pernah mencerca Si Ini, menuduh tanpa bukti terhadap Si Itu, memakan harta Si Anu, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang itu. Maka sebagai tebusan atas kedzalimannya tersebut, diberikanlah di antara kebaikannya kepada Si Ini, Si Itu, dan Si Anu. Hingga apabila kebaikannya telah habis dibagi-bagikan kepada orang-orang yang didzaliminya, sementara belum semua kedzalimannya tertebus, diambillah kejelekan/kesalahan yang dimiliki oleh orang yang didzaliminya lalu ditimpakan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke dalam neraka.” (HR Muslim no. 6522)       
                Nah lho... Orang-orang yang menjadi korban kedzaliman itu, mengapa mereka tidak disuruh memaafkan saja, malah dengan izin Allah terjadi arena pembalasan dendam di akhirat?
                Terus-terang, hadits Nabi itu membuat saya takut. Saya jadi berpikir bahwa yang penting ternyata bukan hanya pernyataan maaf di dunia, karena kelak di akhirat hal itu akan diperhitungkan lagi. Mestinya memang begitu, karena pemberian maaf di dunia belum tentu benar-benar tulus. Di dunia, tidak semua orang berani terang-terangan menolak memberi maaf. Misalnya, saat majikan kita minta maaf pada hari Lebaran, beranikah kita jawab bahwa kita takkan memaafkan karena perbuatannya sungguh keterlaluan? Tidak mungkin, selama kita masih menggantungkan hidup pada majikan itu. Bisa-bisa ia akan menghentikan mata-pencaharian kita sama sekali.           
                Demikian juga, kalau kita minta maaf pada orang-orang yang mungkin takut pada kita, misalnya pada anak, istri, bawahan, atau orang-orang lain yang posisi dan status sosialnya lebih rendah dari kita. Jangan-jangan mereka memaafkan hanya di bibir saja, tapi dalam hati masih menyimpan dendam. Dendam yang akan menjadi "bom waktu" bagi kita di akhirat nanti. Dan ternyata Allah SWT juga mengakomodasi kepentingan orang-orang yang mendendam seperti ini. Tentu saja, karena Allah bukan hanya Maha Pengampun tapi juga Maha Adil.
                Yang menarik dari hadits Nabi di atas adalah... orang yang datang dengan banyak amal-ibadah itu mestinya adalah orang "alim". Ia pasti rajin beribadah dan banyak beramal. Logikanya, pada hari Lebaran ia juga termasuk orang yang saling bermaaf-maafan dengan sesama manusia yang lain. Tapi mengapa banyak orang yang masih sakit hati dengan perbuatannya, bahkan tidak mau memaafkan sama sekali? Ini membuat saya berpikir: MINTA MAAF SAJA TIDAK CUKUP. Mengucapkan permintaan maaf (secara formal) saja tidak cukup, sekalipun diembel-embeli "lahir dan batin".
                Barangkali, tidak kalah pentingnya yaitu permintaan maaf secara informal. Apa itu? Maksud saya adalah segala tindak-tanduk kita sehari-hari yang menunjukkan bahwa kita menyesali kesalahan kita dan tidak berniat untuk mengulanginya lagi. Kalau kita minta maaf kemudian tanpa segan-segan mengulangi perbuatan yang sama di lain hari, masihkah orang akan memaafkan? Jangan disamakan orang biasa dengan Rasul-rasul Allah yang sangat pemaaf. Orang biasa bisa jadi punya batas kesabaran. Saat batas itu kita lampaui, mereka takkan memaafkan lagi. Saya heran, sebagian kaum muslimin bahkan seolah menyamakan manusia biasa dengan Tuhan yang Maha Pengampun, sehingga enak saja minta maaf berulang-ulang untuk perbuatan yang juga diulang-ulang lagi, lalu dengan entengnya mengatakan: "Saya kan sudah minta maaf!"
                Satu lagi yang juga tidak kalah penting... Bagaimana caranya agar orang selalu memaafkan kita, bahkan sebelum kita mengucapkan permintaan maaf? Saya rasa yang penting adalah akhlak kita sehari-hari. Bila dalam keseharian kita selalu bersikap sopan dan santun terhadap sesama, ramah, suka menolong, dan juga pemaaf, maka bila sekali waktu kita khilaf sebagai manusia, orang akan mudah memaafkan. Bandingkan dengan orang yang angkuh, sombong, pelit, pemarah, pendendam, enggan mempermudah urusan orang, dan tidak peduli bila kelakuannya menimbulkan ketidaknyamanan pada orang lain, maka orang seperti ini bila melakukan kesalahan sedikit saja akan sangat diperhitungkan orang.
                Ketika saya hampir selesai menuliskan renungan ini, di televisi semua stasiun berita memberitakan tentang Afriyani, pengemudi Xenia maut yang telah "membunuh" sembilan orang di Tugu Tani, yang divonis lima belas tahun penjara. Tidak seorangpun dari sanak-saudara korban yang ridho dengan vonis itu. Bahkan seorang ibu meraung-raung sampai pingsan karena tidak rela pembunuh putrinya hanya dihukum ringan (menurut dia). Mengapa mereka tidak memaafkan, bukankah Afriyani sudah meminta maaf secara terbuka? Bukankah Allah dan Rasul-Nya menganjurkan kita menjadi orang yang pemaaf?
                Di sisi lain, keluarga Afriyani juga tak rela karena menganggap hukuman itu terlalu berat dibandingkan kesalahannya. Jadi apakah menurut mereka hukuman Tuhan di akhirat atas kesalahan menghilangkan sembilan nyawa itu akan lebih ringan dari lima belas tahun penjara?
                Wallahu a'lam bishshawab.
                Saya tidak tahu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas. Mungkin kita akan tahu jawabannya pada Hari Perhitungan kelak, ketika para korban yang kehilangan nyawa itu ditanyai. Apakah mereka akan memaafkan Afriyani? Atau sebaliknya: mereka akan mengambil pahalanya, atau bila tidak ada lagi pahala Afriyani yang bisa diambil maka ia bebankan dosanya kepada Afriyani sebagai tebusan atas kedzaliman itu?
                Sekali lagi, wallahu a'lam bishshawab.
Malang, 31 Agustus 2012
Rahadi W.

