Hay sobat KPS.... gimana nih puasanya??? masih pada semangatkan??? pastinya dong ^_^
Nah, pada kesempatan ini kami akan menjawab dan mengumumkan pemenang kuis KPS edisi 01.
Udah pada penasaran yah...... ^_^
Tunggu dulu sobat......
Sedikit memberitahukan bahwa tujuan diadakannya kuis ini adalah untuk menambah semangat teman2 (dan kami juga) dalam mengetahui wawasan keislaman. Semoga memberikan manfaat buat sobat semua meskipun hadiah yang kami sediakan tidak seberapa.
Dari jawaban sobat yang masuk, tidak ada jawaban yang salah, hanya saja karena ini kuis maka penilaiannya berdasarkan kecepatan dan yang paling tepat jawabannya. Mohon maaf buat yang kurang berkenan, dan bisa mengajukan kritik dan saran di sini :-)
Sekolah adalah kebutuhan dari setiap
kita. Tak seorang pun yang ingin dirinya menjadi orang yang bodoh. Sebab itulah
para orangtua ingin anaknya bisa terus melanjutkan pendidikannya hingga ke
jenjang yang tinggi. Namun di era globalisasi seperti saat ini, sekolah menjadi
suatu angan-angan bagi sebagian besar dari kita, karena tingginya biaya
pendidikan saat ini.
Fenomena putus sekolah karena
mahalnya biaya bukan menjadi fenomena baru lagi bagi di negeri ini. Bisa kita
lihat mereka yang tinggal jauh dari kota, hanya sebagian kecil sajayang mampu bersekolah itu pun di sekolah yang
berfasilitas seadanya. Inilah potret suram pendidikan negeri ini. Mengingat
peliknya problema ini, komunitas Ayo Menulis Buku (AMB) tergerak untuk
menghadirkan buku yang menyajikan tema tentang masalah pendidikan.
Buku “Aku ingin Sekolah” ini berisi
kumpulan kisah perjuangan seorang yang ingin melanjutkan pendidikan khususnya
melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Menariknya, sebagian besar kisah dalam buku
ini merupakan kisah nyata dari penulis. Bahasa yang disajikan pun sederhana
sehingga dapat menyentuh hati.
Ketika nafas mulai tersengal...
Ketika nyawa sedang meregang...
Ketika mata membelalak dan dahi berkeringat...
Pintu taubat telah tertutup. Engkau mulai memasuki gerbang kehidupan
baru. Sementara istri, anak dan keluarga serta kerabatmu menangis dan
merintih disisimu, engkau sedang dalam kesedihan yang mendalam, tidak
ada seorang pun yang mampu menyelamatkan dan menghindarkan dirimu dari
jemputan Malaikat Maut. Kini, engkau saksikan dan
rasakan sendiri peristiwa mengerikan itu, setelah sebelumnya engkau
mereguk banyak kenikmatan dan kesenangan tanpa kenal rasa syukur. Telah
datang ketentuan Allah kepadamu, lalu nyawamu diangkat ke langit.
Setelah itu, kebahagiaan atau kesengsaraankah yang akan engkau dapat?
وتجعلون رزقكم أنكم تكذبون فلولا إذا بلغت الحلقوم وأنتم حينئذ تنظرون
ونحن أقرب إليه منكم ولكن لا تبصرون فلولا إن كنتم غير مدينين ترجعو نها
إن كنتم صدقين فأما إن كان من المقربين فروح وريحان وجنت نعيم وأما إن
كان من أصحب اليمين فسلم لك من أصحب اليمين وأما إن كان من المكذ بين
الضالين فنزل من حميم وتصلية جحيم إن هذا لهو حق اليقين فسبح باسم ربك
العظيم “Kamu (mengganti) rizki (yang Allah berikan) dengan mendustakan
(Allah). Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu
ketika itu melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tapi
kamu tidak melihat, maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah).
Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah
orang-orang yang benar, adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang
yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh rizki serta surga
kenikmatan. Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan, maka
keselamatan bagimu karena kamu dari golongan kanan. Dan adapun jika
termasuk golongan orang yang mendustakan lagi sesat, maka dia
mendapatkan hidangan air yang mendidih, dan dibakar di dalam neraka.
Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar.
Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang Maha Besar.” (QS. Al-Waaqi’ah: 82-96)
Wahai jiwa-jiwa yang tertipu dunia...
Wahai hati yang keras membatu karena hawa nafsu...
Wahai manusia yang lalai dari ketaatan kepada Rabbnya...
Sudahkah engkau mempersiapkan bekal menuju perjalanan panjang dan berat didepanmu?
Sudahkah engkau mengetahui tempat seperti apa yang kelak kau tinggali?
Sudahkah engkau memikirkan semua itu...?
