Minggu, 14 Maret 2010

artikel terbaru

Partisipasi Mahasiswa FKIP dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan:
“Mengembangkan Budaya Gemar Membaca dan Menulis”

A. Pendahuluan
Rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu permasalahan pokok di negeri kita, selain permasalah pendidikan lainya seperti masalah pemerataan pendidikan, efisiensi pendidikan dan relevansi pendidikan[1].
Berdasarkan laporan yang dirilis United Nation Development Program (UNDP) tahun 2009 disebutkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia berada para peringkat ke-111dari 182 negara di dunia[2]
Memprihatinkan sekali, apalagi jika dibandingkan dengan IPM Malaysia di peringkat ke-63. Padahal pada awal kemerdekannya Malaysia banyak mendatangkan guru dari Indonesia. Sekarang kita bisa lihat sendiri mutu pendidikan Malaysia sangat tinggi, universitasnya banyak yang telah memenuhi standar sebagai universitas kelas dunia (world class university).

Selain itu penelitian yang dilakukan Third International and Science Study Repeat tahun 1999 menyatakan bahwa kemampuan siswa SMP Indonesia di bidang ilmu pengetahuan alam di urutan ke-32 dan untuk matematika ada di posisi ke-34 dari 38 negara yang diteliti di seluruh dunia.[3]

B. Peningkatan Budaya Gemar Membaca dan menulis Sebagai Salah Satu Cara Meningkatkan Mutu Pendidikan
Tidaklah berlebihan kiranya jika rendahnya mutu pendidikan Indonesia dikaitkan dengan minimnya minat membaca dan menulis (minimnya budaya gemar baca-tulis) masyarakat Indonesia.
Bagaimanapun pendidikan memang berkait erat dengan kegiatan membaca dan menulis. Membaca sebagai input masuknya ilmu pengetahuan, sarana bertambahnya wawasan. Bukankah sering kita mendengar istilah “buku adalah jendela ilmu”? Bahkan menurut Dr.C.Edward coffey kegiatan membaca buku mampu mencegah kerusakaan saraf-saraf otak[4]
Sementara menulis sebagai output pengeluaran (pengekspresian) ilmu itu sendiri. Menulis sebagai ajang berbagi ilmu sekaligus melatih kemampuan intelektualitas individu. Menurut Hernowo hasyim menulis juga dapat berfungsi sebagai sarana relaksasi diri[5]
Harus diakui dalam masyarakat Indonesia budaya lisan (berbicara dan mendengar) lebih dominan dari pada budaya tulisan (membaca dan menulis).
Menurut hasil studi International Educational Achievement (IEA) misalnya, kemampuan membaca siswa SD di indonesia berada di urutan ke-38 dari 39 negara yang diteliti [6]
Kita dapat melihat realitasnya disekitar kita betapa orang lebih asyik mendengarkan musik berjam-jam dibandingkan membaca buku, atau di kampus kita contohnya sering kita melihat di luar jam kuliah mahasiswa lebih senang berbincang santai tidak karuan , bercanda ria, dibanding membaca buku apalagi menulis.
Oleh karena itu kita sebagai mahasiswa yang digadang-gadang sebagai agen perubahan (agen of change) sudah selayaknya mengembangkan budaya gemar membaca dan menulis.
Terlebih bagi mahasiswa FKIP sebagai calon pendidik (guru) dimana pendidik dituntut untuk lebih banyak tahu daripada muridnya.
Dengan meningkatnya budaya gemar membaca dan menulis ini diharapkan mahasiswa bisa mendapatkan ilmu lebih banyak tidak hanya mengandalkan pemberian dosen.
Pengembangan budaya gemar membaca dan menulis di Indonesia memerlukan kerjasama yang baik dari semua pihak baik antara pemerintah (dalam hal ini Depdiknas), pendidik, peserta didik, orang tua, maupun masyarakat umumnya.

C. Partisipasi Mahasiswa dalam Mengembangkan Budaya Gemar Membaca dan Menulis di Lingkungan Kampus
Sesuai salah satu konsep 3M AA Gym[7] (mulai dari diri sendiri), Mahasiswa dituntut berperan aktif berpartisipasi dalam pengembangan budaya membaca dan menulis ini minimal di lingkungan kampus. Tentu mahasiswa harus bersinergi dengan semua pihak terkait: dosen, dekan, bahkan rektor dalam penggalangan program ini.
Berikut adalah beberapa program yang dapat digalakan dalam mengembangkan budaya gemar membaca dan menulis di lingkungan kampus:
1) Peningkatan fasilitas penunjang seperti pengadaan perpustakaan yang lengkap, laboratorium bahasa dan lain sebagainya. Pengadaan fasilitas ini penting, bagaimana mahasiswa berminat terhadap dunia tulisan kalau sarananya saja tidak memadai?
2) Penggalangan program one man one week one book, artinya satu orang membaca minimal satu buku per minggu (diluar buku yang ditetapkan dosen)
3) Penggalakan program visit library (kunjungan pustaka) minimal satu minggu sekali
4) Mengadakan pelatihan kepenulisan dengan mendatangkan instruktur handal semisal Arul Khan atau Hernowo Hasyim.
5) Mendatangkan penulis handal negeri ini, tidak harus novelis semisal Habiburrahman el Shirazy ataupun Andrea Hirata bisa juga Prof. Ahmad Mansyur Suryanegara sejarahwan penulis buku Api Sejarah.
Yang terpenting dari program ini adalah bagaimana menularkan “virus” gemar menulis di tengah mahasiswa. Diharapkan dengan hadirnya penulis-penulis handal itu, mahasiswa terinspirasi untuk mengikuti jejak mereka.
6) Pembentukan komunitas kepenulisan dan wadah penyaluran karya seperti majalah, buletin, ataupun mading.
Dengan terbentuknya komunitas dan wadah kepenulisan diharapkan menjadi sarana publikasi karya.
7) Mengadakan lomba kepenulisan baik fiksi maupun non-fiksi secara berkala intern kampus
Demikianlah beberapa program yang bisa digalakan untuk meningkatkan budaya gemar membaca dan menulis di lingkungan kampus dan tentu masih banyak program lainnya yang bisa digalakan.
Harus disadari bahwa keunggulan sebuah universitas bukan hanya dilihat dari banyaknya jumlah mahasiswa atau mewahnya gedung-gedung. Tapi juga dilihat dari sejauh mana universitas itu membudayakan literasi (termasuk budaya gemar membaca dan menulis) dilingkungan kampusnya.
Universitas Harvand di Amerika dinobatkan sebagai universitas nomer wahid di dunia[8] bukan karena jumlah mahasiswanya terbanyak di dunia, tapi karena budaya literasi yang kuat.
Penilaian didasarkan pada keaktifan mahasiswa dan dosen dalam dunia tulisan seperti penerbitan artikel-artikel, jurnal-jurnal ilmiah juga ketersediaan fasilitas pendukung seperti ketersediaan perpustakaan yang lengkap.
Demikianlah apabila Universitas Galuh ingin menjadi universitas kelas dunia (world class university) haruslah juga mengembangkan budaya literasi.