TENTANG  PENULIS :
Rahadi W. Lahir tahun 1971 di Jombang, Jawa Timur. Lulusan FK Universitas Brawijaya Malang tahun 1997. Pernah aktif di majalah kampus dengan menjadi Pimred Majalah DIGNOSTIKA FK Unibraw. Sekarang menjadi PNS di Dinas Kesehatan Kabupaten Muara Enim Sumsel dan sedang menjalani tugas belajar di RSUD Syaiful Anwar Malang. Tinggal di Jl. Serayu Selatan No. 22A Malang. Bisa dihubungi melalui e-mail: rahadiwidodo@ymail.com atau FB https://www.facebook.com/rahadiwidodo.




Sabtu, 08 September 2012

(Cerpen) Takdir Sang Rembulan

(Cerpen) Takdir Sang Rembulan

Akira Naoyuki

Ketika manusia mempertanyakan arti dari takdir sang rembulan.
Sekar Ayu memandang resah sekeliling, upacara hampir dimulai. Namun pasukan Suranantaka belum juga tiba. Padahal Dukun Mustika sudah sibuk komat-kamit membaca mantra di hadapan sosok Kerta Ayu yang hanya mengenakan kemben dengan bahu yang terbuka. Wajah Kerta Ayu terlihat sangat pucat. Bagaimana tidak? Ia akan disembelih malam ini oleh Dukun Mustika sebagai agenda wajib tiap purnama bulat sepenuhnya.
“Kemana dia? Kakakku hampir disembelih! Mengapa ia belum menampakkan batang hidungnya?” gerutu Sekar Ayu hampir tak terdengar.
Sekar Ayu menatap lurus ke depan, di mana Kanjeng Sasmita Atmaja dan Dukun Mustika tengah mengitari tubuh Kerta Ayu sambil menyiraminya dengan air kembang tujuh rupa. Tanpa sadar Sekar Ayu menggigit bibir bawahnya. Kilatan masa lalu tentang kematian kakaknya Prawira Atmaja melintas kembali di benaknya. Prawira Atmaja mati mengenaskan disembelih oleh Dukun Mustika sebagai persembahan untuk Langit. Kini Kerta Ayu pun akan bernasib sama. Mungkin setelah kematian Kerta Ayu, tibalah kematiannya.
Sebenarnya Sekar Ayu tak begitu khawatir dengan kematian, hanya saja ia resah dengan cara kematian menghampirinya. Disembelih disaksikan seluruh warga padepokan Cibulak bukan sesuatu yang menyenangkan baginya. Itu adalah suatu hinaan luar biasa yang menohok hatinya.
Bukan rahasia lagi jika padepokan Cibulak yang dipimpin ayahnya ini bermasalah karena tiap malam bulan purnama, selalu ada persembahan perjaka ataupun perawan. Anehnya, para perjaka dan perawan yang dijadikan persembahan kerapkali merasa senang karena menganggap bahwa dirinya telah menjadi orang penting yang diutus menjadi penyampai pesan dari bumi pada langit. Padahal, menurut Sekar Ayu persembahan seperti ini sama sekali tak masuk akal.
Sekar Ayu berpikir bahwa ayahnya telah gila berada di bawah bayang-bayang Dukun Mustika yang mengadakan persembahan ini hanya untuk dirinya yang berkeinginan menjadi manusia abadi di muka bumi ini. Sekar Ayu terhenyak saat Dukun Mustika telah mengacungkan pedangnya yang berkilat. Itu menandakan bahwa dalam beberapa menit lagi nyawa Kerta Ayu berada dalam bahaya.
“Kemana bocah itu?! Cih! Seharusnya aku tak mempercayainya!” maki Sekar Ayu setengah bergumam.
Syuuuuut...
Sebuah anak panah tiba-tiba menghujam ke arah lengan Dukun Mustika. Menancap sempurna hingga beberapa bintik darah menetes membasahi tanah di sekitarnya. Sekar Ayu hampir terpekik karena Suranantaka memenuhi janjinya untuk menggagalkan persembahan malam ini dengan mengadakan kudeta.
Beberapa orang dengan pakaian tertutup tiba-tiba menyeruak dan mengitari tubuh Dukun Mustika yang terlihat geram.
Sekar Ayu menatap takjub saat perkelahian antara anak buah Suranantaka dan anak buah ayahnya tak dapat dihindarkan.
“Apa yang kau lakukan disini? Cepat selamatkan kakakmu!”