Saudaraku, cukuplah kematian menjadi peringatan untuk kita bahwa dunia
hanyalah kebahagiaan semu dan tak berarti apa-apa. Tidakkah engkau
dengar sebuah firman Rabbmu yang sanggup menggetarkan gunung,
كل نفس ذا ئقة الموت وإنما توفون أجوركم يوم القيـمة فمن زحزح عن النـار وأدخل الجنـة فقد فاز وما الحيوة الد نيا إلا متع الغرور
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada
hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari
Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga maka sungguh ia telah beruntung.
Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. ‘Ali Imran: 185)
Tidakkah ayat tersebut mengusik hati yang lama mati? Tidakkah ayat
tersebut membuat telinga yang tuli menyimak kembali? Tidakkah ayat
tersebut menjadi cambuk diri?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لو تعلمون مل أعلم لضحكتم قليلا ولبكيتم كثبرا
“Seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (Muttafaq ‘alaih)
Saudaraku, sudahkah datang kepadamu khabar kematianmu? Kapan waktumu?
Dimana tempatnya? Seperti apa kondisimu kala itu? Demi Allah, engkau
tidak tahu dan engkau tidak akan pernah tahu. Jadi kenapa kau tunda
taubatmu? Kau tunda perbaikan dirimu? Kau tunda persiapan perbekalanmu?
Apakah “nanti” yang selalu kau katakan untuk taubatmu berada pada jarak
yang jauh dengan ajalmu? Apakah “nanti” itu yang kau temui lebih dulu
ataukah kematianmu yang datang lebih dulu? Apakah ketika engkau sudah
benar-benar mengetahui perih dan pedihnya sakaratul maut, baru engkau
akan meminta waktu kepada Rabbmu untuk bertaubat?
حتى إذا جاء أحدهم الموت قال رب ارجعون لعلى أعمل صلحا فيما تركت, كلا, إنها كلمة هو قا إلها “(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang
kematian kepada seseorang diantara mereka, dia berkata, ‘Yaa Rabbku
kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal shalih terhadap yang
telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah
perkataan yang diucapkan saja.” (QS. Al-Mu’minun: 99-100)
وليست التو بة لـلذ ين بعملون السيئات حتى إذا حضر أحدهم الموت قال إنى تبت الئن “Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang
mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang
diantara mereka, (barulah) dia mengatakan, ‘Sesungguhnya aku bertaubat
sekarang.’” (QS. An-Nisaa’: 18) Seorang penyair berkata,
Mereka katupkan kelopak mataku –setelah berputus asa-
lantas bergegas pergi membelikanku kafan
salah seorang kerabatku berdiri dengan tergesa
pergi ke tukang memandikan mayat agar datang memandikanku
salah seorang mendatangiku lalu melucuti semua pakaianku
dan menelanjangiku sendirian
mengucurkan air dari atas kepalaku dan memandikanku
tiga kali seraya meminta kafan kepada keluargaku
dan mereka mengenakanku baju tanpa lengan dan tanpa jahitan
hanya kamper sebagai bekalku
mereka meletakkanku di dekat mihrab lalu mundur di belakang imam
menshalatiku lalu melepasku
mereka menshalati jasadku dengan shalat tanpa ruku’ dan sujud
Semoga Allah merahmatiku... Di hari kematianmu, keluarga dan kerabat mengangkat jasadmu di atas
pundak, setelah sebelumnya engkau menjadi orang yang mengangkat jasad
orang lain. Kala itu, apakah jasadmu ingin supaya mereka mempercepat
langkahnya, atau malah jasadmu bingung –hendak dibawa kemana jasadmu
itu?
Kemudian, mereka memasukkanmu kedalam lubang sempit dan gelap setinggi
dua meter oleh orang-orang yang paling engkau cintai dan keluarga yang
paling dekat denganmu. Mereka menutupimu dengan papan sehingga
menghalangi cahaya matahari yang hendak masuk ke dalam liang lahatmu.
Lalu, mereka menimbun jasadmu dengan tanah sampai tertutupi kuburanmu.
Salah seorang dari mereka berkata, “Mintakanlah ampun untuk saudaramu, dan mintakanlah ketetapan iman untuknya, karena sesungguhnya sekarang ia sedang ditanya.”
Tidak berapa lama, mereka semua pergi meninggalkan tubuh dingin dan kaku
yang dulunya adalah dirimu yang rupawan. Mereka meninggalkanmu dalam
gelap dan dingin. Di sekelilingmu hanyalah tanah dan tanah. Lalu
dikembalikanlah ruhmu kepada jasadmu, dan datanglah dua malaikat yang
biru kehitam-hitaman untuk bertanya, “Siapa Tuhanmu? Apa agamamu? Siapa Nabimu?” Dengan apakah engkau akan menjawabnya..?