D. Partisipasi Mahasiswa Dalam Mengembangkan Budaya gemar Membaca dan Menulis di Luar Kampus
Diatas telah dipaparkan beberapa program sebagai partisipasi mahasiswa dalam mengembangkan budaya gemar membaca dan menulis di lingkungan intern kampus, selanjutnya adalah beberapa contoh program yang bisa digalakan oleh mahasiswa sebagai partisipasi dalam mengembangkan budaya gemar membaca dan menulis di luar kampus. Berikut diantaranya:
1) Mahasiswa mendorong pemerintah membangun infrastruktur penunjang seperti pengadaan taman-taman bacaan di tempat strategis, perpustakaan keliling, dll
2) Juga mendorong pemerintah untuk menyediakan buku murah berkualitas,
sehingga harga buku bisa dijangkau semua lapisan masyarakat terutama pelajar
3) Bekerjasama dengan instansi sekolah dalam pelaksanaan pelatihan kepenulisan, untuk merangsang minat siswa
4) Ikut serta dalam pembentukan komunitas kepenulisan dan wadah penyaluran seperti majalah sekolah, buletin, mading dll
5) Mengadakan lomba kepenulisan bagi siswa dan umum luar kampus
Demikianlah beberapa program yang dapat digalakan sebagai bentuk partisipasi mahasiswa (FKIP khususnya) dalam mengembangkan budaya gemar membaca dan menulis, baik di dalam maupun di luar lingkungan kampus.

E. Kesimpulan
Mahasiswa sebagai agen perubahan sudah selayaknya berada di garda terdepan dalam mengembangkan budaya gemar budaya membaca dan menulis ini.
Pada gilirannya diharapkan dengan berkembangnya budaya gemar membaca dan menulis di tengah masyarakat akan menunjang peningkatan mutu pendidikan nasional kita. Semoga, amin. Wallahu a’lam bishawab
Artikel
Partisipasi Mahasiswa FKIP dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan:
“Mengembangkan Budaya Gemar Membaca dan Menulis”







DISUSUN OLEH:
PRITO WINDIARTO
2108090225
1F
DIKSATRASIA


GEBYAR FKIP
TAHUN AJARAN 2009/2010
UNIVERSITAS GALUH
Jalan R.E. MARTADINATA No. 150 CIAMIS Telp.(0265)776787
Daftar Pustaka

Tirtaharja, Umar dan La Sula, 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Hasyim, Hernowo, 2005. Andaikan Buku Sepotong Pizza. Bandung: Kaifa

Kusmana, Suherli, 2009. Artikel: Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah:
“Membangun Budaya Literasi”. Ciamis: Prodi Diksatrasia Unigal, disampaikan dalam Seminar Bulan Bahasa Unigal 7 November 2009

Majalah Al wa’ie no 50 tahun V Oktober 2004

http//www.antaranews.com, diunduh Ahad 7 Februari 2010

http//www.kampus.okezone.com diunggah Jum'at, 9 Oktober 2009, diunduh Ahad 7 Februari 2010

http//www.ms.wikipedia.org , diunduh 7 Februari 2010





[1] Prof. Umar tirtaraharja dan Drs La sula dalam buku Pengantar Pendidikan, 1994
[2] Data UNDP yang dikutip dari situs www.antaranews.com
[3] Majalah Al wa’ie no 50 tahun V oktober 2004
[4] Dikutip dari buku Andaikan Buku Sepotong Pizza karya Hernowo Hasyim, 2004
[5] Penjelasan lebih lengkap tentang manfaat membaca dan menulis bisa di baca dalam buku karangan Hernowo Hasyim: Mengikat Makna dan Andaikan Buku Sepotong Pizza atau bisa juga mengikuti tulisan-tulisan beliau di catatan facebook www.facebook.com/hernowohasyim
[6] Majalah al wa’ie no 50 tahun V oktober 2004 hal 24

[7] KH Abdullah Gymnasiar, 3 M yang dimaksud adalah: mulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil, dan mulai saat ini
[8] Sumber www.kampus.okezone.com dan Harian Seputar Indonesia medio desember 2009