Suara berat milik Suranantaka membuyarkan rasa takjub Sekar Ayu. Tanpa menunggu lebih lama, Sekar Ayu segera mengeluarkan pedang dari balik punggungnya. Ia sudah siap dengan resiko apapun, meski nyawa menjadi taruhannya malam ini.
Sekar Ayu meliukkan pedangnya saat ada beberapa pasukan Kanjeng Sasmita Atmaja menghalangi langkahnya. Jarak antara keberadaannya dengan Kerta Ayu semakin dekat, namun Kanjeng Sasmita Atmaja tiba-tiba menghalangi langkahnya dengan pedang berkilat di tangannya.
“Pengkhianat! Apa yang akan kau lakukan?!” Kanjeng Sasmita Atmaja terlihat murka.
“Aku ingin menghancurkan teori busuk yang di koar-koarkan oleh Dukun Mustika! Dukun Mustika itu tak lebih dari seorang penipu! Dia melakukan persembahan bukan untuk kemaslahatan umat manusia, melainkan untuk keberuntungan dirinya! Dia ingin menjadi makhluk abadi, sehingga ia bersekongkol dengan iblis dan melakukan persembahan bodoh ini!!” ucap Sekar Ayu penuh penekanan.
“Anak durhaka! Kurang ajar!” Kanjeng Sasmita tak bisa menahan emosinya. Ia merasa gagal mendidik Sekar Ayu karena rupanya gadis itu malah menentangnya habis-habisan dan mengatakan suatu hal yang tak masuk akal.
Kanjeng Sasmita Atmaja mengibaskan pedangnya yang langsung disambut oleh pedang Sekar Ayu. Beberapa kali pedang mereka bergesekan, menciptakan aroma permusuhan yang mendalam diantara keduanya. Sekar Ayu meringis saat pedang milik Kanjeng Sasmita Atmaja menorehkan luka di lengannya.
Kanjeng Sasmita Atmaja terbahak melihat darah menetes di sela-sela jari tangan Sekar Ayu. Melihat Sekar Ayu tersiksa seperti saat ini membuat hatinya diliputi kepuasan luar biasa. Mungkin ia sudah gila karena tiap melihat tetesan darah yang mengotori tangannya, ada suatu sensasi luar biasa mengalir hangat dalam tubuhnya.
Sekar Ayu menggertakan giginya, ia mencari celah untuk pergi dari hadapan Kanjeng Sasmita Atmaja, namun tua bangka itu tak memberinya celah sedikitpun. Hingga Suranantaka menyeruak diantara mereka dan memberi Sekar Ayu kesempatan untuk menyelamatkan Kerta Ayu dan pergi sejauh-jauhnya dari Padepokan Cibulak. Melihat kesempatan itu, Sekar Ayu segera memanfaatkannya. Kini Kanjeng Sasmita Atmaja berhadapan dengan Suranantaka.
“Kakak! Kau baik-baik saja?” tanya Sekar Ayu cemas sambil melepaskan ikatan di tubuh Kerta Ayu yang tersenyum lemah. Tak membutuhkan waktu lama, ikatan di tubuh Kerta Ayu terlepas.
Sesuai rencana, sementara Suranantaka menyelesaikan pertarungan, Sekar Ayu akan pergi sejauh-jauhnya meninggalkan Padepokan Cibulak yang masih dangkal pemikiran dan dipengaruhi hal-hal berbau mistis.
Selama berabad-abad Padepokan Cibulak hanya menjadi setitik kegelapan dalam balutan cahaya. Pemikiran awam tentang dunia membuat Padepokan Cibulak terlena dengan hasutan orang-orang tak bertanggung jawab yang hanya memikirkan keuntungan bagi dirinya sendiri.
Sekar Ayu menggenggam tangan Kerta Ayu erat, mereka kemudian berlari menjauh dari arena pertempuran menembus gelapnya hutan Guniling. Mereka punya harapan baru di luar sana, harapan yang akan membuat hidup mereka lebih baik sehingga tak terjerat dengan aturan kuno yang selalu mempertimbangkan segalanya dari sudut pandang kerendahan derajat manusia.
“Apa yang kau lakukan? Mengapa menggagalkan persembahannya? Akan kemana kita sekarang?” Kerta Ayu terlihat bingung dan memberondongi Sekar Ayu dengan pertanyaan.
“Tak perlu menanyakan apa dan bagaimana, karena ini adalah takdir Sang Rembulan. Kita hanya perlu mengikuti cahayanya agar sampai di tempat yang semestinya!”

FIN