Jika ketika engkau mati, engkau telah bertaubat dan beriman, maka Allah
akan meneguhkan jawabanmu, dan engkau bisa mengambil hadiahmu berupa
kebahagiaan di akhirat kelak, seperti disebutkan dalam firman-Nya,
يثبت الله الذ ين ءامنوا بالقول الثابت فى الحيوة الدنيا وفى الأخـرة ويضـل الله الظـلمين ويفعل الله ما يشاء
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang
teguh itu dalam kehidupan di dunia dan akhirat, dan Allah menyesatkan
orang-orang yang zhalim dan memperbuat apa yang dikehendaki-Nya.” (QS. Ibrahim: 27)
Namun, bagaimana jika ketika engkau meninggal, engkau belum sempat
bertaubat? Engkau tidak akan tahu jawaban atas pertanyaan itu. Engkau
hanya akan berkata, “Hah... hah... aku tidak tahu!” Kemudian terdengarlah seruan, “Bohong! Baringkan ia di Neraka, dan bukakan pintu Neraka untuknya!”
Maka engkau akan merasakan panasnya Neraka, kuburanmu akan menghimpit
dan meremukkan seluruh tulang belulangmu. Kemudian datanglah kepadamu
seseorang yang berwajah amat buruk, berbau busuk dan berbaju lusuh, ia
berkata, “Aku datang kepadamu membawa berita buruk. Inilah hari yang dijanjikan kepadamu.” Maka bertanyalah dirimu tentang dirinya, maka dia menjawab, “Aku adalah amal burukmu.”
Kemudian menjadilah dirimu buta, bisu dan tuli, dan tanganmu memegang
sebatang besi yang apabila sebuah gunung dipukul dengan besi tersebut
maka hancurlah dia hingga menjadi debu. Begitupula dirimu, ketika palu
besi itu mengenai dirimu maka rasa sakit yang tiada tertahankan akan
membuatmu menjerit hingga lengkingannya terdengar oleh seluruh makhluk,
kecuali jin dan manusia. Dan tidak ada yang engkau harapkan setelah itu,
melainkan agar Allah tidak menyegerakan Hari Perhitungan.
Wahai calon penghuni kubur, apa yang membuatmu terpedaya oleh dunia?
Tidakkah engkau mengetahui bahwa akan tiba waktunya engkau meninggalkan
dunia yang engkau cintai ini atau dunia yang akan meninggalkanmu? Mana
hartamu yang berlimpah dan rumahmu yang mewah? Mana pakaian-pakaian
mahal dan indah yang selalu engkau kenakan itu? Mana keluarga dan
kerabat yang selalu engkau bela itu? Mana dirimu yang rupawan itu?
Ketika engkau telah menghuni liang lahat, maka itulah rumahmu. Kafan
yang berharga murah dan tidak bermerk, itulah pakaianmu. Aroma kamper
adalah wewangianmu. Ulat dan cacing menjadi temanmu. Bayangkan jasadmu
setelah terkubur selama tiga hari, seminggu, sebulan. Kala itu, tubuhmu
telah menjadi penganan lezat bagi cacing dan ulat –teman-temanmu-,
kafanmu terkoyak, mereka masuk ke dalam tulangmu, memutus anggota
tubuhmu, merobek sendi-sendimu, melelehkan biji matamu... Itulah
kesudahanmu, kesudahan makhluk-makhluk bernyawa.
Demikian saudaraku, cukuplah kematian menjadi peringatan dan nasihat.
Cukuplah kematian menjadikan hati bersedih, menjadikan mata menangis,
menjadi ajang perpisahan dengan orang-orang yang dicintai dan menjadi
pemutus segala kenikmatan dunia.
Wahai saudaraku... setiap hela nafasmu menjadi langkah maju menuju
kematian. Maka janganlah menunggu ‘nanti’ untuk bertaubat, tapi
bersegeralah, karena engkau tidak pernah tahu sudah sedekat apa kematian
itu dengan dirimu.
Yaa Rabbi, janganlah Engkau mengadzabku
Sesungguhnya aku mengakui dosa-dosaku selama ini
Berapa kali aku berbuat kesalahan di dunia
Namun Engkau tetap memberiku karunia dan kenikmatan
Jika aku ingat penyesalanku atas segala kesalahan
Kugigit jariku dan kegeretakkan gigiku
Tiada alasan bagiku kecuali tinggal harapan dan husnuzhanku
Dan ampunan-Mu jika Engkau mengampuniku
Manusia mengira aku orang baik-baik
Padahal aku benar-benar manusia terburuk bila tidak Engkau ampuni
(Syaikh Abdul Muhsin bin Abdur Rahman dalam Fasatadzkuruna Maa Aquulu Lakum Waqofat Liman Aroda an-Najah)